
“GUNANYA Ada Partai”, satu dari sekian bab dari tulisan (buku) Mencapai Indonesia Merdeka.
Buku tersebut ditulis Bung Karno di Pengalengan, kota kecil di pegunungan sisi selatan Bandung. Tulisan dibuat pada Maret 1933, selepas sang penyambung lidah rakyat Indonesia itu keliling dari sejumlah tempat di Jawa Tengah untuk menyalakan kesadaran massa.
Buku Mencapai Indonesia Merdeka, dulunya, merupakan risalah pemikiran Sukarno yang diterbitkan di sejumlah surat kabar. Antara lain Suluh Indonesia, Panji Islam, dan Pikiran Rakyat. Juga dicetak dalam brosur dan disebarluaskan.
Tulisan tersebut membuat polisi Hindia-Belanda kebakaran jenggot. Operasi pemberangusan dilaksanakan. Toko-toko buku digeledah. Sukarno pun diburu dan ditangkap. Dibui di Sukabumi untuk beberapa saat kemudian dibuang ke Ende, Flores.
Baca juga: Bung Karno Dibuang ke Ende Gegara Tulisan Mencapai Indonesia Merdeka
Kembali ke: Gunanya Ada Partai.
“Partailah yang harus memberi ke-bewust-an (kesadaran) pada pergerakan massa, memberi kesedaran, memberi keradikalan,” tulis Sukarno dalam buku tersebut.
Karena itu, maka partai lebih dulu harus partai yang bewust, partai yang sedar, partai yang radikal.
“Hanya partai yang demikian itu bisa menjadi pelopor yang sejati di dalam pergerakan massa, dan membawa massa itu dengan selekas-lekasnya kepada kemenangan dan keunggulan.”
Sukarno menjelaskan, orang sering mengira, Rakyat Indonesia bisa menang ketika semuanya masuk partai. Saat itu jumlah rakyat seantero negeri diperkirakan 60 juta jiwa. Bagi Bung Karno, hal itu adalah kemustahilan jika seluruhnya masuk partai.
“Tidak! Kemenangan tidak usah menunggu sampai semua rakyat-jelata secindil-abangnya masuk suatu partai! Kemenangan sudah bisa datang, bilamana ada satu partai yang gagah berani dan bewust menjadi pelopor sejati daripada massa, yang bisa memimpin dan bisa menggerakkan massa.”
Kumpulan Penggerak Massa
Siapa saja orang-orang partai dimaksud?
Dalam penjelasannya, Bung Karno menegaskan, partai yang ia maksud adalah partai berisikan kumpulan Marhaen yang sadar, rajin, berkeras hati dan piawai mengelola massa.
“Marhaen-Marhaen itulah sudah cukup untuk menggerakkan massa-aksi yang hebat dan bergelora dan yang datang pada kemenangan, asal sahaja tergabung di dalam satu partai pelopor yang tahu menggelombangkan semua tenaganya massa.”
Watak Partai
Partai tak sekadar tempat berkumpulnya para penggerak massa. Sukarno menjelaskan hal watak partai yang maksud.
“Tetapi partai mana yang bisa menjadi partai-partai-pelopor di dalam massa-aksi kita? Partai yang kemauannya cocok dengan kemauan Marhaen, partai yang segala-galanya cocok dengan kemauan natuur, partai yang memikul natuur?”.
“Bukan partai borjuis, bukan partai ningrat, bukan “partai-Marhaen” yang reformistis, bukanpun partai radikal yang hanya amuk-amukan saja. Tetapi partai-Marhaen yang radikal yang tahu saat menjatuhkan pukulan-pukulannya.”
Menurut Bung Karno, Partai tak boleh ketinggalan oleh massa. Partai harus memerangi dua haluan: berjuang memerangi haluan reformis, dan berjuang memerangi haluan anarcho-syndicalist. Partai yang tidak lembek, tetapi juga tidak amuk-amukan saja.
“Melainkan konsekwen-radikal yang berdisiplin, partai yang demikian itulah yang bisa menjadi partai pelopor.”
“Partai yang demikian itulah yang menuntun pergerakan Rakyat-jelata, merobah pergerakan Rakyat-jelata itu dari onbewust menjadi bewust”. (hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS