JAKARTA – Dalam momentum peringatan Hari Tani Nasional tahun 2022, anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI, Sonny T Danaparamita, menyoroti pentingnya menumbuhkan siklus regenerasi petani di Indonesia.
Menurut Sonny, Indonesia sejak dahulu merupakan negara yang sebagian besar penduduknya menggeluti dunia pertanian, baik itu petani, buruh tani hingga orang-orang yang menjalankan usaha dari turunan produk pertanian.
“Bangsa Indonesia yang sejak dahulu sudah terkenal dengan sektor pertaniannya, bahkan setiap tanggal 24 September di Indonesia di peringati sebagai Hari Tani Nasional. Di mana pada tanggal tersebut menjadi pengingat Presiden Republik Indonesia, Ir. Soekarno menetapkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria,” ujar Sonny di Jakarta, Sabtu (24/9/2022).
Meskipun sampai saat ini penduduk Indonesia masih banyak yang bergantung pada sektor pertanian, ada satu hal yang menjadi sorotan Sonny, yakni masalah regenerasi petani. Sonny khawatir banyak kaum muda yang enggan berprofesi sebagai petani.
Hal tersebut membuat para pengambil kebijakan di sektor pertanian sedikit kebingungan untuk mencari generasi penerus yang bakal berkiprah menjadi petani di negeri agraris ini.
“Ada satu hal yang menjadi perhatian serius dari saya, yakni tentang bagaimana regenerasi petani kita hari ini, di mana jika kita lihat para petani yang sekarang ini ada, rata-rata sudah berumur 40-50 tahun. Satu dasa warsa ke depan, mereka akan dimakan usia dan sangat sulit untuk bekerja lebih produktif. Itu sebabnya, bangsa ini tidak boleh bermain-main lagi dengan urusan regenerasi petani,” jelasnya.
Wakil Ketua DPP PA GMNI tersebut mengungkapkan, kerisauan akan adanya fenomena anak muda enggan jadi petani sebetulnya telah mengemuka sejak 40 tahun lalu.
Kala itu, isu yang berkembang sebagian anak muda perdesaan lebih memilih untuk bekerja di luar sektor pertanian. Mereka lebih memilih menjadi buruh harian lepas di perkotaan dengan penghasilan yang tidak menentu, ketimbang harus bekerja sebagai petani.
“Di mata kaum muda, apalagi hari ini petani bukan lagi pekerjaan yang menjanjikan. Menjadi petani dalam benak anak mida mungkin tidak akan dapat hidup sejahtera. Justru saat ini anak muda lebih tertarik pada sektor-sektor lain seperti dunia digital. Jika hal tersebut tetap dibiarkan, maka ini salah satu ancaman besar bagi bangsa Indonesia,” tutur Sonny.
Untuk mengatasi persoalan regenerasi petani di Indonesia, Sonny mengingatkan, dalam beberapa waktu ke depan bangsa Indonesia harus mampu mengubah citra dan potret petani yang mungkin dianggap profesi kelas bawah digiring ke arah yang lebih baik.
“Regenerasi petani, sepertinya memang membutuhkan sebuah desain besar atau master plan. Secara nasional, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) diharapkan untuk menyusun dan merumuskan desain besar regenerasi petani Indonesia,” terangnya.
Selain itu, agar pelaksanaan regenerasi petani Indonesia berjalan secara terukur, diperlukan pula adanya peta jalan regenerasi petani. Dengan berbasis desain besar dan petak jalan (road map), diharapkan ada haluan bagi para pengambil kebijakan dalam menentukan skala prioritas penerapan regenerasi petani.
“Saatnya mewujudkan regenerasi petani dengan mengubah jargon menjadi fakta kehidupan bahwa petani yang selama ini dianggap profesi yang tidak populer dan lekat dengan kemiskinan adalah tidak benar, sehingga diharapkan semakin banyak anak muda yang terjun dalam bidang pertanian,” pungkasnya. (ryo/set)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS