BLITAR – Di sela acara ziarah makam Bung Karno di Kota Blitar, Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bersama Ketua DPP PDIP Djarot Saiful Hidayat sempat melihat-lihat kios suvenir dan meninjau lapangan parkir di area komplek makam Presiden pertama RI tersebut.
Bupati Blitar Riyanto dan Plt Wali Kota Blitar Santoso juga mengiringi Hasto dan Djarot selama mengunjungi lapak pedagang, serta lapangan parkir di komplek makam Bung Karno.
Mayoritas pedagang di sana menjual baju dan celana dengan motif Bung Karno. Selain itu, ada juga baju dan celana yang bertuliskan kalimat bersejarah yang pernah diucapkan Bung Karno.
Djarot pun sempat bernostalgia di sana. Sebab saat menjabat sebagai Wali Kota Blitar, dibangun lapangan parkir sekaligus kios tempat berjualan para pedagang.
Dulunya, kata Djarot, lokasi itu adalah kantor kecamatan sebelum akhirnya kantor itu dipindah untuk kepentingan lapangan parkir.
“Dulu tempat ini adalah kantor kecamatan. Lalu saya pindah kantornya supaya tempat ini menjadi lahan parkir sekaligus pedagang ditata berjualan di dalam kios,” ungkap Djarot di lokasi, kemarin.
Lapangan parkir itu, jelas Djarot, juga dipercantik dengan sejumlah pohon-pohon yang ditanam dengan teratur. Beberapa pohon di antaranya adalah pohon Trembesi.
Namun, jarak antara lapangan parkir ke lokasi makam Bung Karno tak jauh, yaitu sekitar 500 meter. Meski masyarakat dapat berjalan kaki, namun disediakan juga becak bagi masyarakat yang enggan berjalan kaki, dengan ongkos Rp 15 ribu.
“Jadi kalau warga bilang Bung Karno ‘menghidupi’, ya memang benar. Bung Karno memang secara fisik sudah wafat, tapi betul-betul bisa menghidupi warga Blitar raya. Karena setiap tahun bisa jutaan orang datang ke Blitar,” tuturnya.
Djarot kembali bercerita saat pertama kali menjabat sebagai wali kota pada tahun 2000, makam Bung Karno sempat ditutup dengan kaca tebal tahan peluru. Kaca itu kemudian dibongkar olehnya supaya masyarakat dapat melihat makam Bung Karno lebih dekat.
Selain membenahi kompleks makam, di masa kepemimpinannya ia juga membenahi beberapa kawasan lain seperti Istana Gebang. Pusat Kerajinan dan UKM juga dibangun di sana.
“Di Blitar tak ada demo buruh karena semua berwiraswasta. Inilah wiraswasta yang dihidupi Bung Karno. Saya bangga dengan Blitar. Ekonomi kerakyatan tumbuh pesat dan di sini mampu mensuplai 30 persen telur nasional,” ujarnya.
Bahkan, kata Djarot, kini berbagai tradisi kebudayaan Jawa, yang menyatukan seluruh sejarah peradaban Singosari, Majapahit, hingga Mataraman berkembang dengan baik.
“Gerak kebudayaan ini menggelorakan kembali kebanggaan sebagai bangsa yang bermartabat dan berkepribadian karena tradisi kebudayaannya,” kata Hasto menambahkan. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS