GRESIK – “Nenek moyangku seorang pelaut. Gemar mengarung luas samudra.
Menerjang ombak, tiada takut.
Menempuh badai, sudah biasa.”
Syair pada bait pertama lagu Nenek Moyangku tersebut, menjadi gambaran bagaimana awak kapal Rumah Sakit Apung Laksamana Malahayati telah menjelajah sebagian perairan nusantara.
Suatu ketika, seperti diceritakan kepala tim kesehatan RS Apung Laksamana Malahayati dr Januar kepada pdiperjuangan-jatim.com di sela kesibukannya memberikan layanan kesehatan di Lamongan dan Gresik, 17 dan 20 September 2023.
Selepas memberikan pelayanan kesehatan di Aceh, kapal berkelir merah melanjutkan misi kemanusiaan. Tujuan berikutnya adalah Medan.
Kapal mengangkut tim medis yang berjumlah delapan orang. Diluar beberapa orang lainnya sebagai awak kapal atau ABK.
“Tim medis terdiri dari dua dokter, dua bidan, dua perawat dan dua staf,” katanya.
Kapal berukuran 30 x 9 meter, dengan kecepatan maksimal 7 knot itu pun melaju di perairan Aceh – Medan. Saat itu angin bertiup kencang.
“Gelombang setinggi 2,5 meter,” ungkap dokter Januar.
Di Medan, tim medis melaksanakan operasi sirkumsisi atau sunat. Sebelumnya, khitan massal juga dilakukan tim saat kapal RS Laksamana Malahayati berlabuh di sejumlah tempat.
“(Sunat massal) Kurang lebih empat kali. Di Jakarta, Batam, Medan dan Jambi,” katanya.
Kapal rumah sakit Laksamana Malahayati memiliki beberapa fasilitas kesehatan. Seperti ruang medis, untuk operasi kecil dan membersihkan luka-luka serta mobil ambulans.
Baca juga: Bupati Gresik Buka Pengobatan Gratis RS Apung Laksamana Malahayati
Selama memberikan layanan kesehatan, tidak didapatkan keluhan yang cukup serius dari masyarakat. Umumnya seputar batuk, pilek, pusing.
“Anak kecil batuk pilek, yang muda-muda pusing dan maag. Kalau orang tua mengeluhkan capek-capek, kesemutan, asam urat, kolestrol dan diabetes,” jelas dr Januar. (mus/mnh/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS