MALANG – Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur Sugeng Pujianto menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Wawasan Kebangsaan bertempat di Bale Rembug, Desa Jambangan, Kecamatan Dampit, Kabupaten Malang, Minggu (20/2/2022).
Di acara ini, Sugeng menerangkan seputar peran vital generasi muda dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Salah satunya adalah menangkal masuknya ideologi-ideologi asing yang bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila.
“Pemuda harus memiliki semangat kebangsaan untuk menangkal segala paham-paham radikal di tengah-tengah masyarakat kita. Bangsa ini membutuhkan pemuda-pemuda yang tangguh dan berpegang teguh pada Pancasila,” tegas Sugeng.
Terlebih saat ini, sebutnya, persebaran informasi sangat sulit untuk dibendung. Penyebaran konten-konten bersifat provokatif dan memecah belah sangat sering ditemui terutama di media sosial yang sering dijadikan sarana oleh kelompok radikal untuk menghasut generasi muda.
“Penguatan nilai-nilai kebangsaan haruslah ditanamkan baik di lingkungan sekolah maupun universitas. Jangan sampai lembaga pendidikan yang melahirkan insan intelektual lantas dicekoki dengan paham radikal yang dapat merongrong kebhinekaan,” imbuh anggota Komisi D DPRD Provinsi Jawa Timur tersebut.
Sementara itu, Syafril Nazirudin, Kabiro Media dan Opini BKN PDI Perjuangan yang menjadi narasumber dalam kegiatan Sosialisasi Wawasan Kebangsaan ini menegaskan bahwa pemuda adalah ujung tombak pembangunan bangsa.
Sehingga sangat tidak mengherankan apabila kelompok-kelompok radikal menjadikan pemuda sebagai target penyebaran paham radikalisme.
“Beberapa waktu belakangan ramai di media sosial terkait dengan peristiwa penendangan sesajen, dan juga pengharaman kesenian wayang. Perlu digelorakan semangat untuk melawan paham-paham ekslusif yang mencoba untuk menggerus adat, tradisi, dan budaya warisan luhur bangsa,” beber Syafril.
Menurutnya, generasi muda adalah pihak yang paling rentan terpapar ideologi dan pandangan radikal. Hal ini disebabkan propaganda kelompok-kelompok tersebut yang disebarkan melalui medsos dan sengaja menargetkan generasi muda yang mayoritas pengguna medsos.
“Pemikiran-pemikiran bersifat eksklusif dan provokatif ini, memiliki potensi besar untuk merusak toleransi dan persatuan bangsa apabila para pemuda tidak memiliki fondasi pemahaman dasar mengenai kebangsaan dan Pancasila yang kuat,” jelasnya.
Mahasiswa Doktor Ilmu Politik itu juga berpesan, kepada pemuda pemudi yang hadir dalam kesempatan ini, untuk terus merawat dan menjaga tradisi, adat, dan budaya setempat.
Sehingga paham-paham eksklusif seperti khilafahisme akan susah untuk menyebarkan pemahamannya di tengah masyarakat. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS