SURABAYA – Jatim Fair 2019 bukan sekadar pameran terbesar di Indonesia Timur. Dengan menyediakan 540 stan, Jatim Fair yang digelar di Grand City Surabaya ini juga menjadi ajang silaturrahim sekaligus memperkuat jaringan usaha dalam negeri.

Tahun ini, Jatim Fair melibatkan pelaku usaha, Kampung Dekranasda Jawa Timur, BUMN, dan 31 OPD Pemprov Jawa Timur. Lalu, ada perwakilan negara sahabat, perwakilan daerah se Indonesia seperti Lombok Barat, Cirebon, Magelang, DIY, dan kalangan swasta.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur Diana Sasa menyempatkan diri mengunjungi arena Jatim Fair, Minggu (13/10/2019).

Menurutnya, gelaran Jatim Fair yang sudah masuk tahun ke-10 ini harus terus didorong untuk bisa menyesuaikan dengan selera kaum milenial.

“Jatim Fair ini harus kita dukung. Di Jatim Fair inilah, para pengusaha lokal,  para dinas-dinas daerah untuk memperkenalkan dan mempromokan potensi dan produk lokalnya,” ujar Diana.

Dia berharap, tema dan pola sajian Jatim Fair harus lebih inovatif dan kreatif. Menurutnya, inovasi dan kreasi itu dibutuhkan untuk menarik selera para pengunjung.

Produk-produk lokal, tambah wakil rakyat asal Pacitan ini, harus terus diperkenalkan dengan bentuk-bentuk yang unik dan kekinian.

“Jangan sampai, produk-produk lokal itu dikemas, disajikan apa adanya. Karena itu, tantangannya ke depan Jatim Fair harus mampu menampilkan brand kekinian,” katanya.

Dalam kunjungan di hari terakhir Jatim Fair itu, Diana Sasa memborong batik Pacitan. Dia lalu mengingatkan, produk-produk lokal harus mendapatkan dukungan dan apresiasi dari semua kalangan.

“Kualitas produk lokal kita tidak kalah dibanding produk-produk luar negeri. Tinggal bagaimana kita mengemasnya, mempromokannya sekaligus merasa bangga memakainya. Kalau dalam perspektif trisakti Bung Karno, memakai produk lokal berarti mendorong kemandirian ekonomi sekaligus memperkuat kepribadian kita dengan budaya,” tuturnya. (set)