NGAWI – Ketua DPRD Kabupaten Ngawi, Heru Kusnindar menjadi pembicara pada acara refleksi akhir tahun Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Kabupaten Ngawi.
Acara yang bertajuk, ‘Kesalehan digital untuk menuju Pemuda Muhammadiyah yang progresif dan berkemajuan’ digelar di Gedung SD Muhammadiyah 1 Ngawi, pada Jumat (30/12/2022) malam.
Kepada puluhan peserta Pemuda Muhammadiyah Kabupaten Ngawi itu, Heru Kusnindar mengupas tentang kemajuan teknologi digital di era kekinian. Namun kehadiran teknologi itu tetap harus disikapi dengan sifat kesalehan manusia terhadap agama.
Menurut Heru Kusnindar, kehadirian teknologi di era kekinian sebagai sebuah keniscayaan. Kehadirannya tidak dapat dipungkiri, bahwa manusia sekarang hidup berdampingan dengan macam-macam produk teknologi.
“Kalau kita berbicara tentang kesempurnaan teknologi digital bisa membuat sesuatu jauh lebih bagus tentunya. Tetapi kita juga tidak boleh lupa, kekuasaan tertinggi, bahwa Tuhan adalah segalanya,” kata Heru Kusnindar.
Politisi PDI Perjuangan Kabupaten Ngawi itu menjelaskan, di era sekarang, negara yang mengesampingkan teknologi bakal jauh ketinggalan. Meskipun dalam kasus-kasus tertentu, ada juga kelompok masyarakat yang tidak memanfaatkan teknologi, demi menjaga atau melestarikan tradisi.
“Misalnya ada Suku Badui Dalam, mereka masih belum mengenal teknologi digital. Bagi mereka kearifan lokal yang harus ditanamkan,” ujar Heru Kusnindar.
Lebih lanjut, Wakil rakyat yang pernah menjadi kepala desa tersebut memberikan apresiasi kepada PD Pemuda Muhammadiyah yang telah menyelenggarakan diskusi sebagai refleksi akhir tahun 2022 itu.
Dirinya juga mengajak para pemuda untuk optimistis, bahwa Indonesia dengan ratusan juta penduduknya juga memiliki potensi yang unggul dibidang teknologi.
“Di Republik Indonesia ini sebenarnya juga banyak orang-orang yang hebat,” ujar Heru Kusnindar.
Adapun menurut Heru Kusnindar, dengan beragam produk-produk teknologi digital yang berhasil diciptakan, namun kita semua tidak boleh lupa, bahwa Tuhan juga menciptakan hati dan rasa di setiap insan manusia.
“Apapun yang bisa diciptakan manusia tentunya tidak boleh dilupakan, bahwa jatidiri dari seorang manusia memiliki hati dan rasa,” kata Heru Kusnindar.
Di akhir pidatonya, Heru Kusnindar menyampaikan nasehat, bahwa dalam kehidupan bermasyarakat hendaknya harus saling belajar. Tidak boleh saling bertengkar. Kaku, merasa paling benar sendiri.
Kemudian, Heru Kusnindar juga meminta agar menghindari sifat sombong. Sebab kesombongan akan diikuti hati yang kosong. Termasuk sifat merasa paling kuat sendiri dan sifat paling sok kuasa.
“Orang hidup itu jangan metenteng (kaku), metuntung (sombong), metenteng (merasa paling kuat sendiri), dan metantang (sok paling kuasa). Kalau sudah begitu, tepo seliro, gotong royong, yang sudah tercipta sejak zaman dahulu di kehidupan desa akan hilang,” papar Heru Kusnindar. (amd/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS