MOJOKERTO – Sedikitnya 48 ribu benih ikan lele ditebar di kolam-kolam terpal di Agro Edukasi Masyarakat Sejahterakan Petani (MSP) di Dusun Jaringan Sari, Desa Karangdiyeng, Kecamatan Kutorejo, Kabupaten Mojokerto, Jumat (15/10/2021).
Tebar benih ikan lele perdana bantuan pemerintah pusat ini hasil aspirasi anggota Komisi IV dari Fraksi PDI Perjuangan DPR RI, Mindo Sianipar.
Penebaran benih ikan perdana ini dihadiri perwakilan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), yakni Kepala Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Batam, Toha Tusihadi, anggota Komisi B yang juga Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jatim SW Nugroho, dan Kepala Dinas Pangan dan Perikanan Kabupaten Mojokerto Nurul Istiqomah.
Baca juga: Mindo Mulai Bangun Agro Edukasi MSP di Kabupaten Mojokerto
Sedang Mindo Sianipar yang dalam waktu bersamaan ada acara di Nganjuk, diwakili Direktur Laboratorium Ekonomi Gotong Royong dan Sekolah Lapang Pertanian Terpadu Cariu Bogor, Ir Mangontang Simanjutak. Hadir juga Direktur CV Adhiesta Nugraha, Priyantono, produsen pupuk organik.
Acara tebar benih secara simbolis ditandai dengan pelepasan benih ikan lele di 16 kolam terpal yang ada di Agro Edukasi Masyarakat Sejahterakan Petani (MSP) Karangdiyeng. Masing-masing kolam diisi 3.000 benih ikan jenis catfish ini.
Direktur Laboratorium Ekonomi Gotong Royong dan Sekolah Lapang Pertanian Terpadu Cariu Bogor, Ir Mangontang Simanjutak yang mewakili Mindo Sianipar, usai acara mengatakan, adanya Agro Edukasi MSP ini merupakan salah satu langkah PDI Perjuangan dalam upaya penguatan ekonomi desa.
“Penguatan ekonomi desa ini suatu keharusan, dan harus kita lakukan. Ini yang selalu disampaikan Pak Mindo,” tandas Mangontang.
Seperti TPA di Karang Diyeng ini, lanjut Mangontang, banyak yang menganggap sampah jadi masalah, padahal sebetulnya ada potensi besar dari sisi ekonomi dalam sampah organik. Artinya, bisa dimanfaatkan untuk menambah kesejahteraan masyarakat sekitar TPA.
“Hasil penelitian kita di Cariu, limbah organik itu punya potensi 10-13 persennya menjadi protein. Kalau ini diolah, protein yang dihasilkan bisa dimanfaatkan, misalnya untuk peternakan, pertanian, dan budidaya perikanan. Seperti maggot, larva dari lalat BSF, itu makanannya dari sampah organik. Maggot sendiri bisa jadi pakan ikan dan unggas, yang tinggi proteinnya,” beber Mangontang.
“Dengan memanfaatkan limbah organik di TPA, akan sangat menekan biaya pakan yang selama ini harganya dikeluhkan peternak dan pembudidaya ikan,” imbuhnya.
Agro Edukasi MSP yang diinisiasi Mindo Sianipar di Karangdiyeng, lanjut Mangontang, bukan untuk tempat usaha, tapi lebih pada pusat pembelajaran dan pelatihan. Utamanya di bidang pertanian, yang juga meliputi peternakan dan perikanan.
“Ini khusus sebagai pusat edukasi bagi siapa saja. Nantinya akan kita kembangkan konsep ini di masyarakat. Nah, sebelum digetok-tularkan, kita lakukan dulu di sini soal beternak kambing, sapi, ayam, ikan, dan lainnya. Baru nanti dikembangkan di tempat lain,” pungkasnya.
Sementara itu, SW Nugroho menyampaikan terima kasih kepada Mindo Sianipar dan Kementerian KKP, yang telah membuat program yang sangat bermanfaat bagi masyarakat, dan kalangan petani-peternak di Kabupaten Mojokerto.
Plh Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Mojokerto ini juga menyampaikan apresiasi, karena pusat pelatihan peternakan dan perikanan ini basis pakannya dari olahan sampah organik dari TPA Karangdiyeng.
Dengan memanfaatkan limbah organik, kata Nugroho, peternak akan terbantu karena ongkos pakan bisa ditekan.
Menurutnya, selama ini problem utama yang dihadapi peternak adalah pakan. Mereka selalu merugi karena biaya pakan mahal sehingga hasilnya tidak sebanding dengan ongkos memeliharanya.
“Makanya, ketika sampah bisa diolah jadi pakan yang proteinnya sangat tinggi, baik ikan, unggas dan lainnya, ini akan sangat membantu peternak, dan tentunya ini akan bisa diadopsi di tempat lain,” ujarnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS