Jumat
18 April 2025 | 6 : 54

Tentang Api yang Menyala dari Mrapen

Eri Irawan

Oleh Eri Irawan*

APA yang bisa kita harapkan dari sebuah api yang menyala? Syahdan, adalah api yang mengawali tumbuhnya peradaban di muka bumi dan menyibak gelap. Api adalah anugerah dan kekuatan yang membuat Prometheus rela dihukum dalam siksa keabadian: hatinya dicabik seekor rajawali. Zeus, dewa tertinggi dalam mitologi Yunani, menugaskannya membawa api abadi. Namun Promotheus memilih membagikan api itu kepada umat manusia dan mengajarkan cara nenempa logam, dan dari sana kita tahu teknologi berkembang.

Ribuan tahun kemudian, di masa modern, Olimpiade dan semua selebrasi pesta olahraga mengenang Promotheus dengan obor dan nyala api.

Dari sana kita tahu, nyala api adalah simbol keberanian dan tekad. Passion dan zeitgeist kehidupan. Maka saat PDI Perjuangan memutuskan mengambil api dari Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah untuk dibawa ke arena Rapat Kerja Nasional V di Jakarta, pesan yang disampaikan terang-benderang: tekad belum padam, perjuangan belum selesai.

Api perjuangan itu akan dibawa sepanjang 526 kilometer melewati 20 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat, dan akan sampai di Jakarta pada 23 Mei 2024. Api senantiasa digunakan sebagai simbol dan identifikasi nasionalisme oleh Sukarno. Dalam buku “Di Bawah Bendera Revolusi”, dia membedakan “api” dan “abu” untuk menjelaskan revolusi nasional. Kita kemudian mengingat adagium “warisi apinya, jangan abunya”.

“Hanya orang-orang yang mewarisi abu daripada Proklamasi, dan tidak mewarisi apinya, tidak mengerti perkataan saya ini. Tetapi orang-orang yang mewarisi Api Proklamasi, orang-orang revolusioner-sejati kataku tadi, mengerti akan hal ini,” tulisnya.

“Api tidak berhenti, api terus hidup, api revolusi adalah laksana ndaru yang terus bergerak. ‘A Revolution has no end’, satu revolusi tak pernah berhenti.”

Dari api abadi di Mrapen pula, Sukarno memulai spirit perlawanan terhadap imperalisme Barat dengan menggelar pesta olahraga Games of the New Emerging Forces (Ganefo) yang diikuti negara-negara berkembang pada 1963.

Maka api yang dibawa dari Mrapen sejatinya bukan hanya soal seremoni dan gengsi. Lebih dari itu, ini menjadi pengingat bagi mereka yang percaya bahwa kekuatan politik yang menyatu dengan rakyat bagai baja yang harus ditempa dengan api ideologi.

Dalam situasi seperti saat ini, api dari Mrapen membawa pesan ke khalayak ramai bahwa komitmen ideologis PDI Perjuangan tak akan pernah padam dan tak akan pernah mudah dipadamkan oleh siapapun yang tak menyukai perjuangan merawat negeri ini. (*)

*Kader PDI Perjuangan Surabaya

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

KRONIK

Sumenep Raih WTP Delapan Kali, H. Zainal: Fondasi untuk Melangkah Lebih Maju

SUMENEP – Ketua DPRD Sumenep, H. Zainal Arifin, mengapresiasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep atas ...
KRONIK

Atasi Penyebab Banjir, Bupati Sugiri Tinjau Normalisasi Dam dan Drainase

PONOROGO – Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, melakukan peninjauan ke sejumlah titik perbaikan penanggulangan banjir ...
EKSEKUTIF

Delapan Kali Raih WTP, Bupati Fauzi: Setiap Rupiah Uang Rakyat Harus Dikelola dengan Tanggung Jawab

SUMENEP – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumenep menorehkan prestasi membanggakan dalam pengelolaan keuangan daerah. ...
LEGISLATIF

Kesejahteraan Guru Madrasah Terabaikan, Fraksi PDIP DPRD Jember Siap Pasang Badan!

JEMBER – Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Jember siap menjadi garda depan pelindung hak-hak guru madrasah. ...
KRONIK

Tampung Keluhan Petani, Sonny Harap Bulog Tanggung Jawab dan Gerak Cepat

BANYUWANGI – Menyikapi keluhan petani Banyuwangi yang kesulitan menjual gabah ke Bulog, anggota Komisi IV DPR RI, ...
SEMENTARA ITU...

Serahkan Dana Hibah 2025, Ning Ita Tekankan Transparansi dan Kepatuhan Regulasi

MOJOKERTO – Wali Kota Ika Puspitasari mensosialisasikan Paket Regulasi dan Penyerahan Simbolis kepada lembaga ...