PONOROGO – Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko memperingatkan pihak-pihak yang bermain-main di wilayah perberasan. Peringatan keras ini dia sampaikan seiring anjloknya harga gabah, yang sangat merugikan petani di Ponorogo.
“Butuh kesadaran, apapun kebijakan jika diboncengi kepentingan yang tidak benar akan rusak. Jangan sampai ada yang main-main di ruang yang bukan tempatnya. Apalagi di beras BPNT, beras PNS, dan beras-beras yang bukan tempatnya bermain,” tegas Sugiri Sancoko, Jumat (16/7/2021).
Sesuai Permendag 24 tahun 2020 Harga Pokok Penjualan (HPP) Gabah Kering Giling (GKG) Rp 5.250/kg.
Namun fakta di lapangan sekarang GKG Rp 4.000/kg sampai dengan Rp 4.200/kg. Sementara untuk Gabah Kering Panen (GKP) Rp 3.000/kg sampai dengan Rp 3.200/kg.
Hal inilah yang membuat para petani di Ponorogo semakin kesulitan di tengah pandemi.
Pemkab Ponorogo saat ini tengah berjuang mencari terobosan untuk mencarikan pasar dasar bagi gabah hasil produksi petani yang surplus sebesar 296.749 ton yang terdampak pandemi.

Kan Giri, sapaan akrab Sugiri Sancoko, sedang mengupayakan solusi dan menentukan kebijakan agar harga gabah sesuai dengan ketentuan pemerintah.
Kemarin, Kang Giri mengikuti zoom meeting bersama Asisten Perekonomian, Kadin Pertanian, Kadin Sosial, Bulog, dan pedagang beras.
Pada kesempatan itu, dia minta Bulog sebagai salah satu upaya membantu petani dengan menambah kuota penyerapan beras petani.
“Salah satu upaya untuk membantu petani, kita minta Bulog Ponorogo untuk menambah kuota penyerapan beras petani juga sebagai penyangga beras untuk menambah jumlah penyerapan dari petani,” ungkapnya.
Bupati dari PDI Perjuangan ini juga menyampaikan sudah menghubungi Menteri Sosial Tri Rismaharini untuk membantu menyalurkan beras ke daerah-daerah yang mengalami kekurangan beras.
Selain itu, imbuh Kang Giri, peran aktif pedagang juga dibutuhkan untuk membangun jaringan luar kota dan pulau untuk menjual beras. (jrs/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS