MALANG – Calon Wakil Gubernur Jawa Timur Puti Guntur Soekarno tidak kuasa untuk menahan air matanya, saat menyampaikan orasi politiknya di hadapan ratusan Soekarnois dan Nasionalis se-Malang Raya, di acara Silaturahmi Relawan Nasionalis, di Rumah Makan Ringin Asri, Kamis (22/2/2018).
Puti menangis, saat menceritakan perjuangan orangtuanya, Guntur Soekarnoputra, yang merupakan anak pertama dari lima bersaudara, pasangan Soekarno dan Fatmawati.
Guntur begitu besar jasanya harus melindungi keluarga orang orang tuanya. Seperti saat Soekarno dipenjara dan diasingkan di pulau terpencil, begitu banyak stigma negatif menimpa keluarga Soekarno.
Diungkapkan Puti, begitu besar perjuangan Guntur saat-saat kondisi kakeknya lengser dari Presiden RI. Saat itu sang ayah harus banyak berjuang untuk melindungi terpaan stigma dan diskriminasi.
“Begitu Bung Karno lengser dan muncul era orde baru ada perubahan yang sangat drastis terhadap nasib para Soekarnois dan Nasionalis di Indonesia saat itu,” kata Puti.
Meski saat itu dia masih kecil dan belum tahu apa-apa, namun banyak cerita yang diterimanya dari orang yang cinta kepada Soekarno terkait bagaimana merajut merah putih.
“Saya percaya di sini sebagai anak muda yang kurang berpengalaman, tidak tahu persis apa yang terjadi terhadap keluarga Bung Karno yang diinjak-injak dan mendapat tekanan politik,” ucap Puti, sambil mengusap air matanya.
“Bung Karno sebagai mantan presiden harusnya banyak menerima fasilitas yang harus didapat. Tapi, justru tidak mendapatkan apapun,” tambah dia.
Meski tidak mendapatkan fasilitas, keluarga besar Bung Karno, Fatmawati bersama lima anaknya yaitu Guntur Soekarnoputra, Megawati Soekarnoputri, Rachmawati Soekarnoputri, Sukmawati Soekarnoputri, dan Guruh Soekarnoputra, menjalani hidup dengan ikhlas.
Puti menilai, dalam jiwa neneknya, Fatmawati, terdapat jiwa cinta pada tanah air. “Saya tahu rasa nasionalisme, kesadaran, dedikasi yang dikatakan Bung Karno sebagai satu kesadaran revolusioner itu ada pada setiap keluarga besar Bung Karno,” tuturnya.
Diceritakan Puti bahwa stigma negatif itu terjadi saat di sekolah dasar dimana dalam sejarah diungkapkan Soekarno adalah pengkhianat bangsa.
“Benarkah kakek saya Bung Karno itu seperti ini (pengkhianat bangsa). Begitu kejamnya rezim saat itu, dan saya tak bisa membayangkan betapa menyedihkan nasib para keluarga saat itu,” ujar Puti, yang kembali mengusapkan air matanya.
Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjend) DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah yang hadir di acara itu, juga sempat meneteskan air mata saat berpidato di depan para Soekarnois.
“Saya mengawal figur, yang ada nama ‘Soekarno’ di belakangnya. Ini bukan sekadar tugas bagi saya, namun juga kehormatan. Terlebih untuk menjaga tahta, trah Bung Karno. Karena itu kita harus menangkan Mbak Puti yang merupakan trah dari Soekarno,” kata Basarah. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS