SURABAYA – Ketua DPRD Kota Surabaya Armuji mendesak pemerintah kota segera membeli bangunan cagar budaya (BCB) yang masih ada, dan bernilai historis tinggi. Salah satunya, rumah di Jalan Pandean IV nomor 10, tempat kelahiran Presiden pertama RI, Soekarno.
Legislator empat periode ini mengaku khawatir, rumah di kawasan Peneleh itu bernasib seperti eks rumah radio Bung Tomo yang dirobohkan pemiliknya. BCB bekas rumah perjuangan radio Bung Tomo di Jalan Mawar 10 tersebut, saat ini kondisinya rata dengan tanah.
“Kami minta Pemkot Surabaya segera membeli rumah itu, agar tidak bernasib sama dengan rumah markas radio Bung Tomo di Jalan Mawar,” kata Armuji, Selasa (28/6/2016).
Untuk keperluan itu, pada Rabu (22/6/2016) lalu dia secara khusus memanggil sejumlah instansi terkait. Di antaranya Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya, Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, dan Kecamatan Genteng.
Menurut Armuji, Pemkot Surabaya harus segera menyelamatkan rumah kelahiran Bung Karno, yang telah ditetapkan sebagai salah satu BCB. “Kita bukan merebut. Tapi menyelamatkan historis rumah tersebut,” tegas pria yang juga Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur tersebut.
Dia menambahkan, keberadaan rumah Bung Karno tidak bisa dinilai dengan appraisal. “Sejarah tidak bisa dinilai dengan appraisal. Demi menyelamatkan historisnya, saya harap pemkot segera membelinya,” ucap Armuji.
Pihaknya berharap, Pemkot Surabaya proaktif melakukan pendekatan kepada pemilik rumah tersebut, agar bersedia melepasnya.
Selain rumah kelahiran Bung Karno, imbuh Armuji, ada beberapa BCB penting lainnya di kawasan Peneleh yang juga perlu diselamatkan. Seperti rumah HOS Cokroaminoto, dan makam Belanda Peneleh.
Sementara itu, Pemkot Surabaya sejak 2014 sudah berusaha membeli rumah tersebut. Bahkan, pemkot sudah melakukan tawar menawar dengan pihak ahli waris.
Tertundanya pembelian rumah Bung Karno, sebutnya, lantaran tingginya harga yang dipatok ahli waris. Yakni pihak ahli waris minta harga Rp 5 miliar.
Menurut Wali Kota Tri Rismaharini, Pemkot Surabaya sudah tiga kali menawar harga rumah Bung Karno, namun gagal. Penawaran pertama, ujar Risma, Rp 500 juta. Namun saat mau deal, pemilik rumah berkirim surat ke pemkot minta harga dinaikkan menjadi Rp 900 juta.
“Kami sempat appraisal di harga Rp 700 juta. Terus pemilik kirim surat lagi minta Rp 5 miliar,” terang Risma.
Seperti diketahui, Bung Karno lahir di Surabaya pada 6 Juni 1901 di sebuah rumah sederhana di Pandean Gang IV Nomor 40, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya.
Rumah tersebut sejak 2013 ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya melalui surat keputusan Wali Kota Surabaya. Di atas pintu rumah, dipasang plakat berwarna kuning keemasan bertuliskan “Rumah Kelahiran Bung Karno” dengan logo Pemkot Surabaya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS