SURABAYA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/2515/2022 tentang Kewaspadaan terhadap Penemuan Kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya (Acute Hepatitis Of Unknown Aetiology). SE tersebut ditandatangani oleh Direktur Jenderal (Dirjen) P2P Maxi Rein Rondonuwu pada 27 April 2022 lalu.
SE tersebut juga dimaksudkan untuk meningkatkan dukungan pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, kantor kesehatan pelabuhan, sumber daya manusia (SDM) kesehatan, dan para pemangku kepentingan terkait kewaspadaan dini penemuan kasus Hepatitis Akut yang Tidak Diketahui Etiologinya
Sedangkan dari data Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) Jawa Timur, pada minggu pertama hingga minggu ke-17 tahun 2022 (per 4 Mei 2022), telah ditemukan 114 kasus suspek atau menunjukkan gejala jaundice (kuning) akut atau hepatitis akut di 18 kabupaten/kota di Jawa Timur.
Merespon hal tersebut, Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, menyebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui Dinas Kesehatan Kota Surabaya telah menyiapkan 63 puskesmas untuk melayani warga selama libur Lebaran, 22 puskesmas, di antaranya, disiapkan layanan rawat inap.
“Sementara di Kota Surabaya belum ada suspek, tapi kami meminta agar masyarakat tetap waspada namun tidak panik karena sudah disiapkan standar pelayanannya,” kata Armuji.
Gejala klinis yang ditunjukkan, di antaranya, peningkatan enzim hati, sindrom jaundice (penyakit kuning) penyakit kuning akut, gejala gastrointestinal (nyeri abdomen, diare dan muntah – muntah). Sebagian besar kasus tidak ditemukan gejala demam.
“Melalui puskesmas, kita sosialisasikan dan tingkatkan kesadaran masyarakat terhadap pola hidup bersih dan sehat. selain itu, penguatan surveilans oleh tenaga kesehatan dan segenap kader di masyarakat akan selalu diupgrade,” tegas Cak Ji, sapaan akrabnya.
Menurut data, rata-rata yang terserang hepatitis akut adalah anak dengan usia 1 bulan hingga 16 tahun. Sehingga apabila menemukan gejala-gejala klinis, orang tua segera melaporkan ke puskesmas terdekat agar bisa diambil tindakan awal.
“Sing tenang yo rek, tapi tetep waspada. Pemerintah Kota Surabaya wis mapan infrastruktur kesehatane gawe warga Surabaya,” imbuh politisi PDI Perjuangan itu. (dhani/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS