Senin
31 Maret 2025 | 10 : 19

Paskibraka, Dari Berjumlah 3, 5, Kini Menjadi 70 Pengibar

pengibaran bendera pusaka merah putih-rev01

RATUSAN orang berkerumun di depan rumah Bung Karno, Jl Pegangsaan Timur, Jakarta. Saat itu, 17 Agustus 1945 pagi beranjak siang. Massa menantikan prosesi proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Acara dimulai. Naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan Bung Karno. Selanjutnya, pengibaran bendera merah putih yang beberapa waktu sebelumnya dijahit dengan tangan oleh Fatmawati, isteri Sukarno.

“Inilah bendera resmi yang pertama dari Republik. Tiang benderanya berupa batang bambu panjang yang ditancapkan ke tanah beberapa saat sebelum itu,” cerita Sukarno ditulis Cindy Adams dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, terbitan Yayasan Bung Karno.

Ihwal pengibaran bendera ketika itu, Bung Karno mengatakan tidak ada orang yang ditugaskan secara khusus. “Tidak ada persiapan untuk itu. Dan tak seorang pun berpikir sejauh itu.”

Berbagai literasi sejarah menyebutkan, ada tiga orang yang berperan dalam pengibaran bendera di hari proklamasi kemerdekaan. Yakni, Latief Hendraningrat, Suhud Sastrokusumo, dan Surastri Karma Trimurti.

Namun, belum ada protokoler resmi. Bahkan arahan pun tidak. Terjadi begitu saja dan spontan mengambil peran.

Suhud mengambil bendera dari baki yang dibawa Trimurti. Kemudian diberikan kepada Latief. Bendera diikatkan pada tali kemudian dikerek di tiang bambu bekas tiang jemuran.

“Saat itu pukul 10. Revolusi sudah dimulai,” kata Bung Karno.

Terpikir di Yogyakarta
Menjelang peringatan satu tahun proklamasi kemerdekaan RI. Tepatnya tahun 1946.

Saat itu, pusat pemerintahan sekaligus ibu kota Indonesia di pindahkan di Yogyakarta, seiring kedatangan kembali Belanda dan melakukan operasi besar-besaran terutama di Jakarta.

Baca juga: Kisah Penyelamatan Bendera Pusaka Sang Saka Merah Putih

Presiden Sukarno memerintahkan Mayor (laut) Husein Mutahar, salah seorang ajudannya, untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.

Husein Mutahar memutar otak menyusul perintah itu. Berbagai skema dipikirkan.

Melansir laman Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Mutahar sempat berpikir pengibaran bendera pusaka
dilakukan oleh para pemuda dari
seluruh penjuru Tanah Air.

Tetapi, karena gagasan
itu tidak mungkin terlaksana
maka Mutahar hanya bisa
menghadirkan lima orang pemuda. Tiga putra dan dua putri yang berasal dari berbagai daerah dan kebetulan sedang berada di
Yogyakarta. Lima orang tersebut melambangkan Pancasila.

Sejak itu, sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta tetap dilaksanakan dengan cara yang sama. Ketika Ibu kota dikembalikan ke Jakarta pada tahun 1950, Mutahar tidak lagi menangani pengibaran bendera pusaka. Pengibaran bendera pusaka di Istana Merdeka dilaksanakan oleh Rumah Tangga Kepresidenan sampai tahun 1966.

Formasi Mutakhir
Pada 1967, rezim berganti. Presiden Suharto memanggil Husein Mutahar untuk menangani pengibaran bendera pusaka.

Dengan ide dasar dari pelaksanaan tahun 1946 di Yogyakarta, dia kemudian mengembangkan lagi formasi pengibaran menjadi 3 kelompok yang dinamai sesuai jumlah anggotanya.

Baca juga: Megawati Ungkap Rasa Bangganya Saat Jadi Paskibraka

Pasukan 17 yakni  pengiring atau pemandu. Pasukan 8 atau pembawa bendera (inti). Pasukan 45 atau pengawal. Jumlah keseluruhan pasukan sebanyak 70 orang.

Formasi itu sendiri simbolisasi dari waktu kemerdekaan, tanggal 17 bulan 8 tahun 1945.

Sementara itu, mengutip dari laman indonesia.go.id istilah paskibraka atau singkatan dari Pasukan Pengibar Bendera Pusaka baru dibakukan pada 1973. Sebelum ini adalah petugas pengerek bendera pusaka.

Istilah Paskibraka oleh Idik Sulaeman, adik dari Husein Mutahar. (hs)

Foto: kemdikbud.go.id

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Artikel Terkini

EKSEKUTIF

Salat Id, Wali Kota Mojokerto Ajak Masyarakat Bersama-sama Wujudkan Panca Cita

MOJOKERTO – Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengajak masyarakat untuk mewujudkan Panca Cita visi dan misi ...
KRONIK

Mengapa Bupati Situbondo Salat Ied di Wiringin Anom, Jati Banteng?

SITUBONDO – Suasana Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah kali ini berbeda bagi jamaah sholat Ied Masjid Darul Falah ...
SEMENTARA ITU...

Ning Ita Bersyukur, Selama Ramadan Toleransi di Kota Mojokerto Sangat Tinggi

MOJOKERTO – Pemerintah Kota Mojokerto menyambut perayaan Idul Fitri 1446H dengan menggelar Gema Takbir bersama ...
SEMENTARA ITU...

Gelar Salat Id di Balai Kota, Pemkot Surabaya Fasilitasi Penyandang Disabilitas

SURABAYA – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya menggelar Salat Idul Fitri 1 Syawal 1446 H di halaman Balai Kota ...
LEGISLATIF

Renny Pramana: Lebaran Momentum Refleksi Pemimpin Daerah Perkuat Kebijakan Pro-rakyat

SURABAYA – Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur Wara Sundari Renny Pramana menyampaikan Lebaran ...
KRONIK

Puncak HUT ke-25, BMI Berkomitmen Rekrut Generasi Muda untuk Besarkan PDI Perjuangan

JAKARTA – Organisasi sayap PDI Perjuangan, Banteng Muda Indonesia (BMI) berkomitmen merekrut generasi muda untuk ...