
SURABAYA – Tema kepemimpinan pemuda jadi sorotan acara rutinan Ngobrol Pintar alias Ngopi di bulan ketiga 2020 ini. Bulan lalu, kegiatan diskusi publik yang diikuti elemen-elemen Relawan Jokowi ini membidik persoalan seputar 100 hari kerja pemerintahan Joko Widodo – Ma’ruf Amin.
“Ngobrol Pintar atau Ngopi ini memang membahas tema kekinian melibatkan elemen relawan di Surabaya. Kali ini kita membahas masalah kepemimpinan kaum muda Indonesia,” jelas Koordinator Forum Jokowi Jatim sekaligus salah satu inisiator Ngopi, Aven Januar, dalam keterangan tertulisnya, kemarin.
Tema Kepemimpinan Pemuda, lanjut Aven, diambil dalam kerangka membangun road map yang jelas untuk pemuda Indonesia dalam memimpin gerbong perubahan di republik ini.
Diskusi masalah kepemudaan itu, sebutnya, digelar pada Jumat (6/3/2020) di Food Court AJBS, Jalan Ratna Surabaya. Acara Ngopi Maret ini diikuti 12 elemen, yakni Forum Jokowi Jatim, Ksatria Airlangga, Alumni SMA Surabaya Bersatu (ASSB), Relawan Jokowi Bersatu, Aliansi Pelajar Surabaya, Gusdurians, KAPT, Liga Mahasiswa Nasdem, Liga Pelajar Nasdem, Pospera Jatim, Relawan Jokowi (Rejo) dan Komunitas Palu Gede.
“Kami hadirkan pembicara Henky Kurniadi yang anggota DPR RI 2014-2019 dari Fraksi PDI Perjuangan, Guru Besar Ilmu Politik Unpad Bandung Prof Dr Muradi, dan anggota DPR RI 2019-2024 dari Partai Nasdem Willy Aditya,” ungkap Aven, yang juga menjadi moderator diskusi.
Saat diskusi berlangsung, Henky di antaranya menyampaikan, pemuda sebagai salah satu elemen rakyat Indonesia harus diberi kesempatan lebih untuk mengembangkan dirinya. Sehingga, kata Henky, pemuda Indonesia memiliki SDM berkualitas dan lebih dari elemen masyarakat lainnya.
Menurut Henky, pemuda Indonesia juga harus memiliki kemampuan untuk membaca situasi nasional dan situasi internasional. Perubahan sosial di Indonesia, selalu beriringan dengan proses yang terjadi di luar negeri.

“Kemampuan menganalisa dan memetakan situasi nasional dan internasional itu harus dimulai dengan banyak membaca dan berilmu pengetahuan. Tanpa itu, sulit,” papar pria yang juga dikenal sebagai budayawan itu.
Sedang Prof Muradi Muradi mengatakan, bahwa pemuda Indonesia saatnya meningkatkan daya kreativitas dan daya inovasinya.
“Melalui kreativitas dan inovasi, pemuda bisa membangun road-mapnya sendiri untuk terlibat dan berperan serta aktif dalam setiap fase perubahan sosial itu terjadi,” ujar guru besar berusia muda ini.
Sementara Willy Aditya banyak memaparkan tentang proses pembangunan demokrasi di Indonesia saat ini yang dinilainya belum berjalan di road-map seharusnya.
Willy mengatakan bahwa proses demokrasi di Indonesia belum menyentuh substansi demokrasi itu sendiri. Yakni bagaimana rakyat seharusnya diajak oleh para elemen demokrasi seperti partai politik dan penyelenggara pemilu untuk berpendidikan politik.
“Dinamika pemilihan umum di Indonesia masih pada kulit luar demokrasi yakni popularitas, elektabilitas, dan yang terakhir adalah politik uang. Catatan bahwa pada Pileg 2019 lalu 76% proses pemilu masih dipengaruhi politik uang,” sebutnya.
Pada kesempatan itu, Ketua DPD Pospera Jatim Katno Wijaksono ingin agar kegiatan Ngopi ini menjadi salah satu agenda penguatan SDM kepemudaan di Surabaya khususnya, dan di Jawa Timur pada umumnya.
Sedang Edward Dewaruci yang juga salah satu inisiator kegiatan Ngopi, berharap bahwa seluruh elemen ataupun organ perubahan sosial di Surabaya dapat berperan lebih aktif dalam kegiatan Ngopi ini kedepan.
“Kegiatan Ngopi ini secara kelembagaan hanya bersifat panitia ad-hoc, yang senantiasa merangkul seluruh elemen untuk terlibat dalam proses diskusi publik dan pembelajaran demokrasi di Kota Surabaya,” kata Edward Dewaruci. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS