BLITAR – Pengasuh Pondok Pesantren Sabilurrosyad, Malang, KH Marzuki Mustamar, menyebut Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sebagai calon gubernur yang sangat layak dipilih, karena memenuhi kriteria sebagai pemimpin.
Di antaranya, kriteria sebagai pemimpin yang harus amanah, cerdas, dan kuat. Pertama, sebut Kiai Mustamar, pemimpin amanah adalah pemimpin yang mampu menjalankan program kebijakan sesuai tugas yang diamanahkan.
Pemimpin kategori ini adalah pemimpin yang istiqomah tidak gampang tergoda jabatan lain, apalagi mundur di tengah jalan demi mengejar ambisi.
Sedangkan untuk pemimpin yang cerdas, terang Kiai Mustamar, adalah figur yang mampu menghadirkan kebijakan untuk menjalankan amanahnya.
“Saya melihat Gus Ipul ini tidak hanya cerdas tapi terbukti 10 tahun telah banyak berbuat untuk Jawa Timur,” kata Kiai Marzuki dalam tausiyah acara Haul KH Mustamar di Blitar, Minggu (27/5/2018).
Untuk kriteria pemimpin yang kuat, lanjut Kiai Mustamar, yakni mampu menjalankan tugas tanpa batasan waktu dan tempat.
“Jawa Timur itu luas. Bisa di Banyuwangi pagi, malamnya harus ke Ngawi. Pemimpin lingkup Jawa Timur harus kuat,” tegas Kiai Marzuki di acara yang juga dihadiri Gus Ipul tersebut.
Kategori kuat ini tidak hanya secara fisik, melainkan juga kepantasan. “Kalau Gus Ipul itu jam 2 dinihari ada bencana pantes untuk ditelpon keluar rumah sendiri juga pantes karena laki-laki. Dia juga kuat dan telah terbukti selama 10 tahun jadi wagub. Jadi khotib maupun imam salat juga bisa,” ujarnya.
Selain menjelaskan kriteria personal, Kiai Marzuki juga menyebut latar belakang figur ini yang juga menjadi pertimbangan. Di antaranya, figur yang dibesarkan pesantren.

“Sudah waktunya kita punya pemimpin yang berlatar belakang pondok pesantren. Sebab, figur ini tahu akan kebutuhan pesantren sehingga kebijakannya tak jauh dari pesantren,” kata kiai asal Malang ini.
Hal itu lantas ditunjang dengan partai pengusung yang laiknya berbasis Nahdlatul Ulama (NU). “Insya Allah, kalau partainya berasal dari kiai, maka setiap pengambilan keputusan akan melibatkan kiai,” ucap pria yang pernah menjabat Ketua Tanfidziyah PCNU Kota Malang ini.
Dia lantas menyinggung beberapa pihak yang melarang kiai untuk terjun ke dunia politik. Menurutnya, turunnya para kiai ke kancah politik justru memberikan kepastian kebijakan yang tak menentang syariat agama.
“Kalau kebijakan diambil atas restu kiai, maka sudah pasti hal itu bermanfaat bukan hanya golongan, namun masyarakat pada umumnya. Ini sudah pasti,” urai pria yang pernah menjadi anggota Komisi Fatwa MUI Kota Malang ini.
Sementara itu, Gus Ipul pun menyebut dua manfaat acara haul yang biasanya digelar sebagai peringatan wafatnya para kiai.
Pertama, acara haul menjadi media para jemaah untuk saling mendoakan. “Kedatangan kita di tempat ini menandakan bahwa kita berlatarbelakang sama. Kita adalah satu. Tak ada bedanya,” kata Ketua PBNU ini.
Kedua, dengan mengingat momentum wafatnya para kiai, juga akan sekaligus meneladani para tokoh tersebut. “Insya Allah kalau kita patuh sama kiai, maka akan diberikan kebaikan,” kata keponakan KH Abdurrahman Wahid ini. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS