BLITAR – Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur Kusnadi mengajak masyarakat untuk semakin mengenal jati diri bangsa. Menurutnya, sebagai generasi penyongsong 100 tahun Indonesia Emas, setiap orang memiliki tanggung jawab dalam mewujudkan cita-cita tersebut di tahun 2045.
“Cita-cita bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945, harus mampu kita wujudkan sebenar-benarnya pada 100 tahun kemerdekaan Indonesia. Kita tidak boleh sembarangan, sepatutnya terus berjuang dengan semangat yang diturunkan oleh para leluhur pendiri bangsa. Oleh sebab itu, kita harus mengenal jati diri bangsa,” kata Kusnadi.
Ajakan tersebut dia sampaikan saat memberi sambutan usai mengikuti Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong XI yang digelar Lembaga Perlindungan dan Pelestarian Budaya Nusantara (LP2BN) Jatim di pelataran Candi Palah Penataran, Kabupaten Blitar, Senin (27/6/2022).
Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong ke XI tersebut kerja sama dengan Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan Jatim. Kirab itu jadi rangkaian Perayaan Mahargya Candi Palah Penataran Blitar ke-825.

Kusnadi menjelaskan, dasar jati diri bangsa yakni gotong-royong. Gotong-royong merupakan saripati dari dasar negara Indonesia Pancasila, yang dicetuskan Proklamator Bung Karno dalam pidato sidang BPUPKI 1 Juni 1945.
“Bung Karno di dalam pidatonya, memperkenalkan 5 dasar negara, yang disebut sebagai Pancsila. Beliau berkata bila kita keberatan dengan Pancasila, bisa diperas menjadi Trisila, dan bila masih keberatan lagi, bisa diperas menjadi Ekasila, yang mana itu adalah gotong-royong,” jelasnya.
Kusnadi meyakini bahwa tidak pernah ada kisah menceritakan keadilan dan kemakmuran suatu negara bisa terwujud dengan sendirinya.
Menurutnya, negara akan sejahtera bila pemerintah dan rakyat mau bergotong-royong bersama-sama.

“Tidak ada negara manapun yang bisa menciptakan keadilan dan kemakmuran tanpa adanya gotong royong bersama rakyat,” terang legislator yang juga Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur tersebut.
Di hadapan seribuan pegiat budaya se-Jawa Timur, Kusnadi yang mengenakan busana adat Jawa lengkap dengan blangkon dan selop menuturkan, jika Kirab Tumpeng Agung Nusantara Gotong Royong merupakan wujud memelihara kebudayaan peninggalan leluhur. Juga sarana silaturahim, dan upaya gotong-royong dalam menyukseskan acara tersebut.
“Terima kasih kepada seluruh pihak yang mendukung acara ini. Dari sini panitia tidak hanya menunjukkan soal nguri-uri budaya, tapi memperlihatkan bagaimana memelihara budaya dengan tali silaturahim dan gotong-royong,” ucapnya.
“Dari masyarakat hingga berbagai organisasi di Blitar berusaha mengamankan acara agar dapar berjalan sakral dan khidmat. Lalu saat kirab semua dapat saling sapa, dan tersenyum ramah, ini sungguh luar biasa,” sebut Kusnadi.

Terkait dengan tumpeng sebagai arakan kirab, Kusnadi melihatnya sebagai simbol stratifikasi sosial dalam kehidupan masyarakat.
Dari segi bentuk yang mengerucut di atas, papar Kusnadi, itu mengartikan jika dalam kehidupan akan selalu ada pemimpin yang jumlahnya lebih sedikit daripada masyarakat, tetapi antara pemimpin dan masyarakat saling menyatu.
“Pemimpin itu jumlahnya lebih sedikit daripada masyarakat, tetapi di sini kita gotong-royong bersama saling mewujudkan kesejahteraan,” jelasnya.
Hadir dalam acara tersebut, di antaranya praktisi budaya se-Jawa Timur, Fraksi PDI Perjuangan DPRD Kota/Kabupaten Blitar, hingga DPRD Provinsi Jawa Timur, serta Forkopimda setempat. (yols/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS