JAKARTA – Anggota Komisi XI DPR RI Andreas Eddy Susetyo minta agar Tim Pengendalian Inflasi di tingkat pusat (TPIP), provinsi, hingga kabupaten/kota (TPID) gotong-royong dalam mengendalikan harga pangan di seluruh wilayah Indonesia.
“Gerakan gotong-royong ini harus digaungkan baik antar-TPID kabupaten/kota maupun antar-TPID provinsi,” kata Andreas Eddy Susetyo di Jakarta, Rabu (10/8/2022).
Legislator dari dapil Malang Raya ini menyebutkan, dalam upaya pengendalian inflasi di setiap daerah, ego sektoral wajib ditinggalkan. Hal ini untuk menjaga kepentingan nasional dalam menekan laju inflasi yang disebabkan kondisi geopolitik global yang tidak menentu.
Dia mengibaratkan, tugas TPID layaknya sebuah kesebelasan sepakbola. Bahwa tujuan besar atau golnya adalah untuk mengendalikan inflasi secara nasional bukan hanya berorientasi kepada daerahnya masing-masing.
“Namun juga memitigasi daerah yang surplus dan defisit bahan pangan tertentu untuk kemudian dilakukan perdagangan domestik,” tuturnya.
“TPIP harus bisa menjadi semacam dirigen bagi orkestra TPID Provinsi. Sedangkan TPID Provinsi harus secara nyata membangun sinergi dan kolaborasi antar-TPI kabupaten/kota,” sambung Andreas.
Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI tersebut mengatakan, selain gotong royong, langkah-langkah antisipasi juga wajib untuk dilaksanakan melalui strategi keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif.
Strategi keterjangkauan harga dapat dilakukan melalui pemanfaatan anggaran belanja pemerintah dalam rangka stabilisasi harga. Strategi ketersediaan pasokan dilakukan melalui berbagai program dalam memenuhi kebutuhan pangan yang mudah diakses masyarakat.
“Implementasi paling sederhana adalah pemenuhan kebutuhan hortikultura secara mandiri skala rumah tangga akan berdampak pada penurunan tekanan permintaan di pasar yang pada akhirnya berkontribusi terhadap stabilitas harga,” jelasnya.
Selanjutnya ialah strategi kelancaran distribusi dilakukan dengan mendorong dilakukannya kerjasama antardaerah dalam rangka memenuhi pasokan komoditas pangan.
“Salah satu implementasi strategi ini adalah digitalisasi pasar tradisional yang akan memperluas pasar dan memperpendek rantai distribusi sehingga menekan biaya,” ujar Andreas.
Yang tidak kalah penting, imbuhnya, adalah strategi dalam pengelolaan komunikasi yang efektif melalui pemanfaatan teknologi informasi. Pertimbangan strategi komunikasi ini adalah untuk menangkal terjadinya informasi asimetris terhadap perkembangan harga di pasar.
“Keterikatan masyarakat terhadap media sosial saat ini bisa menjadi celah terjadinya disinformasi yang berpotensi menimbulkan gejolak harga,” pungkasnya. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS