SURABAYA – Sejumlah mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Airlangga (Unair) Surabaya berkunjung ke anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur, Mahfud, S. Ag., di ruang Fraksi PDI Perjuangan, Rabu (1/12/2021). Kunjungan para intelektual muda itu disambut baik oleh anggota DPRD Jatim dari Daerah Pemilihan (Dapil) Madura itu. Dalam kunjungan itu, mereka berdiskusi soal dinamika politik di Pulau Garam.
Menurut Mahfud, politik di Madura sangat kental dengan budaya dan ketokohan. Sehingga perlu dilakukan dengan cara-cara adat ketimuran seperti bersilaturrahim. Mahfud menjelaskan, politik di Madura tidak lepas dari ketokohan, seperti para kiai, ulama, tokoh masyarakat, santri, akademisi, aktivis, dan blater.
Untuk menguasai panggung politik di Madura harus sering-seringlah bersilaturrahim dengan para tokoh tersebut. Mereka akan menerima para kandidat calon dengan kunci bersilaturrahim, menyampaikan konsep, dan gagasan cemerlang dalam membangun Madura.
“Dan kita juga harus siap menerima masukan dan kritikan dari para tokoh ini. Berkomitmen dengan ide yang kita tawarkan juga kunci berpolitik di Madura. Sebab, orang Madura tidak fanatik. Mereka lebih memilih yang rasional,” ujar Mahfud di hadapan mahasiswa Unair.

Ketua IKA-PMII Surabaya itu mencontohkan, saat dirinya mencalonkan sebagai anggota DPRD Jawa Timur di periode pertama pada 2014-2019, dia mengaku banyak mengeluarkan cost politik, karena memang harus banyak bersilaturrahim dengan para tokoh dan masyarakat untuk memperkenalkan dirinya dan gagasannya.
“Tapi di periode kedua ini, biaya politik saya lebih rendah. Kenapa? Karena masyarakat menilai kinerja dan ide yang saya bangun bisa diterima oleh masyarakat. Intinya, marketing politik di Madura ialah silaturrahim,” katanya.
Mahfud menambahkan, masyarakat Madura sangat berpegang teguh pada komitmen, dan mereka tidak pragmatis. Sehingga meskipun banyak caleg yang mengandalkan politik uang, belum tentu terpilih.
“Kalau misalkan ada stigma orang Madura pragmatis dan jika tidak ada uang tidak memilih, itu tidak benar. Orang Madura itu punya harga diri yang sangat tinggi dan rasa persaudaraan yang kuat, dan itu tidak bisa dibeli dengan uang,” kata Mahfud menegaskan.
Selebihnya, Mahfud menyampaikan banyak terima kasih kepada para mahasiswa Fisip Unair yang telah menyempatkan waktunya untuk bersilaturrahim dan berdiskusi dengan dirinya. Dia berharap, para mahasiswa ini juga ada yang terjun ke dunia politik dengan tujuan membangun dan memajukan bangsa ini.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang mau berdiskusi perihal politik Madura,” ucapnya.
Sementara itu, salah seorang mahasiswa Fisip Unair Surabaya, Jihan Nuri menyampaikan, kunjungannya bersama teman-temannya itu bertujuan untuk berdiskusi soal politik di Madura. Sebab, dia menilai, politik di Madura masih sangat kental dengan nilai-nilai keagamaan.
“Di Madura kan sangat kental dengan nilai-nilai keagamaan. Hal ini menjadi menarik untuk diteliti bagaimana hambatan dan strategi yang dilakukan Pak Mahfud sehingga bisa memperoleh suara banyak dan terpilih menjadi anggota DPRD Jatim,” tuturnya.
Selain itu, kata Jihan, kunjungannya ke Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur itu, selain bersilaturrahim dengan Mahfud, juga untuk menimba ilmu khususnya ilmu dibidang politik.
“Kami sampaikan terima kasih kepada Pak Mahfud dan Fraksi PDI Perjuangan, karena telah menerima kami dan berdiskusi dengan kami soal ilmu politik. Banyak ilmu yang kami dapat dari diskusi ini,” tandasnya.
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS