JEMBER – Ketua Komisi B DPRD Jember Candra Ary Fianto menyatakan, 113 sapi di kabupaten setempat terindikasi masih terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK).
Dia berharap di awal tahun 2025 semua sapi yang terjangkit PMK itu sudah sembuh dan tidak ada keluhan lagi dari peternak di Kabupaten Jember.
“Jika dibandingkan dengan bulan Desember 2024 lalu, ada 650 ekor sapi yang terjangkit PMK dan hanya 42 ekor yang sembuh. Awal tahun 2025 ini sudah menurun. Tapi bukan berarti hal itu dianggap selesai,” kata Candra, Selasa (7/1/2025)
Kendala vaksin untuk hewan yang terjangkit PMK, sebut Candra, tidak dianggarkan oleh pemerintah daerah karena mengikuti aturan pusat.
Karena itu, ujarnya, persoalan ini menjadi pelik. Ditambah lagi dukungan cuaca yang mengakibatkan persoalan PMK tak kunjung usai.
“Dan dari kondisi saat ini dan laporan warga kan memprihatinkan. Kasihan para peternak sapi. Oleh karenanya saya sebagai ketua komisi B minta dinas terkait lebih taktis dalam penanganannya,” ujarnya.
“Jika perlu ada anggaran yang bisa dialokasikan untuk pembelanjaan vaksin agar PMK bisa lebih cepat tertangani,” sambung politisi banteng ini.
Sementara itu, tiga ekor sapi milik warga Kecamatan Jenggawah dilaporkan mati mendadak dan diduga akibat terjangkit virus PMK.
Terkait kejadian ini, Pemerintah Kecamatan Jenggawah langsung melakukan koordinasi dengan Dinas Peternakan Jember. Melakukan upaya vaksinasi dan mengimbau warga untuk lebih memperhatikan hewan ternak miliknya.
Diakui Camat Jenggawah Endro Lukito akibat dari kejadian hewan ternak mati mendadak ini, warga yang memiliki hewan ternak sapi dan terindikasi terpapar virus PMK, dijual murah. Dua ekor sapi dijual dengan harga jauh dari pasaran pada umumnya.
Sapi yang mati mendadak itu milik warga di satu wilayah yang berdekatan. Yakni di RT 011, RW 001, Dusun Tegal Gayam, Desa Kemuning Kidul; dan RT 001, RW 004, Dusun Gumuk Jati, Desa Kertonegoro, Kecamatan Jenggawah. (art/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS