JAKARTA – Potret Soekarno dalam bingkai berwarna emas terpasang tegak. Menempel di dinding putih. Berpose duduk. Memakai safari dan peci. Khas gaya presiden pertama Indonesia ini. Lebar bingkai semeter lebih. Panjang setengah meter. Dipasang pada area ruang tamu. Tepat di atas sofa berwarna krem. Berseberangan dengan pintu masuk. Seolah menyambut siapa saja orang datang.
Gambar itu semakin terasa memiliki makna mendalam. Ketika mengetahui bahwa kediaman tengah kami sambangi merupakan rumah anak pertama Soekarno, Guntur Soekarnoputra. Berada di kawasan Kemang Timur, Jakarta Selatan. Rumah tersebut terhitung luas. Dengan halaman dipenuhi banyak tumbuhan dan taman serta kolam renang di bagian belakang. Terlihat asri. Sedangkan bangunan rumah berlapis cat krem. Hampir di seluruh ruangan.
Sore itu, cuaca di luar hujan. Suhu ruangan terasa makin dingin. Ditambah angin dari pendingin ruangan begitu kencang. Berada tepat di atas sebelah kiri. Kami diminta seorang asisten rumah tangga duduk di bawah potret Soekarno. Sambil menunggu seseorang wanita berkerudung merah ingin kami temui. Ketika itu dia sedang asyik melakukan pemotretan.
Wanita tersebut adalah Puti Pramathana Puspa Seruni Paundrianagari Guntur Soekarnoputri. Atau akrab dipanggil Puti Guntur Soekarno. Satu jam lebih kami menunggu. Hingga akhirnya azan Magrib berkumandang. Puti istirahat. Meminta waktu untuk salat. Di sela waktu santai, dia sempat menyapa kami. Sekaligus meminta izin untuk menyelesaikan sesi pemotretan.
“Aku salat dulu ya. Nanti selesai pemotretan kita baru ngobrol-ngobrol,” ujar Puti kepada kami, Minggu (14/1) lalu. Dia lalu masuk ke sebuah kamar. Tampak tergesa-gesa.
Beres istirahat, Puti melanjutkan pemotretan. Pakaiannya berganti. Sebelumnya pakaian warna hitam dan terlihat lebih formal. Lalu diganti dengan kaos lengan panjang dan bertulis ‘beautIPUL’ di bagian depan. Terlihat lebih santai. Sesi foto sore itu penting bagi Puti. Hasil foto nanti dipakai untuk dipasang di semua alat peraga kampanye.
Semenjak ditunjuk Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) maju sebagai calon wakil gubernur (cawagub) Jawa Timur mendampingi Saifullah Yusuf alias Gus Ipul, kegiatannya semakin menumpuk. Dia resmi diusung pada 10 Januari lalu. Tugasnya cukup berat. Posisinya menggantikan Bupati Banyuwangi Azwar Anas lantaran disandung sebuah masalah.

Hampir satu jam setengah kami kembali menunggu. Sempat mengintip bagaimana proses pemotretan Puti. Di depannya seorang fotografer tengah asik memainkan jari-jemarinya di atas kamera. Mengatur rana dan lensa kamera. Sesekali memberi arahan gaya.
Suasana ruang tengah rumah itu tengah ramai. Sekitar 10 orang. Selain fotografer, ada juga tim perias wajah. Di sana kami juga melihat Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN), Irfan Wahid alias Ipang Wahid. Ada juga konsultan dan pengamat politik, Yunarto. Ipang terkadang ikut mengatur pose untuk Puti. Sedangkan Yunarto hanya melihat. Tapi, tak lama Direktur Eksekutif Charta Politika itu pamit. Lalu bersalaman dengan Puti.
Pemotretan akhirnya selesai. Puti menghela nafas. Menyampaikan lelahnya berlagak bak model foto. “Susah juga ya jadi model,” keluhnya. Lalu kembali menemui kami di ruang tamu.
Kami dan Puti berbincang. Bercerita banyak hal. Untuk saling mengenal. Menanyakan kabar dan kesibukannya selama berkecimpung di dunia politik. Termasuk mengulik cerita bagaimana proses dirinya ditunjuk Ketua Umum PDIP sekaligus tantenya, Megawati Soekarnoputri. Harus diakui, kata Puti, proses tersebut mengagetkan dan cepat.
Semua berawal dari telepon Gus Ipul dua hari sebelum dirinya ditunjuk partai. Puti merasa kaget. Ketika itu dia tengah di Tokyo, Jepang. Dalam perbincangan, lanjut Puti, pasangannya di Pilkada Serentak itu berbincang mengenai kabar dan persoalan di DPR dan wilayah Jabar. Terkadang diselingi candaan sebagai kawan.
Sampai akhirnya Gus Ipul menawarkan dirinya mendampingi dan menggantikan Anas sebagai cawagub. Puti tak mau anggap serius. “Gus Ipul bilang ‘Mbak bagaimana kalau mendampingi di Jawa timur?’,” kata Puti menirukan perkataan Gus Ipul. Meski menganggapnya sebagai seloroh, Puti tetap menanggapi.
Ketika itu Puti menjawab, “Gus, nun sewu kalau mau gini, tolong bicaranya jangan sama saya. bicaranya sama ibu.” Pernyataan ibu di sini merujuk pada Megawati.Puti tak berani memutuskan. Maupun meminta tantenya memutuskan.
Pembicaraan mereka usai. Sambungan telepon pun putus. Tidak menyangka. Begitu pikirannya. Penawaran dari Gus Ipul itu tak pernah diperkirakan. Setelah Puti lebih memilih salat istikarah. Meminta petunjuk.
Keesokan harinya, kejutan lebih besar datang. Panggilan dari partai meminta dirinya kembali ke Jakarta. Dia harus sampai besok dan menemui Megawati. Puti pun merapikan pakaiannya. Bersiap kembali ke Indonesia. Panggilan itu dipenuhi Puti.

“Saya katakan, ‘siap bu, saya akan menjalankan amanah ini karena yang ibu sampaikan adalah untuk menjaga kebersamaan kebhinekaan kita yang dimulai dari Jawa Timur’.” ungkapnya.
Isyarat adanya penugasan sudah dirasakan ketika berada di pesawat menuju Indonesia. Puti merasa selalu terbayang wajah sang kakek, Soekarno. Tiap mata terpejam wajah itu selalu muncul. Sempat membuat perasaannya tak nyaman.
Di satu sisi Puti juga merasa tanda ini sebagai panggilan. Terutama untuk memajukan Indonesia dari ufuk timur Pulau Jawa. “Begitu saya merem lagi, saya istigfar yang keluar lagi malah wajah eyang. Jadi enggak tahu yah, ini semua memang jalannya Allah. Ya mudah-mudahan ini semua jadi barokah buat kita semua,” ujarnya.
Mandat itu diterima. Tanpa banyak berpikir. Pelbagai konsekuensi siap diambil. Puti lekas bergegas. Menemui Gus Ipul dan merapikan banyak urusan politik. Semua dilakukan. Demi fokus dalam pertarungan Pilkada Jatim.
Hampir satu jam lebih kami berbincang. Berbicara banyak hal. Selain cerita soal karir politik, kami jadi mengetahui kesukaan Puti terhadap India. Ternyata wanita 47 ini begitu mengidolai artis besar India, Shahrukkh Khan.
Pembicaraan pun usai. Kami berpamitan. Bersalaman. Sambil meminta agar komunikasi kami tetap berlanjut. Dan tak lupa meminta berfoto bersama. Puti justru meminta izin pulang terlebih dahulu dari kediaman ayahnya. Dia beralasan di kediamannya tengah digelar pengajian sekaligus syukuran terpilihnya dia sebagai cawagub Jawa Timur. (merdeka)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS