PONOROGO – Anjloknya harga telur membuat peternak dan penjual telur di Kabupaten Ponorogo mengalami kerugian. Salah satu penyebabnya, yakni datangnya pedagang telur dari luar daerah yang menjual telur dengan harga lebih murah.
Karena itu, Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, mengajak para ASN dan guru-guru untuk membeli telur lokal. Ia menegaskan, dirinya tidak mewajibkan bagi ASN, melainkan mengimbau dan mengetuk relung hati yang paling dalam untuk menyelematkan peternak telur lokal.
“Ini masih bisa dibangkitkan dengan gotong royong semua unsur ASN untuk menyelamatkan peternak telur ayam di Ponorogo. Syukur kalau ada yang memborong. Setidaknya kalau ada serapan pasar akan ada intervensi harga, harus di atas HPP, biar gak rugi,” ucap Bupati Sugirim setelah memborong telur di bazar telur, yang diadakan di depan patung macan Alun-alun Ponorogo, Senin (4/10/2021)
Kang Giri, sapaan akrab Sugiri, juga meminta kepada semua warga Ponorogo agar bisa lebih nasionalis, meskipun hanya berbelanja kebutuhan pokok dari pedagang lokal. Meski diakui, era perdagangan global tidak bisa dihindari, sehingga setiap warga negara bebas berdagang di manapun.
Namun, Kang Giri meminta agar warga Ponorogo lebih bijak dengan membeli kebutuhan pokok dari pedagang lokal untuk membantu mereka menghabiskan stok yang masih banyak.
“Harga telur jatuh, produktivitas meningkat, serapan pasar berkurang, maka saya intervensi harga, agar telur peternak diserap oleh pasar Ponorogo, biar tidak jatuh. Saya mengimbau kepada pedagang dan trading telur, mohon memahami situasi ini. Jangan main-main di ruang ini,” tegas bupati dari PDI Perjuangan tersebut.
“Saya juga nyuwun tulung untuk nasionalis sedikitlah. Ini kan problem telur kami jatuh. Maka, ayo kita putar untuk Ponorogo dulu sebelum kurang. Tapi, sebelum kurang, jangan main-main dengan telur luar. Kita mainkan dan kita serap telur milik kita sendiri, sehingga harganya menjadi baik dan telurnya bisa terserap,” imbuhnya.
Sementara itu, salah seorang peternak telur dari Kecamatan Mlarak, Ahmad Sarjuni, yang mengikuti bazar telur, mengatakan, upaya menjual telur secara massal di depan patung macan Alun-alun dilakukan untuk membantu terserapnya pasar. Lantaran telur lokal kalah bersaing dengan telur dari luar daerah yang harganya jauh lebih murah.
“Datang telur dari luar, makanya turun, masih PPKM juga. Kita berharap bisa diadakan bazar tiap 1 bulan sekali sesuai tuntutan kemarin. Untuk serapan telur Ponorogo sudah cukup, kalau ditambah dari luar daerah kita pasti kalah, akhirnya tidak stabil,” ujar Ahmad. (jrs/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS