Kamis
23 Oktober 2025 | 8 : 29

Gus Ipin: Santri dan Ulama Punya Peran Strategis dalam Perjuangan Kemerdekaan

pdip-jatim-251023-hari-santri-nggalek-1

Gus Ipin mengajak para santri tetap teguh memegang prinsip dasar ilmu dan adab, terutama di tengah gempuran narasi yang menggugat otoritas ilmu pondok pesantren.

TRENGGALEK – Ketua DPC PDI Perjuangan Trenggalek, Mochamad Nur Arifin membeberkan peran strategis santri dan ulama dalam pergerakan kemerdekaan Indonesia.

Menurut Bupati Trenggalek tersebut, kontribusi besar tersebut tidak hanya muncul lewat perjuangan fisik, tapi juga melalui jalur diplomasi di masa pendudukan Jepang yang kemudian melahirkan kekuatan tempur rakyat seperti Barisan PETA dan Laskar Hizbullah.

Pria yang juga akrab disapa Gus Ipin ini menyatakan, peringatan Hari Santri 2025 harus menjadi momentum refleksi, terutama di tengah maraknya narasi yang mempertanyakan otoritas ilmu yang bersumber dari pondok pesantren.

Dia menjelaskan, salah satu peran historis ulama terlihat dalam organisasi Jawa Hokokai, yang didirikan oleh pemerintahan militer Jepang (Gunseikan) untuk memobilisasi massa bagi keperluan armada tempur.

“Menariknya, di dalam organisasi Jawa Hokokai itu terdapat Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari dan Ir. Sukarno sebagai penasihat utama,” ungkap Gus Ipin di sela-sela Peringatan Hari Santri yang digelar DPP PDI Perjuangan, Rabu (22/10/2025).

Menurutnya, diplomasi yang dilakukan oleh para tokoh tersebut menjadi cikal bakal terbentuknya tenaga rakyat dalam barisan perjuangan kemerdekaan, yang berkembang menjadi kekuatan revolusioner sekitar tahun 1945.

“Terdapat barisan PETA dan Laskar Hizbullah yang di dalamnya dikomandoi kiai-santri dan berperan besar dalam revolusi kemerdekaan,” tegasnya.

Bupati muda yang gemar bermain sepak bola ini juga mengajak para santri untuk tetap teguh memegang prinsip dasar ilmu dan adab, terutama di tengah gempuran narasi yang menggugat otoritas ilmu pondok pesantren.

Dia menekankan bahwa hakikat seorang santri adalah menjadi “murid” yang menyadari diri sebagai al-fakir (merasa serba kekurangan) dan bercita-cita menjadi seorang “salik” (penempuh jalan spiritual).

“Tidak ada ilmu tanpa adab dan memuliakan sumber ilmu, termasuk di dalamnya para guru dan kiai kita,” tutur Gus Ipin.

Dalam kesempatan itu, dia mengutip teladan Sayyidina Ali dalam memuliakan guru. Sosok sahabat Nabi Muhammad SAW tersebut bahkan menempatkan seorang guru pada posisi yang sangat tinggi, meskipun hanya mengajarkan satu huruf.

“Seorang Sayyidina Ali saja mengaku hamba sahaya bagi siapa pun yang mengajarinya walau satu huruf,” tandasnya. (aris/pr)

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

LEGISLATIF

Candra: Penurunan Harga Pupuk Bersubsidi Melegakan Petani

JEMBER – Ketua Komisi B DPRD Jember Candra Ary Fianto mengatakan, kebijakan pemerintah pusat menurunkan harga pupuk ...
SEMENTARA ITU...

GOW Gelar Gebyar Wirausaha Perempuan, Eri Cahyadi Berharap UMKM Naik Kelas

SURABAYA – Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Surabaya kembali menggelar Gebyar Wirausaha Perempuan 2025 yang ...
KABAR CABANG

Banteng Kota Malang Teguhkan Semangat Kebangsaan di Hari Santri Nasional 2025

MALANG – PDI Perjuangan Kota Malang menegaskan komitmennya untuk terus memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan ...
KRONIK

Gemakan Yalal Wathon, PDI Perjuangan Rayakan Hari Santri dengan Paduan Suara Lintas Iman

JAKARTA – Ada yang berbeda dalam peringatan Hari Santri Nasional 2025 yang digelar DPP PDI Perjuangan di Sekolah ...
KABAR CABANG

Ajak Warga Surabaya Waspadai Cuaca Ekstrem, Buleks: Tolong Awasi Aktivitas Anak-anak

SURABAYA – Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana (Baguna) PDI Perjuangan Kota Surabaya, Budi Leksono (Buleks), ...
KABAR CABANG

Gus Ipin: Santri dan Ulama Punya Peran Strategis dalam Perjuangan Kemerdekaan

Gus Ipin mengajak para santri tetap teguh memegang prinsip dasar ilmu dan adab, terutama di tengah gempuran narasi ...