SURABAYA – Ketua Komisi E DPRD Jawa Timur (Jatim), Wara Sundari Renny Pramana, mengatakan, selain virus Covid-19 yang masih menjadi perhatian hingga saat ini, dirinya juga mengimbau semua pihak untuk meningkatkan kewaspadaan akan kasus demam berdarah dengue (DBD) pada puncak musim penghujan.
“Jadi memang selain virus Covid-19, khususnya Omicron yang masih menjadi perhatian bersama, kita juga harus mengantisipasi kasus DBD di musim penghujan seperti ini,” ujar politisi dari PDI Perjuangan ini, Selasa (25/1/2022).
Legislator asal daerah pemilihan (Dapil) Jawa Timur 8 yang meliputi wilayah Kabupaten dan Kota Kediri itu mengaku, bahwa pihaknya intens turun ke seluruh desa untuk melakukan sosialisasi sekaligus kerja bakti untuk mencegah adanya kasus DBD.
“Kami intens turun ke seluruh desa untuk sosialisasi sekaligus bersih-bersih lingkungan sebulan dua kali di sela-sela waktu pulang ke Dapil. Ini sudah hampir separuh kecamatan dalam rangka mencegah DBD,” katanya.
BACA JUGA: Tingkatkan Kesiagaan Warga, Agustin Sosialisasikan Pencegahan Stunting dan Demam Berdarah
Dalam hal ini, Bendahara DPD PDI Perjuangan Jawa Timur itu juga melibatkan pihak RT, RW, PKK hingga Bunda GenRe untuk mengajak peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk melalui program M3, yakni menguras bak mandi, menutup rapat tempat penampungan air, dan menyingkirkan barang bekas hingga melakukan fogging.
“Air tidak boleh tergenang, lingkungan harus dijaga bersih dan yang utama yang harus dijaga adalah kesehatan kita. Dengan menjaga itu, Insyaa Allah kita bisa terhindar,” sambungnya.
Sekadar informasi, DBD merupakan salah satu jenis penyakit infeksi melalui perantara nyamuk aedes aegypti untuk menghantarkan virus dengue ke tubuh manusia. Saat seseorang terinfeksi virus dengue, maka virus akan berpindah ke tubuh orang tersebut dan berinkubasi selama 4 hingga 10 hari dan kemudian menimbulkan gejala infeksi.
Pada umumnya, seseorang akan mengalami tanda-tanda demam berdarah dalam kurun waktu 4-6 hari setelah terinfeksi oleh virus dengue. Seseorang yang terkena DBD akan mengalami demam tinggi secara mendadak hingga mencapai suhu di atas 38 derajat celsius.
Selain demam, penderita DBD bisa mengalami sakit kepala berat, nyeri otot, mual dan nyeri ulu hati, tanda-tanda perdarahan seperti mimisan, gusi berdarah, serta timbul bintik-bintik merah pada kulit.
Demam terutama berlangsung pada 1-2 hari pertama, dan akan turun pada hari ke 3. Namun, antara hari ke-3 hingga hari ke-5 saat demam sedang turun inilah yang justru merupakan masa kritis DBD, dimana terjadi kebocoran cairan dari pembuluh darah yang disertai penurunan nilai trombosit sehingga memerlukan terapi cairan dan observasi ketat.
Tidak jarang penyakit demam berdarah ini menimbulkan korban jiwa akibat penanganan yang terlambat. Terlebih lagi jika pasien demam berdarah telah memasuki fase berat yang berbahaya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Jawa Timur pada awal 2022, tercatat ada 69 warga Jatim yang tersebar di beberapa daerah di Jatim. Sepanjang 2021, penderita DBD di Jawa Timur tercatat sebanyak 5.961 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 67 orang. Menurun dibandingkan tahun sebelumnya 2020 yang tercatat ada 8.743 kasus dengan kematian sebanyak 69 orang.
Jumlah penderita DBD tertinggi sepanjang 2021 berasal dari Kabupaten Situbondo dengan jumlah 475 orang. Kemudian Kabupaten Jember 392 orang, Kabupaten Sidoarjo 330 orang Kabupaten Bojonegoro 323 orang, dan Kabupaten Kediri 271 orang.
Sedangkan jumlah kematian DBD tertinggi sepanjang 2021 tercatat di Kabupaten Nganjuk dengan jumlah 9 orang. Kemudian Kabupaten Bojonegoro 5 orang, Kabupaten Malang 5 orang, Kabupaten Sidoarjo 5 orang, Kabupaten Pasuruan 4 orang, dan Kabupaten Situbondo 4 orang. (dhani/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS