Rabu
21 Mei 2025 | 2 : 27

Megawati Kembali Terima Gelar Doktor Kehormatan, Kali Ini dari UTAR Malaysia

pdip-jatim-231002-msp-dr-hc-utar-2

KUALA LUMPUR – Presiden Kelima RI Prof.Dr.(HC) Megawati Soekarnoputri kembali menerima gelar doktor kehormatan (Honoris Causa/HC), Senin (2/10/2023). Gelar doktor kehormatan yang ke-10 bagi Ketua Umum DPP PDI Perjuangan tersebut kali ini di bidang transformasi sosial, dari Universiti Tunku Abdul Rahman (UTAR) Selangor, Malaysia.

Di acara tersebut, Megawati menyampaikan orasi ilmiah mengenai transformasi sosial Indonesia. Dalam orasinya, Megawati menyampaikan pemikirannya tentang arti penting transformasi sosial sebagai sebuah jalan di mana Indonesia tak hanya memikirkan dirinya sendiri, tapi juga memikirkan dunia.

Menurut Megawati, transformasi sosial suatu bangsa tidak bisa dilepaskan dari keseluruhan pemahaman terhadap sejarah, budaya, dan juga kondisi geografis Indonesia.

Untuk Indonesia sendiri, dia bermuara pada Pancasila yang bukan sekadar falsafah, ideologi, the way of life, dasar dan tujuan bernegara. Tapi Pancasila juga merupakan ideologi geopolitik atas cara pandang Indonesia terhadap dunia.

“Dengan cara pandang ini, Indonesia berperan aktif dalam memperjuangkan tata dunia baru yang bebas dari kolonialisme dan imperialisme,” jelas Megawati.

Hal ini dibuktikan melalui penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika tahun 1955 di Bandung; Gerakan Non-Blok tahun 1961 di Beograd, juga Pidato Bung Karno di PBB pada tahun 1960 yang dikenal dengan “To Build the World Anew”.

“Keseluruhan dokumen yang berkaitan dengan tiga momen bersejarah tersebut kini telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai Memory of the World,” katanya.

Peristiwa-peristiwa itu menggambarkan bahwa transformasi sosial bangsa Indonesia juga memiliki dimensi eksternal berupa tanggung jawab terhadap masa depan dunia yang lebih damai, lebih makmur, lebih berkeadilan, dan berkelanjutan.

Artinya, bangsa Indonesia pun menjadi “Taman Sari Dunia” dengan politik luar negeri bebas aktif. Namun dimensi eksternal ini tidak akan optimum selama dimensi internalnya belum sempurna dilakukan.

Dengan begitu, lanjut Megawati, transformasi sosial bangsa Indonesia tak hanya memikirkan diri sendiri. Bangsa Indonesia tidak hanya sekedar melakukan social engineering untuk melepaskan berbagai hambatan kemajuan.

Lebih dari itu, dengan adanya prinsip kemanusiaan dan internasionalisme sebagai makna filosofis sila kedua Pancasila, bangsa Indonesia diajarkan untuk memahami posisi sebagai warga bangsa Indonesia, sekaligus sebagai warga dunia yang baik.

“Dalam perspektif ini, pembangunan suatu bangsa tidak bisa hanya bersifat egosentris atas kepentingan nasionalnya semata, namun harus juga memahami global needs ataupun global concerns,” urai Megawati.

Oleh karena itu, selain berpikir bagaimana untuk maju dalam pembangunan, bangsa Indonesia juga harus memikirkan isu-isu dunia sekaligus. Misalnya, tuntutan agar dunia harus lebih progresif di dalam mengatasi global warming, pencemaran lingkungan, dan biodiversity loss, serta tantangan kemiskinan dan ketimpangan ekonomi (economic inequality), digitalisasi, dan transisi energi.

“Karena itulah transformasi sosial juga berorientasi pada bumi yang lebih hijau, ramah lingkungan, berorientasi pada green economy, dan beroperasi secara circular dengan meminimalkan dampak dan hasil samping seperti limbah dan emisi Gas Rumah Kaca,” bebernya.

Intinya, transformasi sosial Indonesia tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab ideologis berdasarkan Pancasila, tapi juga tantangan dunia. Dengan demikian, tantangan transformasi sosial Indonesia adalah bagaimana merancang suatu strategi kebudayaan guna menempuh jalan migrasi paling efektif untuk peningkatan peradaban yang lebih baik.

“Dengan demikian, jalan ini bukanlah sekadar jalan modernisasi yang meninggalkan keunikan suatu bangsa. Transformasi sosial Indonesia merupakan suatu perubahan yang terencana, berakar pada Pancasila dan jati diri bangsa, namun membuka diri terhadap berbagai gagasan kemajuan yang didorong oleh penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, riset, dan inovasi,” tegas Megawati.

Menurut putri Proklamator RI Ir.Soekarno itu, transformasi sosial menyentuh perubahan mentalitas, kultur suatu bangsa, disiplin, peningkatan kualitas pendidikan, kesehatan, dan harapan hidup. Pendeknya, kata Megawati, untuk menggapai peradaban tertinggi suatu bangsa.

Keberhasilan transformasi sosial sebuah bangsa akan dinilai dari peningkatan kohesivitas sosial, bekerjanya nilai-nilai demokrasi, dan penghormatan terhadap kesetaraan setiap warga negara.

“Dalam tingkatan peradaban ini, maka nilai-nilai etika, moral, dan integritas serta budaya gotong royong yang berorientasi pada penciptaan nilai tambah menjadi kultur bangsa. Dalam tingkatan ini pula, sistem hukum mencerminkan rasa keadilan untuk semua.”

“Hasil yang diharapkan adalah agar berbagai persoalan kemasyarakatan seperti korupsi, kemiskinan, ketimpangan sosial, kebodohan, ketidaksetaraan gender, radikalisme dan ekstremisme dapat diatasi secara elegan dan tuntas,” pungkasnya.

Sementara itu, Presiden UTAR Prof. Dato’ Dr. Ewe Hong Tat mengatakan, gelar Doktor Kehormatan UTAR merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan universitas dalam mendukung kontribusi luar biasa Megawati kepada masyarakat. Serta keberhasilan luar biasa dalam bidang pekerjaannya, yang juga secara signifikan memajukan misi dan nilai-nilai universitas.

“Penerimaan gelar doktor kehormatan ini sangat berarti bagi universitas, karena ini adalah gelar Doktor Kehormatan Ilmu Sosial pertama yang diberikan oleh UTAR,” kata Hong Tat.

Megawati, sebut dia, telah memberikan kontribusi sosial yang signifikan dan mendukung kemajuan ilmu-ilmu sosial di Indonesia. Melalui inisiatifnya yang penuh dedikasi, baik di masa lalu maupun sekarang, Megawati telah membantu meningkatkan taraf hidup masyarakat.

“Dan beliau telah menunjukkan pemahaman yang mendalam mengenai isu-isu yang mempengaruhi masyarakat dan komunitas,” ujarnya.

Megawati juga dinilai telah mengatasi banyak tantangan sepanjang karirnya. Dan hasil dari tantangan ini mencerminkan pemikiran dan kepeduliannya terhadap masyarakat dan kesejahteraan mereka dalam menghadapi kemajuan.

“Beliau telah memberikan teladan nyata bagi perempuan dengan mengatasi norma dan persepsi, dan dengan melibatkan diri secara aktif dalam upaya memberikan pelayanan kepada masyarakat dan bangsa,” tukasnya.

Lebih lanjut, Prof.Hong Tat mengatakan Megawati juga telah membantu mendorong perdamaian dan pertumbuhan regional, serta memperkuat hubungan bilateral antara Malaysia dan Indonesia.

Di bawah pemerintahan Megawati saat jadi presiden, Indonesia mendukung Deklarasi ASEAN tentang Aksi Bersama pada tahun 2001 untuk melawan terorisme, menandatangani MoU tentang penyediaan gas alam ke Malaysia, dan pembentukan konsorsium untuk meningkatkan harga karet di pasar internasional.

“Dengan penganugerahan Gelar Doktor Kehormatan yang berkesan oleh UTAR ini, saya berharap Prof Dr (HC) Hj Megawati terus diingatkan akan karya baiknya untuk masyarakat; jasanya, sumbangsihnya dan prestasinya yang akan selalu tercatat dalam sejarah. Ini juga akan menjadi momen penting yang mengukir persahabatan dan saling pengakuan antara Malaysia dan Indonesia,” urai Hong Tat.

Di acara itu, Megawati didampingi putranya M. Rizki Pratama, putrinya Puan Maharani, cucu, dan para sahabat dekatnya.

Mantan Menteri ESDM dan Menteri Pertahanan RI Prof.Dr.Purnomo Yusgiantoro hadir di acara. Selain itu, hadir juga Kepala BPIP, Prof. Yudian Wahyudi, Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dan Wakil Kepala BRIN Amarulla Octavian. Tampak juga Indera Hermono, Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia.

Dari jajaran partai, hadir Ketua DPP PDI Perjuangan bidang luar negeri Ahmad Basarah dan Ketua DPP PDI Perjuangab bidang kelautan dan perikanan Prof.Dr.Rokhmin Dahuri. Turut hadir pula sejumlah Anggota Fraksi PDI Perjuangan di DPR, antara lain Diah Pitaloka, Charles Honoris dan Mufti Aimah Nurul Anam.

Sebelum momen hari ini, Megawati sudah menerima sebanyak sembilan kali. Berikut daftarnya:

  1. Waseda University of Tokyo, Tokyo, Jepang, 29 September 2001 (Bidang Politik).
  2. Moscow State Institute of International Relations (MGIMO), Moskow, Rusia, 22 April 2003 (Bidang Politik).
  3. Korea Maritime and Ocean University, Busan, Korea Selatan, 19 Oktober 2015 (Bidang Politik)
  4. Universitas Padjajaran (UNPAD), Bandung, Indonesia, 25 Oktober 2016 (Bidang Politik dan Pemerintahan).
  5. Universitas Negeri Padang (UNP), Kota Padang, Indonesia, 27 September 2017 (Bidang Pendidikan Politik).
  6. Mokpo National University, Kota Mokpo, Korea Selatan, 16 November 2017 (Bidang Demokrasi Ekonomi).
  7. Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Bandung, Indonesia, 8 Maret 2018 (Bidang Politik dan Pemerintahan).
  8. Fujian Normal University (FNU), Fuzhou, Fujian, Tiongkok, 5 November 2018 (Bidang Diplomasi Ekonomi).
  9. Soka University Japan, Tokyo, Jepang, 8 Januari 2020 (Bidang Kemanusiaan).

Selain itu, Megawati juga telah menerima dua gelar profesor kehormatan:

  1. Seoul Institute of the Arts (SIA), Seoul, Korsel, 11 Mei 2022. (Bidang Ilmu Kebijakan Seni dan Ekonomi Kreatif).
  2. Universitas Pertahanan (Unhan) RI, Bogor, Indonesia, 11 Juni 2021. (Bidang Ilmu Kepemimpinan Strategik). (goek)

BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Tag

Baca Juga

Artikel Terkini

KRONIK

Kecelakaan Kereta Api di Magetan Renggut 4 Nyawa, Rita Haryati Besuk Korban Selamat

MAGETAN – Ketua Komisi B DPRD Magetan, Rita Haryati, menunjukkan empati dan rasa sosialnya dengan membesuk korban ...
HEADLINE

Minta Pemerintah Hati-Hati soal Tulis Ulang Sejarah, Puan: Jangan Ada Pengaburan

JAKARTA – Ketua DPR Puan Maharani menanggapi rencana pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan yang berencana ...
KRONIK

Bupati Ipuk: Jadikan Semangat Kebangkitan Pemantik Gotong Royong Tuntaskan Kemiskinan

BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi menggelar peringatan Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ...
KRONIK

Terancam Digusur untuk Pasar Hewan Maospati, Warga Minta Ganti Rugi

MAGETAN – Warga lingkungan Totog Kelurahan dan Kecamatan Maospati, meminta ganti rugi dari pemerintah kabupaten ...
KRONIK

H. Zainal Fasilitasi Temu Alumni Ponpes Darul Ulum Banyuanyar, Kerahkan Tiga Armada Bus

SUMENEP – Ketua DPRD Kabupaten Sumenep, H. Zainal Arifin, menunjukkan komitmen dan kepeduliannya terhadap dunia ...
KRONIK

DPRD Banyuwangi Terima Kunjungan Mahasiswa Untag, Belajar Penyusunan dan Pembahasan Perda

BANYUWANGI – DPRD Kabupaten Banyuwangi menerima kunjungan studi puluhan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) Fakultas ...