BONDOWOSO – Memperingati wafatnya (haul) Bung Karno tahun ini, komunitas Se-Tretanan Dhibik Bondowoso (STD) menggelar doa bersama dan bakti sosial di Desa Suger Lor, Kecamatan Maesan, Selasa (21/6/2022).
Doa bersama disertai pemotongan tiga tumpeng, sebagai simbolisasi dari Tri Sakti Bung Karno.
Haul dihadiri berbagai elemen masyarakat, antara lain, tokoh agama Kiai Sirojul Munir dan Ustad Wafi, Kepala Desa Suger Lor, Kepala Desa Sumbersari dan berbagai komunitas pemuda di wilayah Desa tersebut.
Koordinator STD Bondowoso, Dedy Faizal Ali, dalam sambutannya, mengungkapkan, bahwa Bung Karno merupakan sosok penting dan berjasa besar atas kemerdekaan Indonesia. Oleh sebab itu, dalam peringatan haul Bung Karno yang ke-52 ini, pihaknya ingin mengajak masyarakat untuk mengenang jasa-jasa Bung Karno melalui acara doa bersama.
“Kegiatan ini adalah bentuk penghormatan kami kepada Bung Karno, bapak bangsa yang telah berjuang memerdekakan Indonesia. Sehingga kita bisa menikmati kemerdekaan itu hingga saat ini,” kata Dedy.
“Untuk mengisi kemerdekaan, mari kita membumikan ajaran-ajaran Bung Karno, seperti konsep Tri Sakti yang sengaja kita simbolisasikan dengan membuat tiga tumpeng yang nanti akan dipotong dan di nikmati secara bersama-sama,” sambungnya.
Sementara itu, Kiai Sirojul Munir atau yang akrab disapa Lora Munir, dalam ceramahnya menjelaskan, Soekarno merupakan sosok yang komplit dan pantas untuk diteladani sebagai pemimpin, terutama dalam ke-Islamannya.
Soekarno, lanjut dia, sangat dekat dengan para ulama seperti KH Hasyim Asy’ari, dan KH Ahmad Dahlan. Bahkan sejak kecil, Soekarno sudah dididik langsung oleh tokoh Islam terkenal pada saat itu, yakni Haji Omar Said Tjokroaminoto.
“Jadi kalau kita lihat sejarah Bung Karno ini, kita akan tahu bahwa beliau tidak besar di lingkungan pesantren namun yang luar biasa beliau sangat dekat sekali dengan ulama-ulama besar, bahkan sejak kecil Bung Karno ini sudah belajar langsung dengan tokoh Islam terkenal saat itu, yang namanya Tjokroaminoto,” terang Kiai Sirojul Munir.
Kiai Sirojul Munir sendiri bahkan menyebut jika Bung Karno memiliki sifat dan karakter sebagai Waliyullah.
“Bung Karno ketika memerdekakan negeri ini, dia berjuang habis-habisan sampai bertaruh nyawa, dan Bung Karno memulai perjuangan itu atas nama Allah. Itulah simbol kewalian seorang Bung Karno, oleh sebab itu banyak ulama-ulama yang sangat menghormati beliau,” jelasnya.
Anggota DPR RI, Sonny T Danaparamita, yang merupakan pembina dari STD Bondowoso menyampaikan, bahwa dirinya sangat mengapresiasi terselenggaranya doa bersama haul Bung Karno.
Menurut Sonny, Bung Karno adalah tokoh yang berkontribusi besar dalam mempersatukan bangsa Indonesia melalui hasil gagasannya yaitu Pancasila.
“Kita berhutang kepada Bung Karno, berkat gagasannya lahirlah Pancasila. Berkat perjuangannya kita menikmati kemerdekaan hingga hari ini,” katanya.
Karena itu, lanjut Sonny, membalas jasa-jasa Bung Karno salah satunya dengan cara berkirim doa sembari menjaga dan merawat negara ini menuju cita-cita yang diharapkan pendiri bangsa.
“Spirit perjuangan Bung Karno harus diinternalisasi dalam keseharian kita. Seperti kata Bung Karno, kita harus mewarisi apinya, bukan abunya,” ujar Sonny.
Usai Doa bersama, seluruh anggota STD bersama para pemuda Desa Suger Lor, secara gotong-royong turun ke masyarakat untuk menyalurkan sembako secara door to door kepada warga yang membutuhkan. (isa/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS