Rabu
21 Mei 2025 | 7 : 23

RS Swasta Lebih Dilirik dibanding Milik Pemerintah, Abidin: Kualitasnya Berbeda

PDIP-Jatim-Abidin-Fikri-30072024

SURABAYA – Masalah ketimpangan kualitas rumah sakit swasta dan milik pemerintah masih menjadi ‘pr’ besar pemerintah. Berdasarkan data CEIC hingga 2021 jumlah rumah sakit umum di Indonesia yang dimiliki oleh Swasta dan non-Swasta sekira 1.496 unit. Jumlah itu lebih banyak dibanding jumlah rumah sakit milik pemerintah.

Belum lagi perbedaan pelayanan yang membuat rakyat lebih memilih berobat di rumah sakit swasta yang tentunya berdampak ke pendapatan APBN.

Melihat hal tersebut, anggota Komisi IX DPR RI, Abidin Fikri, mengakui kualitas rumah sakit masih menjadi PR besar yang harus diselesaikan.

“Selama pemerintah tidak membenahi RS milik pemerintah sampai ke tingkat puskesmas pasti masyarakat akan lebih pilih RS Swasta,” ujarnya di Surabaya, Selasa (30/7/2-24).

Persoalan kesehatan, lanjutnya, memang sangat kompleks. Dari sisi pemerintah, pihaknya telah berupaya memberikan pemerataan ke pelosok daerah. Namun belum maksimal karena keterbatasan anggaran.

Karena itu rumah sakit swasta hadir, membantu pemerataan tersebut. Sayangnya hal tersebut tak dibarengi dengan pemerataan layanan.

“Tapi peran swasta ini bukan berarti kita stop membenahi layanan kesehatan milik pemerintah, tetap harus dibenahi agar rakyat punya pilihan,” tutur politisi PDI Perjuangan itu.

Ia mencontohkan pada Universal Health Coverage (UHC) yang berlaku saat ini. Idealnya pemerintah bisa menanggung 40 persen dari total rakyat indonesia, namun kenyataannya masih jauh dari itu.

“Persoalannya adalah keuangan negara belum memadai. Jadi dari jumlah rakyat miskin misal 100 juta, 40 persennya ditanggung pemerintah, tapi kita belum bisa sampai ke angka itu,” ucapnya.

Untuk itu, Abidin mendorong pengoptimalan lewat pengawalan kebijakan. Salah satunya pada rencana kebutuhan kesehatan tahunan yang saat ini sedang digarap Kementerian Kesehatan.

“Itulah yang akan dibiayai pemerintah. Sepanjang rencana tahunannya benar, ya kita akan bisa lebih baik,” tuturnya.

Dari rencana kebutuhan kesehatan tahunan tersebut, pemerintah akan merumuskan kebutuhan tenaga medis hingga cakupan UHC ke seluruh daerah.

“Ini juga pemerjntah sangat hati-hati. Makin tinggi yang ditanggung bpjs kesehatan membuktikan bahwa orang miskin tambah banyak, berarti ekonomi kita belum tumbuh,” pungkasnya. (nia/set)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

KRONIK

H. Zainal Fasilitasi Temu Alumni Ponpes Darul Ulum Banyuanyar, Kerahkan Tiga Armada Bus

SUMENEP – Ketua DPRD Kabupaten Sumenep, H. Zainal Arifin, menunjukkan komitmen dan kepeduliannya terhadap dunia ...
KRONIK

DPRD Banyuwangi Terima Kunjungan Mahasiswa Untag, Belajar Penyusunan dan Pembahasan Perda

BANYUWANGI – DPRD Kabupaten Banyuwangi menerima kunjungan studi puluhan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas ...
KOLOM

Menimbang Kebijakan Fiskal dan Asumsi Ekonomi Makro 2026

Oleh: Ketua Banggar DPR, Said Abdullah HARI ini, bertepatan dengan 20 Mei, sebagai hari kebangkitan nasional, ...
EKSEKUTIF

Pimpin Upacara Harkitnas, Wabup Antok Tekankan Pentingnya Menjaga Semangat Kebangkitan

NGAWI – Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko memimpin upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional tahun 2025. ...
LEGISLATIF

Soal Demo Ojol Tuntut Potongan Tarif, Puan: DPR Sedang Cari Win-Win Solution

JAKARTA – Ketua DPR RI Puan Maharani menanggapi aksi unjuk rasa besar-besaran ribuan pengemudi ojek online (ojol) ...
SEMENTARA ITU...

Dirham Akbar Jadi Ketua PBSI Lamongan, Fokus ke Pembinaan Atlet

LAMONGAN – Kepengurusan Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Kabupaten Lamongan resmi dilantik oleh ...