MOJOKERTO – Galeri Soekarno Kecil yang terletak di SDN Purwotengah, Kota Mojokerto, segera diresmikan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Juni mendatang.
Hal ini disampaikan Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari, usai bertemu Menteri Kebudayaan Fadli Zon, di kompleks Kemendikbudristek, Jakarta Pusat, Rabu (23/4/2025).
“Di bulan Juni nanti Galeri Soekarno Kecil diresmikan Pak Menteri Kebudayaan, sekaligus dalam rangkaian kegiatan Hari Jadi Kota Mojokerto, Bulan Bung Karno, dan Hari Kesaktian Pancasila,” ungkap Ika Puspitasari.
Dalam pertemuan tersebut, dia juga menyampaikan apresiasinya atas dukungan anggaran dari Kementerian Kebudayaan untuk pembangunan Galeri Soekarno Kecil yang memiliki nilai historis tinggi.
Dia berharap agar sinergi antara Pemerintah Kota Mojokerto dan Kementerian Kebudayaan dapat terus terjalin, khususnya dalam pelaksanaan berbagai event budaya di masa mendatang.
“Semoga, di kondisi saat ini dengan segala keterbatasan, melalui event-event dan diresmikannya Galeri Soekarno Kecil akan meningkatkan kunjungan wisata ke Kota Mojokerto,” ujar Ning Ita, sapaan akrabnya.

Menurut dia, meningkatnya kunjungan wisata diharapkan mampu memberi dampak positif bagi perekonomian lokal, terutama bagi pelaku UMKM dan ekosistem pendukung lainnya.
Diketahui, Presiden pertama RI Ir Soekarno pernah mengenyam pendidikan di Mojokerto.
Saat kecil, sang proklamator sekaligus bapak pendiri bangsa ini pernah bersekolah di SDN Purwotengah atau yang dulunya disebut Holland Inlandsche School (HIS) di Jalan Taman Siswa No. 16, Kota Mojokerto.
Soekarno kecil duduk di bangku SDN Purwotengah pada tahun 1909 hingga 1912. Dia mengijakkan kaki ke Mojokerto saat masih berusia enam tahun pada tahun 1907.
Soekarno tinggal bersama kedua orang tua dan saudaranya di sebuah rumah sewa di Jalan Gajah Mada. Soekarno atau Koesno merupakan putra dari Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.
Sebelum berpindah ke Mojokerto, Soekarno tinggal dengan kakeknya, Raden Haerdjodikromo, di Tulungangung.

Pada tahun 1907, ayah Soekarno yang berprofesi sebagai guru dipindahtugaskan ke Mojokerto dan menjadi mantri guru atau kepala sekolah di Sekolah Ongko Loro atau SDN Purwotengah.
Di sekolah yang sama Soekarno kecil menimba ilmu. Namun, hal tersebut hanya berlangsung selama empat tahun. Di sana Soekarno belajar dengan menggunakan bahasa pengantar Melayu dan bahasa Jawa.
Europesche Lagere School (ELS) atau yang kini dikenal sebagai SMPN 2 Kota Mojokerto menjadi sekolah Koesno selanjutnya.
Di sini, Soekarno menamatkan sekolah lima tahun lamanya sejak tahun 1911. Meski kala itu ELS tergolong sekolah elit, Koesno bisa diterima karena kepintarannya.
Sebagai bentuk penghormatan pada Sang Proklamator, SDN Purwotengah membangun monumen Soekarno kecil yang terbuat dari logam cor.
Patung tersebut menggambarkan sosok Soekarno yang sedang membawa buku lengkap dengan kain jarik dan topi blangkon yang dulu dikenakannya. (fath/pr/*)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS