Minggu
15 September 2024 | 2 : 06

Sekjen PDIP: Haluan Negara Harus Bertitik Tolak dari Akar Budaya Bangsa

pdip-jatim-haluaan-negara-fgd1

JAKARTA – Jelang rapat kerja nasional (Rakernas) I 2020, DPP PDI Perjuangan mengundang sejumlah budayawan dan akademisi untuk berdiskusi tentang kebudayaan dengan mengambil Candi Borobudur sebagai contoh kajian.

Diskusi bertajuk ‘Mengangkat dan Membumikan Filsafat, Spiritualitas dan Kebudayaan Asli Nusantara’ itu menghasilkan kesepahaman, bahwa lebih strategis bagi Indonesia untuk mendasarkan pembangunan ke depan dengan selalu berakar pada kebudayaan sendiri.

Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyatakan, topik diskusi itu diangkat karena PDIP merasa bertanggung jawab merumuskan haluan negara. Ajang rakernas nanti menjadi salah satu wahana puncaknya dengan mengundang perwakilan dari seluruh Indonesia.

“Dan kami meyakini, bahwa haluan negara tersebut harus bertitik tolak dari akar peradaban kita,” kata Hasto, Jumat (13/12/2019).

Dalam konteks itu, lanjut dia, maka haluan negara yang nantinya akan secara formal dibahas di MPR bukanlah sekadar langkah politik. Namun juga sebagai sebuah jalan kebudayaan untuk memastikan masa depan Indonesia dalam 25 tahun, 50 tahun, hingga 100 tahun ke depan.

“Maka hal-hal berkaitan dengan kesejahteraan rakyat, perekonomian, dan lain sebagainya, yang berakar kuat pada kekayaan kebudayaan bangsa, semua akan dibungkus dalam sebuah panduan bernama haluan negara,” jelasnya.

“Ini memang bukan jalan mudah. Tapi paling tidak, bila bertumpu pada kebudayaan kita, kita takkan kehilangan arah atas jalan bangsa kita ke depan. Boleh teknologi ada. Tapi teknologi apa yang mau dikembangkan? Bagi kami, haluan negara adalah wujud Indonesia berkepribadian di dalam kebudayaan itu,” lanjut dia.

Namun apakah kebudayaan Indonesia patut menjadi dasar membangun masa depan? Tidakkah kita cukup mencontek kebudayaan barat saja?

Peneliti Relief Candi Borobudur Salim Lee sebagai pembicara utama memaparkan, Borobudur sebagai sebuah perwujudan bahwa di masa lalu, leluhur bangsa Indonesia begitu luar biasa. Di abad lampau itu, nenek moyang sudah menguasai teknik luar biasa.

 

Namun bukan hanya teknik, ternyata estetika dan seni rupa yang terwujud di candi itu menggambarkan kemantapan serta kebudayaan Nusantara yang ramah, akomodatif, kokoh dan tegar, terbuka dan toleran.

“Semua yang ada mengandung filosofi hidup tingkat tinggi. Borobudur mencerminkan keagungan kebudayaan Nusantara, ajaran-ajaran yang memberi haluan dan pandangan hidup sebagai pedoman untuk hidup secara optimal,” ulas Salim, yang juga pengajar nilai-nilai filsafat dan spiritual Borobudur.

Maka baginya, tak ada alasan untuk menolak kekayaan budaya itu sebagai patokan pembangunan bangsa masa kini untuk masa depan

Salah satu penanggap, Otong Toyibin Wiranatakusumah yang merupakan Ketua Rukun Warga Bandung, mengatakan bahwa orang Indonesia saat ini kerap melupakan leluhurnya sendiri. Dan justru lebih menerima pengaruh asing yang menyingkirkan budaya sendiri.

“Padahal kalau kita mau jujur, kekacauan negara saat ini yang disebabkan kekacauan politik berdampak pada ekonomi dan sosial serta aspek-aspek lainnya, apakah bukan karena kita salah memilih, yakni enggan memastikan akar budaya bangsa sebagai akar arah pembangunan?” kata Otong.

“Di saat kita hendak mewujudkan Indonesia baru yang berjiwa Nusantara, ini saatnya kita mengakui kembali kebesaran dan kebijaksanaan para leluhur kita,” ujarnya.

Hasto lalu memuncaki bahwa pendapat para pakar dan tokoh itu semakin menguatkan bahwa haluan negara harus berbasis kepada kekayaan budaya bangsa Indonesia sendiri. Salah satunya adalah kekayaan pangan dan rempah-rempah yang dimiliki Nusantara.

Di rakernas nanti, pihaknya akan mendalami dan merumuskan bagaimana kekayaan budaya ini menjadi basis pengembangan industri. Maka itu, pengembangan industri yang dibayangkan hingga 100 tahun ke depan adalah industri pangan, sandang, dan papan.

“Bahwa di dalam hal pangan dan bumbu-bumbuan, kekayaan hayati kita di dalam laut, kita bisa kaya tanpa harus menambang yang sebenarnya merusak lingkungan kita,” ujar Hasto. (goek)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkini

KRONIK

Gus Hans Silaturahmi dengan Keluarga Besar Bus AKAS Probolinggo

KOTA PROBOLINGGO – KH Zahrul Azhar Asumta atau yang biasa disapa Gus Hans semakin menjadi sorotan publik setelah ...
KRONIK

BKN Tulungagung Gelar Sejumlah Perlombaan Tradisional dan Bazar Ekonomi Kreatif

TULUNGAGUNG – Badan Kebudayaan Nasional (BKN) DPC PDI Perjuangan Kabupaten Tulungagung menggelar sejumlah ...
KABAR CABANG

Menangkan Pilkada 2024, PDI Perjuangan Kabupaten Madiun Konsolidasikan Kekuatan

MADIUN – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kabupaten Madiun menggelar Rapat Kerja Cabang Khusus ...
KABAR CABANG

DPC Jombang Optimis Mundjidah-Sumrambah Menang, Donny: Keduanya Punya Basis Massa Kuat dan Mengakar

JOMBANG – DPC PDI Perjuangan Kabupaten Jombang gerak cepat menyiapkan langkah-langkah strategis untuk menjemput ...
PEMILU

Konstituen Sofyan Tegaskan Siap Pilih Sujatno – Ida

MAGETAN – Warga yang memberikan hak suaranya kepada legislator DPRD Magetan, Sofyan ST MT pada pemilu legislatif ...
LEGISLATIF

Legislator Banteng Ini Siap Kawal Aspirasi Dewan Kesenian Jember

JEMBER – Dewan Kesenian Jember (DKJ) menyatakan seniman dan budayawan di Kabupaten Jember masih berkomitmen menjaga ...