SURABAYA – Anggota Komisi B DPRD Provinsi Jawa Timur, Agatha Retnosari menyambut baik rencana Kemenkes dan Kemenparekraf menjadikan Surabaya sebagai salah satu pilot project wisata medis agar masyarakat yang sebelumnya berobat ke luar negeri, memilih layanan kesehatan di dalam negeri.
“Surabaya sebagai pilot project wisata medis bersama beberapa kota lain ini cocok sekali, apalagi di tengah pandemi covid. Bahkan sudah sejak lama ya jadi rahasia umum kalau warga Kota Surabaya banyak yang berobat ke luar negeri. Kadang bukan soal dokter, tapi dengan layanan yang lebih ramah, informatif, tapi lebih murah,” ujar Agatha, Selasa (21/9/2021).
Menurut Agatha, sudah saatnya pemerintah pusat juga mulai mempertimbangkan kembali terkait pajak yang dikenakan pada impor alat kesehatan, tidak hanya pada alat kesehatan yang berhubungan dengan covid saja, tapi juga yang lain.
“Tanpa dukungan insentif pajak dari pemerintah pusat, mustahil mampu bersaing terkait mutu layanan dan harga dengan layanan rumah sakit-rumah sakit yang ada di luar negeri,” tandasnya.
Dari sisi skill baik dokter dan tenaga kesehatan menurut Agatha, Kota Surabaya memiliki banyak sekali dokter-dokter dengan skill yang bagus, bahkan lebih bagus. Begitu juga dengan para nakes.
“Apalagi jika mengacu pada data sebaran dokter maka memang dokter, baik umum maupun spesialis banyak ada di DKI, Sumatra Utara, Jawa Tengah dan Jawa Timur, untuk Jawa Timur banyak terdapat di Kota Surabaya,” katanya.
Agatha pun berharap dengan menjadikan Surabaya sebagai pilot project wisata medis akan mendorong tidak saja kemajuan di bidang medis tapi juga mutu layanan di sektor ekonomi lainnya. Seperti hotel, transportasi, UMKM, kuliner dan seterusnya, karena saat menunggui pasien, keluarga pasien butuh tempat menginap, serta makan dan minum.
“Jika kita mampu menyediakan layanan yang prima, bisa jadi setelah pulang mereka pun akan membeli oleh-oleh khas Surabaya karena mereka merasa puas dengan layanan medis yang menyenangkan,” sambungnya.
Ia mengatakan, hal tersebut menjadi daya ungkit baru dalam membangun perekonomian di tengah pandemi Covid yang pada titik saat ini mampu ditekan bersama.
Untuk itu, lanjutnya, perlu adanya upaya baik dari pihak swasta dan pemerintah untuk menjaga keberlangsungan dari pilot project ini dengan menekankan sisi Cleanness, Healthy, Safety dan Environment (CHSE) sebagai garda depan untuk promosi wisata medis.
“Gak usah jauh-jauh, kita bisa berkaca dan belajar bagaimana Singapura negara kecil dengan SDM dan SDA terbatas mampu menjual wisata medisnya sampai ke manca negara. Begitu pula dengan China. Surabaya sudah memiliki semua prasyarat yang ada, tinggal mengembangkan lebih jauh,” ujarnya.
Selain itu, dengan image sebagai kota yang tertata apik, bersih dan sehat, didukung dengan infrastruktur dan SDM yang mumpuni juga kebijakan mulai dari pusat, provinsi sampai kota, sambung Agatha, mestinya pilot project ini bukan sesuatu yang sulit untuk dikembangkan.
Namun, Agatha juga mengingatkan bahwa semua ini tetap bisa jalan seiring sejalan tanpa harus meninggalkan tugas utama, yakni menyediakan layanan kesehatan yang baik bagi semua lapisan masyarakat.
“Bahkan menurut saya dengan adanya program ini justru akan bisa membantu dalam memberikan layanan yang lebih baik karena ada kebijakan subsidi silang,” ujarnya. (dhani/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS