SIDOARJO – Nada panggil kerap berbunyi dari telepon selular tim ambulans DPC PDI Perjuangan Sidoarjo, Selasa (13/7/2021). Sejumlah panggilan masuk dengan permintaan serupa, mengantar pasien ke rumah sakit atau membawa jenazah ke pemakaman.
Tepat jam 07.00, dua relawan Tim Ambulans Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) DPC Sidoarjo, Kani Maskul dan Yopi, sudah berada di depan rumah Rifky, warga perumahan Surya Harmoni Desa Dungus Kecamatan Sukodono.
Dua jam sebelumnya, Rifky mengontak tim ambulans meminta tolong agar membawa jenazah ibunya, almarhumah Lianarsih, untuk dimakamkan di tempat asalnya, Sidotopo, Surabaya.
Namun, Kani dan Yopi tak serta merta membawa jenasah seperti sebelum pandemi Covid-19. Sebab di masa pagebluk Corona jilid dua ini, proses pemakaman harus antre.
“Pemakaman masih antre. Untuk pemakaman jenazah ibu dapat antrean nomor tujuh, sekitar jam 12.00 sampai jam 13.00. Kita berangkat jam 11.30. Mohon maaf dan sabar sejenak,” kata Rifky kepada Kani dan Yopi.
Menunggu waktu, Kani dan Yopi menyempatkan bertelanjang dada untuk mandi matahari di sekitar rumah duka. Berkali-kali mereka mengangkat ponselnya dan berbicara dengan seseorang di seberang.
“Saat ini kami di Sukodono, juga mau antar jenazah. Jadi mohon maaf tidak bisa mengantar,” kata Kani kepada lawan bicaranya melalui ponsel.
Tak seberapa lama menutup ponselnya, nada dering kembali berbunyi. Kali ini permintaan mengantarkan pasien ke rumah sakit.
“Waduh, mohon maaf, saat ini kami akan antar jenazah. Oh ya, saran kami, kalau ke rumah sakit, mohon dipastikan dulu ada tempat atau tidak. Seharian kemarin kami muter-muter mengantar pasien mencari rumah sakit yang masih ada tempat, kasihan pasiennya,” terang Kani.
Telepon kembali berbunyi. Dari hitungan Yopi, sejak jam 07.00 hingga 11.30, ada setidaknya 5 penelepon untuk meminta pertolongan pengantaran pasien atau jenazah. “Ya Tuhan, andai raga ini bisa berubah jadi lima, pasti kami layani semua,” kata Yopi.
Serangkaian fakta lapangan ditemui Kani dan Yopi dalam menjalankan tugas-tugas kemanusiaan, menjadi gambaran terganggunya pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan warga Sidoarjo non kasus Covid-19. Dari soal kebutuhan ambulans untuk pengantaran pasien atau jenasah, hingga ketersediaan ruang inap di rumah sakit.
Pada bagian lain, berbagai pihak menyoroti lambatnya penanganan Covid-19 oleh pemkab meski telah dibekali anggaran miliaran rupiah serta berbagai sarana bantuan dari kementrian sosial.
Ketua Panitia Kerja (Panja) Penanganan Covid-19 DPRD Sidoarjo, H Choirul Hidayat, kepada sejumlah media mengatakan, pihaknya terus mendorong pemkab untuk melakukan percepatan dalam penanganan Covid-19. Antaralain soal tingkat keterisian tempat tidur rumah sakit rujukan (BOR, bed occupancy rate) yang relatif tinggi.
Karena itu, wakil rakyat dari PDI Perjuangan ini mendorong pemkab untuk segera mendirikan rumah sakit darurat. Abah Dayat, sapaan akrabnya, menyarankan pemkab untuk menggunakan mall pelayanan publik (MPP) sebagai rumah sakit darurat. (hs)










