Selasa
26 November 2024 | 5 : 24

Tentang Api yang Menyala dari Mrapen

Eri Irawan

Oleh Eri Irawan*

APA yang bisa kita harapkan dari sebuah api yang menyala? Syahdan, adalah api yang mengawali tumbuhnya peradaban di muka bumi dan menyibak gelap. Api adalah anugerah dan kekuatan yang membuat Prometheus rela dihukum dalam siksa keabadian: hatinya dicabik seekor rajawali. Zeus, dewa tertinggi dalam mitologi Yunani, menugaskannya membawa api abadi. Namun Promotheus memilih membagikan api itu kepada umat manusia dan mengajarkan cara nenempa logam, dan dari sana kita tahu teknologi berkembang.

Ribuan tahun kemudian, di masa modern, Olimpiade dan semua selebrasi pesta olahraga mengenang Promotheus dengan obor dan nyala api.

Dari sana kita tahu, nyala api adalah simbol keberanian dan tekad. Passion dan zeitgeist kehidupan. Maka saat PDI Perjuangan memutuskan mengambil api dari Mrapen, Grobogan, Jawa Tengah untuk dibawa ke arena Rapat Kerja Nasional V di Jakarta, pesan yang disampaikan terang-benderang: tekad belum padam, perjuangan belum selesai.

Api perjuangan itu akan dibawa sepanjang 526 kilometer melewati 20 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat, dan akan sampai di Jakarta pada 23 Mei 2024. Api senantiasa digunakan sebagai simbol dan identifikasi nasionalisme oleh Sukarno. Dalam buku “Di Bawah Bendera Revolusi”, dia membedakan “api” dan “abu” untuk menjelaskan revolusi nasional. Kita kemudian mengingat adagium “warisi apinya, jangan abunya”.

“Hanya orang-orang yang mewarisi abu daripada Proklamasi, dan tidak mewarisi apinya, tidak mengerti perkataan saya ini. Tetapi orang-orang yang mewarisi Api Proklamasi, orang-orang revolusioner-sejati kataku tadi, mengerti akan hal ini,” tulisnya.

“Api tidak berhenti, api terus hidup, api revolusi adalah laksana ndaru yang terus bergerak. ‘A Revolution has no end’, satu revolusi tak pernah berhenti.”

Dari api abadi di Mrapen pula, Sukarno memulai spirit perlawanan terhadap imperalisme Barat dengan menggelar pesta olahraga Games of the New Emerging Forces (Ganefo) yang diikuti negara-negara berkembang pada 1963.

Maka api yang dibawa dari Mrapen sejatinya bukan hanya soal seremoni dan gengsi. Lebih dari itu, ini menjadi pengingat bagi mereka yang percaya bahwa kekuatan politik yang menyatu dengan rakyat bagai baja yang harus ditempa dengan api ideologi.

Dalam situasi seperti saat ini, api dari Mrapen membawa pesan ke khalayak ramai bahwa komitmen ideologis PDI Perjuangan tak akan pernah padam dan tak akan pernah mudah dipadamkan oleh siapapun yang tak menyukai perjuangan merawat negeri ini. (*)

*Kader PDI Perjuangan Surabaya

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

KRONIK

Hari Guru Nasional, Bupati Fauzi Apresiasi Dua Pendidik Raih Prestasi Tingkat Nasional

SUMENEP – Pada peringatan Hari Guru Nasional 2024, Bupati Sumenep, Achmad Fauzi Wongsojudo memberi apresoasi atas ...
KABAR CABANG

Untuk Risma-Gus Hans dan Eri-Armuji, PDIP Surabaya Gelar Doa Bersama dan Santuni Anak Yatim Piatu

SURABAYA – Memasuki hari kedua masa tenang Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) 2024, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) ...
LEGISLATIF

DPRD Surabaya Bentuk Pansus Raperda Pengembangan Ekraf

SURABAYA – Sidang paripurna ketiga DPRD Surabaya pada Senin (25/11/2024) memutuskan pembentukan panitia khusus ...
EKSEKUTIF

Usai Cuti Kampanye, Eri Pastikan Pengerjaan Proyek Strategis di Kota Surabaya

SURABAYA – Setelah dua bulan cuti kampanye Pilkada 2024, Eri Cahyadi kembali ke Balai Kota Surabaya melanjutkan ...
LEGISLATIF

Jaga Kepercayaan Rakyat dan Pastikan Pilkada Berlangsung Demokratis, Pulung Harap APH Netral

SURABAYA – Anggota Komisi III dari Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Pulung Agustanto menyoroti pentingnya netralitas ...
KABAR CABANG

Menangkan Pilgub Jatim, DPC Kota Probolinggo Perkuat Saksi

PROBOLINGGO – Memenangkan Risma-Gus Hans di Pilkada Jawa Timur menjadi sebuah harga mati bagi kader PDI Perjuangan ...