Kamis
26 Juni 2025 | 11 : 14

Tentang Api yang Menyala dari Mrapen

Eri Irawan

Oleh Eri Irawan*

APA yang bisa kita harapkan dari sebuah api yang menyala? Syahdan, adalah api yang mengawali tumbuhnya peradaban di muka bumi dan menyibak gelap. Api adalah anugerah dan kekuatan yang membuat Prometheus rela dihukum dalam siksa keabadian: hatinya dicabik seekor rajawali. Zeus, dewa tertinggi dalam mitologi Yunani, menugaskannya membawa api abadi. Namun Promotheus memilih membagikan api itu kepada umat manusia dan mengajarkan cara nenempa logam, dan dari sana kita tahu teknologi berkembang.

Ribuan tahun kemudian, di masa modern, Olimpiade dan semua selebrasi pesta olahraga mengenang Promotheus dengan obor dan nyala api.

Dari sana kita tahu, nyala api adalah simbol keberanian dan tekad. Passion dan zeitgeist kehidupan. Maka saat PDI Perjuangan memutuskan mengambil api dari Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah untuk dibawa ke arena Rapat Kerja Nasional V di Jakarta, pesan yang disampaikan terang-benderang: tekad belum padam, perjuangan belum selesai.

Api perjuangan itu akan dibawa sepanjang 526 kilometer melewati 20 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat, dan akan sampai di Jakarta pada 23 Mei 2024. Api senantiasa digunakan sebagai simbol dan identifikasi nasionalisme oleh Sukarno. Dalam buku “Di Bawah Bendera Revolusi”, dia membedakan “api” dan “abu” untuk menjelaskan revolusi nasional. Kita kemudian mengingat adagium “warisi apinya, jangan abunya”.

“Hanya orang-orang yang mewarisi abu daripada Proklamasi, dan tidak mewarisi apinya, tidak mengerti perkataan saya ini. Tetapi orang-orang yang mewarisi Api Proklamasi, orang-orang revolusioner-sejati kataku tadi, mengerti akan hal ini,” tulisnya.

“Api tidak berhenti, api terus hidup, api revolusi adalah laksana ndaru yang terus bergerak. ‘A Revolution has no end’, satu revolusi tak pernah berhenti.”

Dari api abadi di Mrapen pula, Sukarno memulai spirit perlawanan terhadap imperalisme Barat dengan menggelar pesta olahraga Games of the New Emerging Forces (Ganefo) yang diikuti negara-negara berkembang pada 1963.

Maka api yang dibawa dari Mrapen sejatinya bukan hanya soal seremoni dan gengsi. Lebih dari itu, ini menjadi pengingat bagi mereka yang percaya bahwa kekuatan politik yang menyatu dengan rakyat bagai baja yang harus ditempa dengan api ideologi.

Dalam situasi seperti saat ini, api dari Mrapen membawa pesan ke khalayak ramai bahwa komitmen ideologis PDI Perjuangan tak akan pernah padam dan tak akan pernah mudah dipadamkan oleh siapapun yang tak menyukai perjuangan merawat negeri ini. (*)

*Kader PDI Perjuangan Surabaya

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

LEGISLATIF

Jember Berupaya Jadi Kabupaten Layak Anak, Indi Naidha: Jangan Sekadar Kejar Target Administratif

JEMBER – Kabupaten Jember terus mengupayakan peningkatan predikat sebagai Kabupaten Layak Anak (KLA). Setelah ...
LEGISLATIF

F-PDIP DPRD Kabupaten Malang Dorong Adanya Perda Perlindungan Kerja ASN dari Intervensi Politik

MALANG – Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kabupaten Malang mendorong adanya sebuah Perda perlindungan ASN dari intervensi ...
KABAR CABANG

DPC PDI Perjuangan Surabaya Konsolidasikan Satgas Partai

SURABAYA – DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya melanjutkan konsolidasi internal. Kali ini, giliran Satuan Tugas ...
SEMENTARA ITU...

Banyuwangi Resmi Luncurkan “Sunwangi”, Beras Biofortifikasi Bernutrisi Tinggi

BANYUWANGI – Setelah sekitar setahun melalui proses penelitian budidaya, Kabupaten Banyuwangi meluncurkan ekosistem ...
KABAR CABANG

‘Aku Melihat Indonesia’ Menggema di Pendopo Wedya Graha Ngawi

NGAWI – Suara lantang Florencya Karina Putri, siswi SDN Gendingan 5, menggema dari atas panggung Pendopo Wedya ...
KRONIK

Bupati Lukman Peringati HUT Bhayangkara dengan Senam Bersama dan Santunan untuk Anak Yatim

BANGKALAN – Bupati Bangkalan, Lukman Hakim, merayakan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Bhayangkara dengan ...