JAKARTA – Putra pertama sang proklamator Bung Karno, Guntur Soekarnoputra mengatakan, menjadi seorang pemimpin berarti harus siap untuk menderita.
Pesan itu dia sampaikan di depan jajaran pengurus dan anggota Persatuan Alumni Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (PA GMNI), dalam webinar Pra Kongres IV PA GMNI dengan tema “Nasionalisme Menjawab Tantangan Zaman”, Jumat (18/6/2021).
“Betapa berat beban yang harus dipikul oleh seorang presiden, apalagi bila yang bersangkutan benar-benar mau menjalankan Undang-Undang Dasar, Pancasila, dan konstitusi. Belum lagi harus melaksanakan pembangunan fisik dan mental bagi seluruh bangsa dan rakyat,” kata Guntur.
Dia menyebut, sangat banyak problematika dan kebutuhan masyarakat yang harus diselesaikan oleh seorang presiden, yang menurut dia, tidak bisa diselesaikan secara cepat.
Khususnya dalam kondisi bangsa saat ini yang dihadapkan dalam kondisi pandemi Covid-19 masih melanda tanah air, yang tidak hanya menghantam bidang kesehatan, namun berimbas pada sektor ekonomi dan sosial.
“Seperti juga Bung Karno dulu, pikiran Presiden Jokowi pasti juga berputar-putar laksana angin puting beliung setiap harinya. Apalagi menghadapi berbagai masalah seperti yang sudah saya jelaskan di atas,” terangnya.
Pria yang akrab disapa Mas Tok tersebut, menyarankan Jokowi sebagai seorang presiden mengikuti filosofi Bung Karno untuk Ambeg Parama Arta. Yakni pandai-pandai memilih hal-hal yang harus dikerjakan segera karena mendesak, dan menunda hal-hal yang masih dapat ditunda.
Termasuk juga terkait isu Pilpres 2024 yang telah mengemuka di tengah masyarakat. Guntur minta pihak-pihak yang berminat memajukan diri sebagai calon presiden menahan diri.
“Banyaknya figur yang sudah ancang-ancang untuk Pilpres di tahun 2024, yang membuat kita ini kaum patriotik termasuk Persatuan Alumni GMNI geleng-geleng kepala. Apakah mereka pikir menjadi presiden itu adalah hal yang nyaman,” ujar Guntur.
Oleh karena itu, dia mengajak seluruh elemen bangsa untuk melakukan Ambeg Parama Arta. Menunda hal-hal yang masih dapat ditunda, dan segera menyelesaikan problematika yang harus segera diselesaikan. Salah satunya adalah pandemi Covid-19.
Guntur menegaskan untuk bisa segera lepas dari pandemi Covid-19, ketegasan pemerintah diperlukan untuk bisa mengatur perilaku masyarakat di masa pandemi.
Hal tersebut merupakan kunci memenangkan pertarungan terhadap pandemi Covid-19. “Perintah-perintah yang tegas dan jelas, serta berlaku secara vertikal dan horizontal, sanksi-sanksi yang membuat efek jera,” tegasnya.
Guntur juga menjelaskan ajaran-ajaran Bung Karno terdahulu pada saat berperang melawan fasisme yang melanda dunia saat itu. Bagaimana Bung Karno berhasil memadukan strategi militer dengan konsep perjuangan massa, untuk memenangkan pertarungan.
Konsep ini, yang menurut Guntur dapat diterapkan pada era pandemi Covid-19. Untuk bisa menyatukan seluruh kekuatan bangsa dalam satu instruksi, satu perintah dari pemimpin bangsa dalam upaya memenangkan peperangan melawan pandemi virus Covid-19.
“Bagaimana kita dapat mau mobilisasi seluruh kekuatan masyarakat, bahkan seluruh bangsa ini untuk bangkit melawan Covid-19. Apakah dapat dilakukan oleh kita, terutama pemerintah? Jawabannya pasti bisa!” tandas Guntur.
Sementara itu, Ketua DPP PA GMNI Ahmad Basarah menilai Guntur Soekarnoputra sebagai sosok yang menjadi teladan bagi dirinya dan juga kaum nasionalis-soekarnois di seluruh Indonesia.
“Seorang Pejuang-Pemikir, Pemikir-Pejuang, yang memiliki ciri intelektualitas sebagai alumni GMNI ditunjukkan oleh beliau di usianya yang sudah 77 tahun ini. Masih aktif sekali menulis di berbagai surat kabar media nasional,” kata Basarah.
Melalui pelaksanaan webinar ini, Basarah berharap sebagai alumni GMNI yang mengamini pemikiran-pemikiran politik dan gagasan Bung Karno, dapat melakukan elaborasi dan rekontekstualisasi ajaran-ajaran Bung Karno di era modern ini. Termasuk bagaimana nasionalisme bangsa Indonesia menjawab tantangan zaman.
“Kita percaya bahwa ideologi ajaran Bung Karno suatu ideologi ajaran yang dinamis. Di mana ideologi dan ajaran Bung Karno dapat mengikuti perkembangan zaman. Namun, dasar falsafah ini tidak boleh kita tinggalkan apalagi kita buang dari maksud Bung Karno sendiri,” tutur Ketua DPP PDI Perjuangan yang juga Wakil Ketua MPR RI tersebut. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS