SURABAYA – Kalangan muda Kota Pahlawan tergabung dalam komunitas Upgrading mendaulat Whisnu Sakti Buana sebagai ‘bapak-e kaum muda Surabaya’. Sebab, selain usia calon wakil wali kota pendamping Cawali Tri Rismaharini itu paling muda ketimbang kandidat lainnya, Whisnu dipercaya bisa mengayomi anak-anak muda.
“Pak Whisnu paling muda usianya, lebih muda dan berjiwa muda. Arek-arek Suroboyo butuh pengayom yang mengerti dunia anak muda,” kata Setiawan, juru bicara komunitas Upgrading, Rabu (7/10/2015).
Ungkapan itu disampaikan Setiawan, saat bertemu dengan Whisnu di sebuah Kopi Rolag, Gunungsari. Komunitas Upgrading sendiri adalah kelompok anak-anak muda yang anggotanya dari karang taruna, remaja masjid (remas) dan elemen muda lainnya.
Menurut Setiawan, Komunitas Upgrading mempunyai misi mempromosikan potensi-potensi kampung di Surabaya di bidang ekonomi, budaya, dan gaya hidup komunitas muda, sebagai motor pembangunan kota.
Di sela acara ngobrol, Whisnu Sakti (WS) mengajak anggota Komunitas Upgrading meneladani semangat pantang menyerah sebagaimana yang diperlihatkan pahlawan-pahlawan asal Surabaya. Seperti Sawunggaling, Adipati Surabaya di zaman kolonial Belanda.
Di zamannya, tekad Sawunggaling sangat kuat untuk memerangi Belanda, dia selalu menambah kekuatan laskarnya. Dalam suatu peperangan yang sengit, Sawunggaling berhasil membunuh petinggi pasukan Belanda, Jenderal De Boor.
Semangat Sawunggaling yang pantang menyerah dalam segala hal, menurut WS, patut diteladani anak-anak muda sekarang. Dia ingin menghidupkan semangat Sawunggaling itu, sebagai identitas Surabaya.
“Ayolah sekarang kita gerakkan mulai dari kampung-kampung. Apalagi sebentar lagi memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi Asean),” kata WS.
Whisnu pun berupaya untuk mengembangkan potensi anak muda, di antaranya melalui pelatihan, mendatangkan anak muda yang punya success story, festival kampung, job fair wirausaha dan kegiatan lain yang merupakan hasil kreasi mereka sendiri.
“Melalui kegiatan itu agar kreativitas mereka muncul,” ujarnya
Putra mantan Sekjen DPP PDI Perjuangan, almarhum Ir. Sutjipto ini mencontohkan, berdirinya Kopi Rolag yang letaknya di pinggiran sungai kawasan Gunungsari. Asal muasalnya, menurutnya, ide dari pemilik café, Rahadi Yoga, berawal dari hobi cangkrukan, akhirnya bisa menjadi sumber pendapatan.
“Biasanya cangkruk keluar duit, sekarang malah dapat duit,” jelasnya.
Dia menyatakan siap memfasilitasi kreativitas anak muda seperti yang ditunjukkan pemilik Kopi Rolag. Whisnu mengapresiasi kegiatan wirausaha membuka kedai kopi, meskipun sebenarnya pemilik tersebut berprofesi dokter lulusan Universitas Airlangga tahun 2011.
“Mas Rahadi ini dokter lulusan Unair. Makanya saya salut dengan gagasannya membuka wirausaha ini,” ucapnya. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS