SURABAYA – Seniman ludruk yang biasa manggung di Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya mengeluhkan masalah seputar ‘perludrukan’ ke kalangan anggota dewan.
Bermacam persoalan, seperti gedung tempat manggung yang dinilai sangat tidak layak, hingga sepinya penonton, disampaikan kelompok kesenian Ludruk Irama Budaya, saat hearing dengan Komisi D DPRD Surabaya beberapa waktu lalu.
Ketua Komisi D DPRD Surabaya Agustin Poliana mengapresiasi aspirasi seniman ludruk, khususnya soal kelayakan tempat pertunjukan.
Padahal, sebutnya, pertunjukan ludruk di THR bila rutin digelar dengan penonton memadai, sedikit banyak juga akan memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah (PAD).
“Namun memang sarana dan prasarananya tak layak, terkesan kusam dan kumuh,” kata Agustin, kemarin.
Legislator dari PDI Perjuangan ini menyebutkan, selama ini, Pemkot Surabaya mengalokasikan anggaran untuk perawatan gedung kesenian di THR. Namun, dia tak mengetahui besarannya.
Pihaknya berharap, pembenahan gedung pertunjukan seni di THR dilakukan, meski renovasi tersebut tak sebagus dengan rencana pembangunan gedung kesenian di tempat itu setelah kontrak dengan PT Sasana Boga, pengelola gedung hi-tech mall THR selesai.
Sementara itu, saat hearing di Komisi D DPRD Surabaya, Sekretaris Ludruk irama Budaya, Meimura mengungkapkan, setelah selama 30 tahun berkarya, kelompoknya sudah 7 tahun pentas di THR. Pementasan di gedung THR itu atas undangan Pemkot Surabaya.
Namun, pihaknya merasa sarana dan prasarana yang digunakan tidak representative. Dari sejumlah pementasan, banyak penonton yang mengeluh karena merasa tidak nyaman dengn kondisi gedung pertunjukan.
“Penonton menyampaikan toiletnya tak layak. Ketika kami akan menangani, itu kewenangan pemerintah kota,” paparnya.
Di sisi lain, pihaknya juga terbebani dengan biaya-biaya operasional lainnya yang harus ditanggung sendiri seperti listrik, air dan sebagainya. “Soal retribusi kalau sepi kita digratiskan,” paparnya.
Menurut Meimura masyarakat yang menyaksikan kesenian rakyat “Ludruk” menginginkan tempat pertunjukan bagus, indah dan sebagainya.
Dia menambahkan, di THR tak ada perubahan apapun. Pihaknya menginginkan dikembalikan ke tempat pertunjukan semula, yakni gedung ludruk di Pulo Wonokromo. “Saya ingin dikembalikan ke tobong, di situ damai,” harapnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS