BLITAR – DPC PDI Perjuangan Kabupaten Blitar menggelar pertunjukan kesenian tiban di Desa Pojok, Kecamatan Ponggok. Kegiatan tersebut dimeriahkan oleh pelaku seni tiban dari sejumlah daerah, seperti Kediri Raya, Tulungagung, Trenggalek, Ponorogo, dan Banyuwangi.

Kegiatan yang biasa digelar untuk minta hujan itu dilaksanakan sejak Sabtu (18/1/2025) hingga puncaknya pada Minggu (19/1/2025).

Turut hadir pada kesempatan itu, anggota Fraksi PDIP DPRD Provinsi Jatim, Guntur Wahono dan anggota Fraksi PDIP DPRD Kabupaten Blitar, Lukman Indra Laksono.

Lukman mengatakan tiban ini diselenggarakan oleh kader PDIP berkolaborasi dengan Kelompok Tiban ‘Pojok Bersatu’ dalam rangka memeriahkan HUT ke-52 PDI Perjuangan.

“Acara tiban ini untuk merayakan HUT PDI Perjuangan sekaligus untuk melestarikan budaya nenek moyang atau uri- uri budoyo,” jelas Lukman kepada tim media ini, Senin (20/1/2025).

“Syukur alhamdulilah kegiatan ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Mereka merasa senang dan terhibur,” sambungnya.

Menurutnya, pihaknya sengaja memilih kesenian tiban, karena warisan budaya asli dari masyarakat Jawa Timur ini masih lestari dan digemari masyarakat di pelosok Kabupaten Blitar.

“Penggemar tiban di wilayah Bumi Penataran ini jumlahnya masih sangat banyak, tentunya kami dari PDI Perjuangan menangkap peluang itu, dengan mewadahi bakat dan hobi mereka dengan cara mengadakan acara seperti ini,” ujarnya.

Kata Lukman, pertunjukan kesenian tiban ini juga didukung Hendra Rahtomo anggota DPR RI dari dapil 6 Jawa Timur yang saat ini duduk di Komisi 2 DPR RI.

Dia menyatakan bahwa, Hendra Rahtomo atau Romy Soekarno yang notabene merupakan cucu dari Presiden pertama Indonesia Soekarno ini siap mendukung kegiatan tiban di wilayah Blitar, Kediri, dan Tulungagung.

“Mas Romy ini sangat antusias dengan kesenian tiban, bahkan beliau secara khusus ingin memajukan dan meningkatkan kesenian tiban yang ada di daerah. Itu adalah bentuk komitmen beliau untuk memperkuat solidaritas masyarakat di Jawa Timur,” tuturnya.

Lukman berharap, dari gelaran kesenian tiban ini mampu mempererat tali persaudaraan antar pemuda dari berbagai daerah.

“Peserta yang ingin ikut tiban ini tidak perlu mendaftar. Mereka naik ke panggung secara sukarela dengan tujuan utama menjalin persahabatan, bukan untuk bersaing. Sifatnya adalah persahabatan, tidak ada kemarahan dalam permainan,” terang dia.

“Ini adalah cara kami untuk memperkuat silaturahmi dan persahabatan. Tiban ini juga bukan hanya sekadar pertunjukan seni, tetapi juga merupakan simbol dari identitas budaya dan kebersamaan masyarakat,” tambahnya.

Sebagai informasi, Tiban merupakan ritual rakyat yang turun temurun menjadi bagian kebudayaan masyarakat Jawa Timur, terutama pada daerah Trenggalek, Blitar, Kediri dan Tulungagung.

Ada makna dalam dibalik ritual tarian tiban yaitu sebuah harapan sebuah pesan yang luhur demi lestarinya alam. Bukanlah kekerasan yang ditonjolkan melainkan nilai-nilai luhur atau sebuah pesan untuk menjaga keseimbangan alam. (arif/pr)