MADIUN – Dalam suasana malam penuh haru dan penghormatan, DPC PDI Perjuangan Kota Madiun menggelar tabur bunga di perempatan Jalan DI Panjaitan, tepat di depan kantor DPC, Minggu malam (27/7/2025).
Kegiatan ini menjadi puncak peringatan tragedi Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli), peristiwa kelam yang terjadi pada 27 Juli 1996 dan menorehkan luka mendalam dalam sejarah perjuangan partai.
Tabur bunga dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan doa bagi para kader partai yang gugur dalam peristiwa berdarah tersebut.
Baca juga: Memori Luka 27 Juli Dikenang Penuh Haru, Tangis dan Doa Iringi Renungan Kudatuli di DPC Kota Madiun
Dengan diiringi doa dan lantunan renungan perjuangan, para kader partai menaburkan bunga satu per satu di titik simbolis perjuangan, menandai keteguhan hati mereka untuk meneruskan semangat para pendahulu.
Hadir dalam kesempatan tersebut Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Madiun, Anton Kusumo, seluruh anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Madiun, jajaran pengurus DPC, PAC, serta para pengurus ranting se-Kota Madiun.
Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Madiun, Anton Kusumo, tampak memimpin langsung prosesi tersebut. Dia mengungkapkan bahwa tabur bunga di lokasi tersebut bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk penghormatan ideologis dan refleksi mendalam atas pengorbanan para pejuang partai.
Anton Kusumo menyampaikan bahwa tragedi 27 Juli bukan sekadar catatan sejarah kelam, melainkan bukti nyata betapa besar pengorbanan kader-kader partai dalam memperjuangkan kebenaran dan demokrasi.

“Peristiwa 27 Juli adalah sebuah tragedi berdarah. Saat itu, banyak kader partai berjuang habis-habisan. Mereka mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, bahkan harta benda. Tidak sedikit pula yang rela mengorbankan nyawanya demi mempertahankan kantor partai yang sangat mereka cintai,” beber Anton.
Dia menambahkan, memperingati Kudatuli merupakan kewajiban moral dan ideologis. Selain sebagai bentuk penghormatan terhadap para pejuang partai, momen ini juga menjadi sumber inspirasi dan semangat juang bagi seluruh kader.
“Ini menjadi pengingat sekaligus penyemangat agar kita tidak pernah lelah memperjuangkan kebenaran. Demokrasi bukanlah warisan yang tinggal dinikmati, tapi harus terus diperjuangkan. Ini adalah tugas kita semua, tidak hanya PDI Perjuangan, tapi seluruh warga negara Indonesia yang mencintai bangsa dan negara ini,” ujarnya.
Anton menekankan bahwa tragedi 27 Juli bukan sekadar sejarah. Ia adalah titik balik kesadaran kolektif untuk terus memperjuangkan kebenaran, keadilan, dan demokrasi yang sejati. Para kader, menurutnya, harus terus menjaga nyala semangat itu.
“Kudatuli mengingatkan kita bahwa demokrasi tidak diwariskan, melainkan diperjuangkan. Kebenaran tidak datang sendiri, ia harus ditegakkan, bahkan dengan darah dan nyawa. Dan itulah yang sudah dibayar oleh para pendahulu kita,” tegas dia.
Selain tabur bunga, rangkaian acara peringatan Kudatuli diisi pula dengan doa bersama, pemotongan tumpeng, dan renungan perjuangan yang digelar di aula kantor DPC. Seluruh anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Madiun turut hadir, bersama jajaran pengurus DPC, PAC, dan ranting se-Kota Madiun.
Peringatan ini menjadi momentum penguat tekad bagi seluruh kader PDI Perjuangan Kota Madiun untuk terus mengabdi kepada rakyat, menjaga marwah partai, dan meneruskan semangat perjuangan tanpa lelah. (ahm/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS