Sabtu
17 Mei 2025 | 12 : 21

Rekam Jejak Welas Asih Risma

Eri Irawan

Oleh Eri Irawan*

TRI RISMAHARINI memiliki rekam jejak panjang yang diperlukan seorang calon pemimpin Jawa Timur, sebuah provinsi yang dihuni lebih dari 41 juta jiwa yang tersebar di 38 kabupaten/kota. Rekam jejak yang dibentuk pengalamannya sebagai birokrat, wali kota Surabaya dua periode, serta menteri sosial.

Risma selalu dikenang dengan ketegasannya dalam bertindak – terutama dalam menjalankan pemerintahan yang bersih – dan keuletannya dalam menjalankan kebijakan. Maka di sejumlah laman media sosial, beberapa video pendek berisi adegan kemarahannya terhadap hal-hal yang tak sepatutnya berseliweran. Sebagian dijadikan meme bercandaan, bukti ketegasan dan keuletannya relevan dengan psikologi publik.

Namun sebuah puisi yang dibacakannya untuk para pelajar dalam program “Rosi” di Kompas TV empat tahun silam mengingatkan kita, bahwa rekam jejak terkuat Risma adalah compassion, rasa welas asih.

“Anak-anakku, suaraku keras memarahimu, sekeras cintaku kepadamu,” kata Risma dalam video yang kembali viral di grup-grup percakapan; sebuah puisi yang seolah hendak menjelaskan rangkaian kebijakan dan ketegasan Risma yang dilandasi kasih sayang ke anak-anak Surabaya.

Rekam jejak rasa kasih sayang ini tercetak dalam kebijakan-kebijakannya selama menjadi Wali Kota Surabaya pada 2010-2020. “Compassion is the basis of morality,” kata filsuf Arthur Schopenhauer.

Dan sejarah mencatat, Risma memberlakukan pendidikan gratis itu dimulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), hingga Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Surabaya. Setelah itu, regulasi membuat pengelolaan SMA/SMK ditarik ke level provinsi.

Pendidikan gratis ini meringankan beban para orangtua, terutama kelas pekerja, yang berpenghasilan sesuai upah minimum atau bahkan di bawah itu. Risma memastikan, dengan pendidikan gratis, tidak ada lagi anak-anak yang tidak bisa bersekolah karena alasan biaya.

Mendukung semua program pendidikan, Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Surabaya pun mengalokasikan anggaran di atas 20 persen. Termasuk untuk memberikan beasiswa bagi belasan ribu anak dari keluarga kelas ekonomi bawah agar bisa kuliah di perguruan tinggi maupun pelatihan khusus pada rentang kepemimpinan Risma.

Risma pun menggelontorkan beasiswa bagi para penghafal kitab suci. Penghargaan terhadap para perawat kitab suci ini melanjutkan tradisi Surabaya sebagai kota dunia yang tak lepas dari nilai-nilai religiusitas. Tradisi kota tempat lahirnya gerakan kebangkitan para ulama, Nahdlatul Ulama, yang menebarkan ajaran Islam yang welas asih dan lembut.

Rasa welas asih ini juga menjadi pembeda Risma dengan para pemimpin lainnya dalam mengidentifikasi persoalan anak jalanan. Risma tidak menganggap anak jalanan sebagai bagian dari persoalan, melainkan sebagai potensi besar pada masa mendatang. Saat bertemu Bledhek, seorang anak jalanan yang menjadi binaan Dinas Sosial Kota Surabaya, dia tidak menghardik. Risma tidak memaki atau berkhotbah.

Risma mengulurkan tangan dan memberikan opsi dan peluang. Dan Bledhek (yang berarti kilat dalam bahasa Jawa) menyambar tawaran itu. Dia hapus semua tato di sekujur tubuhnya dan kemudian menjalani kuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya. Dia membuat Risma tersenyum dengan langkah kaki yang berderap saat menjadi bagian dari pasukan pengibar bendera pada perayaan HUT Kemerdekaan RI.

Dalam sebuah video yang beredar di grup-grup WhatsApp, Risma hadir bareng ibu-ibu di Surabaya yang akan senam bersama, 8 September 2024. Ada Wakil Wali Kota Surabaya, Armuji, dan Ketua DPC PDI Perjuangan Surabaya, Adi Sutarwijono. Tiba-tiba dia melihat anak muda yang akan tampil menghibur dengan musik. Ternyata itu anak yang pernah dibina Risma, dari sebelumnya mengamen di kawasan Joyoboyo hingga Kebun Binatang, kemudian menjadi seniman musik yang tampil menghibur di berbagai event.

Risma menyapa anak itu, berbincang, menggodanya, karena “Sekarang sudah bisa pegang gitar bagus”.

Risma lalu memotivasi semua yang hadir. Keberhasilan anak binaannya itu menunjukkan bahwa, kata Risma, “Tak ada yang tak mungkin bagi Tuhan. Bagi Tuhan semua mungkin. Mari wujudkan mimpi anak-anak kita.”

Risma menyebut peran Tuhan, bukan dirinya sendiri, yang mendorong sang “pengamen jalanan” untuk “naik kelas”; sebuah sikap yang menunjukkan rendah hati dan pengakuan kebesaran Yang Maha Kuasa.

“Suaraku menghentak kuat
Sekuat tenagaku untuk menjagamu
Anakku, tak kubiarkan kerikil kecil mengganjalmu
Atau batu karang menghalangimu.”

Tak terasa puisi itu berusia empat tahun sudah. Hidup terus berjalan. Namun kita tahu, kebajikan dalam kebijakan-kebijakan Risma tak akan pernah dilupakan. Kini, rakyat Jawa Timur mendamba kebajikan-kebajikan itu.

*Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Surabaya

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

EKSEKUTIF

Upaya Sejahterakan Petani Kediri, Mas Dhito Teken Kerja Sama dengan Pemprov DKI

KEDIRI – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana bersama Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung menandatangani naskah ...
SEMENTARA ITU...

Tak Ikuti Jejak Dedi Mulyadi, Begini Langkah Tegas Cak Eri Tangani Siswa Tawuran

SURABAYA – Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, punya langkah tegas untuk menindak siswa sekolah menengah pertama (SMP) ...
HEADLINE

Dihadiri Megawati, Kada-Wakada PDI Perjuangan Ikuti Pembekalan di Sekolah Partai

JAKARTA – Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Prof Dr Hj Megawati Soekanoputri menghadiri pembukaan acara pembekalan bagi ...
KABAR CABANG

Bamusi Jember Mulai Roadshow Pengajian di Desa-Desa

JEMBER – DPC Baitul Muslimin Indonesia (Bamusi) PDI Perjuangan Kabupaten Jember mulai menggelar acara roadshow ...
LEGISLATIF

Puan Minta TNI Beri Penjelasan Soal Prajurit Dikerahkan Jaga Kejaksaan

JAKARTA – Ketua DPR RI Puan Maharani meminta TNI memberikan penjelasan resmi terkait kebijakan pengerahan pasukan ...
KRONIK

Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota Madiun Andi Raya Tutup Usia

MADIUN – Kabar duka datang dari lingkungan DPRD Kota Madiun. Andi Raya Bagus Miko Saputro, anggota dewan dari ...