Senin
04 Agustus 2025 | 2 : 18

Megawati dan Jejak Kepemimpinan yang Menembus Zaman

Eri Irawan

MEGAWATI Soekarnoputri dikukuhkan menjadi Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan pada Kongres VI partai tersebut yang digelar di Bali. Ibu Mega kembali menunjukkan kiprahnya sebagai ibu bangsa, Presiden ke-5 RI sekaligus pemimpin utama sebuah partai yang menjadi salah satu kekuatan terbesar dan terpenting dalam sejarah perjalanan merawat demokrasi di Indonesia pada masa lampau, kini, dan masa depan.

Sejak awal PDI Perjuangan memang ditakdirkan menjadi partai yang memperjuangkan hak-hak demokrasi—dan itu terkait beragam aspek kepentingan umum—sekaligus berada di garda terdepan perlawanan terhadap rezim yang antidemokrasi.

Upaya rezim despotis Orde Baru menghancurkan PDI dan Megawati kala itu, di antaranya lewat penjegalan sistematis kepemimpinan Megawati di PDI hingga meletuslah peristiwa Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli) pada 1996, justru menjadi titik balik sejarah tegaknya demokrasi di negeri ini.

Sejarah membuktikan, dari peristiwa 27 Juli 1996, kita menjadi saksi datangnya sebuah kepemimpinan yang ditempa oleh kerasnya besi tirani. Sebuah kepemimpinan yang tak mau menjadi bebek, melainkan elang yang selalu terbang sendirian sebagaimana dikatakan Bung Karno.

Sebuah kepemimpinan yang memahami bahwa untuk meluruskan dan meraih cita-cita bersama bangsa Indonesia dibutuhkan sebuah keberanian dan tekad kuat. Itulah kepemimpinan seorang Megawati Soekarnoputri.

Sepanjang pemerintahan pasca-Reformasi, PDI Perjuangan senantiasa bergerak bersama rakyat untuk memperjuangkan agenda-agenda demokratis dan kesejahteraan sosial. Bahkan saat perjuangan itu dihantam dengan kriminalisasi, kader-kader partai tetap bergerak maju.

Saat Pemilu 2024, ada upaya-upaya sistematis untuk menghancurkan PDI Perjuangan. Upaya-upaya itu bahkan dilakukan dengan cara-cara yang kasar yang oleh banyak pengamat disebut diduga melibatkan perangkat negara.

Partai ini dikuyo-kuyo, coba dipecah-belah dengan berbagai cara. Namun kita semua tahu, upaya dan tipu muslihat itu tak menuai sukses. PDI Perjuangan tetap menjadi partai pemenang Pemilu.

Variabel terbesar kekuatan PDI Perjuangan di tengah berbagai hantaman tantangan, dari masa ke masa, ada pada sosok Ibu Megawati. Beliau menyatukan seluruh elemen partai untuk menerjemahkan ideologi menjadi gerakan kolektif yang tak terbendung.

Mungkin ini satu-satunya partai yang ketua umumnya membahas begitu detil soal hal-hal transformasional, alih-alih bicara politik transaksional: mulai program ”Perempuan Berdaya, Indonesia Raya” seperti penanganan stunting serta mengurangi angka kematian ibu dan bayi, menjaga sumber mata air, memulihkan ekosistem sungai, merawat mangrove, hingga berinovasi menciptakan lapangan kerja untuk rakyat.

Setiap pertemuan partai dalam skala besar, rapat-rapat internal struktural partai, hingga pengarahan kepada para kader, hal-ihwal itulah yang dibahas oleh Ibu Megawati. Secara rutin, Ibu Megawati menginstruksikan para kadernya hingga tingkat anak ranting (kepengurusan di tingkat RW) untuk menggalang program-program tersebut sebagai bakti partai untuk Ibu Pertiwi sekaligus upaya ”bonding” para kader partai dengan rakyat. Itulah yang kerap dimaksud Ibu Megawati sebagai ”menggenggam tangan persatuan dengan rakyat”.

Karisma Ibu Megawati tidak terbentuk hanya karena beliau anak Bung Karno. Lebih dari itu, karisma dan kekuatan kepemimpinan Ibu Mega terbentuk dengan tempaan dan cobaan politik. Megawati berdiri kokoh menghadapi Orde Baru—yang saat itu tak pernah satu pun orang berani berimajinasi bahwa rezim despotis itu akan tumbang. Saat Soeharto menjadikan dirinya sebagai sentral kekuasaan, Megawati dinobatkan rakyat menjadi sentral gerakan perlawanan demokratis.

Di masa kepemimpinannya sebagai presiden ke-5 RI, Megawati menunjukkan komitmennya terhadap demokrasi dengan merintis pembentukan Mahkamah Konstistusi, sebuah mahkamah yang diikhtiarkan untuk menegakkan konstitusi sebagai pranata kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus diikuti dengan selurus-lurusnya. Ibu Mega menyebut MK memiliki tugas yang sangat berat dan penting: mewakili seluruh rakyat Indonesia di dalam mengawal konstitusi dan demokrasi.

“Saya sebagai Presiden didampingi oleh Menteri Sekretaris Negara, mencarikan sendiri gedungnya (MK) dan saya putuskan berada di dekat Istana, yaitu suatu tempat yang sangat strategis yang disebut sebagai ’Ring Satu’,” kata Ibu Mega dalam pidato bertajuk ”Suara Hati Nurani”, 12 November 2023.

Komitmennya yang lain dalam menjaga demokrasi dan konstitusi adalah keputusannya menolak wacana perpanjangan masa kepresidenan Joko Widodo. Sebuah keputusan super berani di tengah upaya terstruktur, sistematis, dan masif untuk mendekonstruksi demokrasi di Indonesia. Sebuah keputusan yang menempatkan kepentingan republik di atas politik dagang sapi semata.

Sebuah keputusan yang mungkin harus dibayar mahal terkait kepentingan politik sesaat bagi PDI Perjuangan, tapi justru keputusan itulah yang tak butuh waktu lama untuk mendapat ”pengadilan” dari mahkamah sejarah sebagai keputusan tepat untuk menjaga masa depan demokrasi di republik ini.

Kini semua memuji keputusan Ibu Mega tersebut. Bahkan tokoh hingga pengamat yang dulu “nyinyir” ke Ibu Mega, kini dengan terbuka menyatakan keputusan beliau menolak perpanjangan masa kepresidenan maupun wacana tiga periode Jokowi sebagai upaya menyelamatkan demokrasi dan negara ini.

Dengan banyak catatan itu, tak heran jika kemudian Ibu Megawati tak hanya sosok pemimpin, namun juga simbol kekuatan partai. Pelembagaan ideologi yang konsisten dijalankan Ibu Mega dengan menginternalisasi nilai-nilai kerakyatan ke setiap derap langkah Partai hingga tingkat akar rumput telah sukses menjadikan PDI Perjuangan sebagai partai yang bergerak nyaris tiada henti di tengah kehidupan rakyat.

Maka pengukuhan Ibu Mega sebagai ketua umum PDI Perjuangan merupakan upaya untuk merawat apa yang telah diikhtiarkan beliau dalam menjaga demokrasi, dan dengan demikian mengawal pemenuhan amanat penderitaan rakyat. Itulah yang membuat PDI Perjuangan bukan hanya bertahan, tetapi juga relevan dengan setiap masa: bukan hanya sigap bertahan mengelola hantaman eksternal, tetapi juga adaptif di tengah zaman yang begitu dinamis. ()

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

SEMENTARA ITU...

Eri Cahyadi Buka Taman Harmoni, Transformasi Tempat Sampah Jadi Paket Wisata Komplit

SURABAYA – Setelah lama ditunggu, akhirnya wisata Taman Harmoni Keputih Surabaya resmi dibuka oleh Wali Kota ...
KRONIK

Romy Soekarno: Pidato Megawati Isyaratkan Kembalinya Partai pada Kekuatan Rakyat dan Tanggung Jawab Sejarah

JAKARTA – Anggota Komisi ll dari Fraksi PDI Perjuangan DPR RI, Romy Soekarno, menilai pidato Megawati Soekarnoputri ...
KRONIK

Eri Cahyadi Imbau Warga Tidak Main Layangan di Pemukiman, Rawan Lukai Pengendara

SURABAYA – Belakangan ini permainan layangan tengah menjadi sorotan. Muncul banyak laporan di berbagai daerah, ...
KRONIK

Jalan Sehat Hari Koperasi, Bupati Lukman: Mari Kembangkan Ekonomi Bersama Koperasi

BANGKALAN – Ribuan masyarakat Bangkalan memadati area depan Pendopo Agung Bangkalan pada Minggu (3/8/2025) pagi. ...
LEGISLATIF

Eri Cahyadi Gandeng Dunia Usaha Hadirkan Wajah Baru Taman Harmoni, DPRD: Terobosan Baru!

SURABAYA – Wajah baru Taman Harmoni Keputih resmi diperkenalkan Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi kepada publik. ...
LEGISLATIF

Puan Soroti Dana Bansos Mengendap Rp 2,1 T di 10 Juta Rekening

JAKARTA – Ketua DPR RI Puan Maharani, menyoroti temuan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) ...