Sabtu
19 April 2025 | 6 : 26

Gedung Pertunjukan Tak Layak, Seniman Ludruk Surabaya Mengeluh

pdip-jatim-ludruk-irama-budaya

SURABAYA – Seniman ludruk yang biasa manggung di Taman Hiburan Rakyat (THR) Surabaya mengeluhkan masalah seputar ‘perludrukan’ ke kalangan anggota dewan.

Bermacam persoalan, seperti gedung tempat manggung yang dinilai sangat tidak layak, hingga sepinya penonton, disampaikan kelompok kesenian Ludruk Irama Budaya, saat hearing dengan Komisi D DPRD Surabaya beberapa waktu lalu.

Ketua Komisi D DPRD Surabaya Agustin Poliana mengapresiasi aspirasi seniman ludruk, khususnya soal kelayakan tempat pertunjukan.

Padahal, sebutnya, pertunjukan ludruk di THR bila rutin digelar dengan penonton memadai, sedikit banyak juga akan memberikan kontribusi pada pendapatan asli daerah (PAD).

“Namun memang sarana dan prasarananya tak layak, terkesan kusam dan kumuh,” kata Agustin, kemarin.

Legislator dari PDI Perjuangan ini menyebutkan, selama ini, Pemkot Surabaya mengalokasikan anggaran untuk perawatan gedung kesenian di THR. Namun, dia tak mengetahui besarannya.

Pihaknya berharap, pembenahan gedung pertunjukan seni di THR dilakukan, meski renovasi tersebut tak sebagus dengan rencana pembangunan gedung kesenian di tempat itu setelah kontrak dengan PT Sasana Boga, pengelola gedung hi-tech mall THR selesai.

Sementara itu, saat hearing di Komisi D DPRD Surabaya, Sekretaris Ludruk irama Budaya, Meimura mengungkapkan, setelah selama 30 tahun berkarya, kelompoknya sudah 7 tahun pentas di THR. Pementasan di gedung THR itu atas undangan Pemkot Surabaya.

Namun, pihaknya merasa sarana dan prasarana yang digunakan tidak representative. Dari sejumlah pementasan, banyak penonton yang mengeluh karena merasa tidak nyaman dengn kondisi gedung pertunjukan.

“Penonton menyampaikan toiletnya tak layak. Ketika kami akan menangani, itu kewenangan pemerintah kota,” paparnya.

Di sisi lain, pihaknya juga terbebani dengan biaya-biaya operasional lainnya yang harus ditanggung sendiri seperti listrik, air dan sebagainya. “Soal retribusi  kalau sepi kita digratiskan,” paparnya.

Menurut Meimura masyarakat yang menyaksikan kesenian rakyat “Ludruk” menginginkan tempat pertunjukan bagus, indah dan sebagainya.

Dia menambahkan, di THR tak ada perubahan apapun. Pihaknya menginginkan dikembalikan ke tempat pertunjukan semula, yakni gedung ludruk di Pulo Wonokromo. “Saya ingin dikembalikan ke tobong, di situ damai,” harapnya. (goek)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkini

LEGISLATIF

Puan Lantang Serukan Aksi Kekerasan terhadap Masyarakat di Gaza Segera Diakhiri

ISTANBUL – Ketua DPR RI Puan Maharani menghadiri pertemuan kelompok parlemen negara-negara yang mendukung ...
SEMENTARA ITU...

Sumrambah Dorong DPRD Jatim dan Undar Terlibat dalam Pengembangan Kampung Adat Segunung

JOMBANG – Pembangunan Kampung Adat Segunung di Desa Segunung, Kecamatan Wonosalam, Kabupaten Jombang, terus ...
EKSEKUTIF

Penuhi Kebutuhan Telur dan Sayur, Surabaya Gandeng Kota Blitar

SURABAYA – Pemkot Surabaya terus berupaya menekan inflasi. Salah satu langkah konkret yang tengah dilakukan adalah ...
KRONIK

Bupati Sugiri Tinjau Jembatan Ambrol, Juli atau Agustus Bisa Dibangun

PONOROGO – Ambrolnya Jembatan Mingging di Desa Grogol, Kecamatan Sawoo, Ponorogo, pada 28 Maret lalu, mendapatkan ...
KABAR CABANG

DPC Tulungagung Terima Kunjungan Mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah

TULUNGAGUNG – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Tulungagung menerima kunjungan Mahasiswa ...
KRONIK

Konsisten, Banyuwangi 13 Tahun Berturut-turut Raih WTP

BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi kembali menunjukkan kinerja positif pengelolaan keuangan ...