SURABAYA – Ketua komisi D Bidang Kesra DPRD Surabaya, Khusnul Khotimah, berharap kasus Nenek Hamiyeh (75) asal Kabupaten Sampang, yang selama ini tinggal seorang diri di warung di Jalan Embong Kenongo, Kota Surabaya, Jawa Timur, tidak terjadi lagi.
“Kasus seperti Nenek Hamiyeh bukan yang pertama kali ditemukan di Surabaya. Sebelum-sebelumnya juga sudah pernah ditemukan,” kata Khunul Khotimah, Jumat (12/11/2021).
Karena itu, perangkat pemerintahan yang paling bawah, mulai RT, RW, kelurahan, hingga kecamatan, harus aktif turun dan melaporkan, jika ada warga yang tidak mendapat perhatian, tidak memiliki tempat tinggal, atau hidup sendiri. Apalagi jika mereka sudah lanjut usia.
“Jangan sampai Lurah tidak tahu ada warganya atau ada orang yang tinggal di derahnya, meski dari luar daerah yang hidup sendirian tanpa ada perhatian. Ini soal kemanusiaan. Pemerintah harus hadir,” katanya.
Menurut dia, kemanusiaan tidak mengenal warna kulit, suku, ras dan agama. Jadi, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya harus lebih aktif lagi turun menyapa warganya dan melihat kondisi warganya.
Wakabid Pembangunan Manusia dan Kebudayaan DPC PDI Perjuangan Kota Surabaya itu juga mengapresiasi apa yang dilakukan Dinas Sosial Surabaya dengan menempatkan Nenek Hamiyeh ke Grya Werdha Jambangan Surabaya. Menurutnya, tindakan itu merupakan langkah yang paling tepat untuk Nenek Hamiyah. Di Griya Werdha Nenek Hamiyeh akan lebih terjamin kehidupannya dan kesehatannya, karena akan dipantau 24 jam.
“Meski beliau bukan orang asli Surabaya, tapi berasal Kabupaten Sampang, tapi kebijakan mengedepankan humanity dan empati adalah langkah yang terpuji. Jadi, istilahnya nguwongke uwong atau memanusia manusia,” katanya.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, M. Fikser, sebelumnya mengatakan, pihaknya sudah merawat Nenek Hamiyeh di UPTD Griya Werdha.
Sebenarnya, lanjut dia, pihaknya sudah melakukan pemantauan sejak tanggal 8 November 2021. Bahkan, lanjut dia, pihak kelurahan dan kecamatan berencana memulangkan nenek itu ke daerah asalnya.
“Beliau tidak memiliki identitas, namun masih ada kerabatnya di Surabaya,” kata Fikser.
Fikser menjelaskan, pihaknya kemudian berkomunikasi dengan kerabat Nenek Hamiyeh yang ada di Surabaya. Pihak keluarga mengaku, bahwa Nenek Hamiyeh sebenarnya sudah diajak tinggal di rumah Jalan Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya. Hanya saja, kata dia, nenek itu selalu balik ke warung dan terkadang hanya pulang sebentar.
Karena nenek tersebut enggan tinggal di rumah kerabat dan memilih menetap di warung, Pemkot Surabaya pun kemudian mengantar Nenek Hamiyeh ke Griya Werdha. Di sana, pemkot ingin nenek itu ada yang merawat dan memperhatikan. Apalagi, nenek itu juga tergolong sudah lanjut usia (lansia).
Selain memberikan intervensi berupa tempat tinggal yang lebih layak, Fikser menyebut, pihaknya juga tengah berkoordinasi dengan Dinsos Sampang untuk mencari keberadaan keluarga Nenek Hamiyeh di sana. (nia/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS