BANYUWANGI – Menjaga kerukunan dalam keberagaman suku dan agama di Desa Patoman, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi dapat acungan jempol dari Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur, Kusnadi.
Desa yang terdiri dari tiga dusun itu, penduduknya terdiri dari bermacam suku, yakni Jawa, Bali, Madura, serta Osing Banyuwangi. Meski demikian, masyarakatnya mampu bersatu dalam suasana damai dan kekeluargaan.
Saat Kusnadi memasuki Desa Patoman, Jumat (14/1/2017), nuansa Pulau Bali sangat terasa, khususnya di wilayah Patoman Tengah. Hal itu terlihat dari rumah penduduknya, motif taman di halaman rumah, semua khas Bali.
Pun tempat pemujaan umat Hindu, banyak terlihat di rumah-rumah penduduk, lengkap dengan sajen dan kain penutup warna hitam dan putih kotak-kotak. (Baca juga: Kusnadi Apresiasi Kader PDIP yang Sukses Usaha Kerajinan Bambu)
Politisi yang akrab disapa Pak Kus yang datang bersama sejumlah anggota rombongan ini, langsung menuju rumah salah seorang warga Patoman Tengah, bernama Wayan. Kali pertama memasuki halaman rumah Wayan, Kusnadi disambut alunan rancak musik tradisional khas Bali, yang dimainkan sejumlah pemuda setempat.
Pria yang juga Wakil Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur ini sengaja mengunjungi rumah Wayan, yang sebagaimana warga Patoman keturunan Bali lainnya, masih memegang teguh adat istiadat nenek moyang suku Bali.
Menurut Kusnadi, Wayan yang pengurus PDI Perjuangan setempat tersebut, patut dapat acungan jempol, karena juga melestarikan seni budaya tradisional Bali. Di antaranya dengan usaha seni ukir kayu, dan pembuatan perangkat gamelan khas Pulau Dewata.
“Warga dan pemuda yang bekerja di rumah Wayan tidak hanya keturunan Bali. Tapi juga dari suku lainnya, seperti Jawa. Mereka mampu menghasilkan karya seni ukir yang indah, dan perangkat alat musik tradisional khas Bali,” kata Pak Kus.
Usaha seni ukir kayu dan pembuatan perangkat gamelan khas Bali ini, sebut Kusnadi, terbukti tidak hanya sebagai salah satu upaya pelestarian adat istiadat suku Bali. Namun juga mampu jadi penopang ekonomi warga.
Sebab, banyak yang berminat dan membeli hasil ukiran kayu Wayan, untuk bermacam perabot rumah. Demikian juga perangkat gamelan khas Bali, Wayan banyak dapat pesanan.
“Apalagi usaha ini melibatkan warga lainnya, yang tentunya jadi sumber penghasilan bagi mereka,” ujar Kusnadi.
Mantan pengajar di Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya ini berharap, kerukunan antar suku dan agama seperti di ‘Bali van Java’ ini bisa terpelihara sepanjang masa, di tengah ancaman disintegrasi bangsa seperti saat ini.
Menurutnya, banyak konflik yang terjadi di negeri ini banyak disulut oleh spirit agama. Bahkan konflik yang disebabkan karena dinamika politik, ekonomi atau antar suku, dicari pembenarannya dengan merujuk pada nilai-nilai yang diambil dari agama.
“Alhamdulillah, di Patoman masyarakatnya tetap bersatu, dan dalam segala hal mereka mementingkan persatuan dan kepentingan bersama,” pungkas Pak Kus. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS