NGAWI – Kabupaten Ngawi dikenal tidak hanya sebagai daerah lumbung gabah dan wisata alamnya. Kabupaten paling ujung Provinsi Jawa Timur itu, juga meyimpan pesona di wisata religi atau supranatural.
Adalah Palereman Srigati di Desa Babadan, Kecamatan Paron, yang dipercaya terdapat petilasan Prabu Brawijaya V, raja terakhir Majapahit. Kawasan Srigati juga dikenal sebagai Alas Ketonggo.
Masyarakat Jawa pada umumnya, menganggap Alas Ketonggo sebagai kawasan hutan yang wingit. Bagi kalangan supranatural, Alas Ketonggo dipercaya sebagai pusat kerajaan ghaib. Tak sedikit orang yang sengaja menziarahi Alas Ketonggo dengan maksud tertentu.
Ada kisah tentang Alas Ketonggo yang melegenda hingga sekarang. Adalah cerita Prabu Brawijaya V yang singgah untuk menepi sebelum muksa di puncak Gunung Lawu di masa akhir kerajaan Majapahit. Hingga sekarang, patilasan Prabu Brawijaya menjadi jujugan utama para peziarah ketika mengunjungi Alas Ketonggo.
Di Alas Ketonggo, ada sejumlah pertapaan penuh aura mistis. Diantaranya Palenggahan Agung Srigati (petilasan Prabu Brawijaya V), Punden Watu Dakon, Punden Tugu Mas, Umbul Jambe, Punden Siti Hinggil, Kali Tempur Sedalem, Sendang Drajad, Sendang Penguripan, Sendang Mintowiji, Sendang Suro, Goa Sido Bagus, Kori Gapit, dan Pasenggrahan Soekarno.

Saban bulan Suro, di Palereman Srigati rutin digelar tradisi Ganti Langse. Yakni, sebuah upacara adat penggantian kain penutup dari mori putih yang membalut Palenggahan Agung, salah satu titik petilasan.
Upacara Ganti Langse, kerap diiringi beragam kegiatan untuk memeriahkannya. Ganti Langse tahun ini, diselenggarakan kirab gunungan, dan wayangan sedalu natas di lokasi Pesanggrahan Srigati pada Selasa 2 Agustus 2023 kemarin.
Tentu saja, Upacara Ganti Langse menyedot perhatian masyarakat. Tidak hanya warga lokal, masyarakat dari luar Ngawi pun berduyun-duyun menikmati prosesi sakral di Srigati.
Wakil Bupati Ngawi, Dwi Rianto Jatmiko mengatakan, upacara Ganti Langse sebagai cara untuk melestarikan tradisi yang berkembang di masyarakat.
Wabup Antok juga menyebut pelestarian tradisi juga menjadi sarana penghormatan bagi leluhur yang telah menurunkan adat dan tradisi di masyarakat Ngawi.
“Melalui tradisi ini, sehingga terbangun kerukunan, dan keguyuban diantara masyarakat,” kata Wabup Antok.

Selain dampak mengguyubkan masyarakat, kata Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Ngawi itu, upacara tradisi seperti Ganti Langse di Pesanggrahan Srigati juga berdampak terhadap ekonomi kerakyatan.
Hal itu dapat dilihat dengan hadirnya ragam penjaja jajajanan di lokasi kegiatan. Secara tidak langsung, upcara Ganti Langse juga menggerakan ekonomi masyarakat desa Babadan dan sekitarnya.
“Tidak kalah penting, kegiatan seperti ini mampu mendorong ekonomi masyarakat. Terbukti banyak pedagang di sekitar lokasi Pasenggrahan Srigati,” papar Wakil Bupati Ngawi Dwi Rianto Jatmiko. (amd/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS