JAKARTA – Wakil Ketua MPR yang juga sekaligus Ketua DPP PDI Perjuangan Ahmad Basarah mengunjungi ulama kharismatik Tuan Guru Turmudzi Badarudin di Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu, Pringgarata, Lombok Tengah, Kamis (28/7/2022).
Dalam pertemuan tersebut, Basarah mengaku diutus Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri untuk bersilaturahmi sekaligus membicarakan isu-isu kebangsaan dan Islam, mulai dari topik Pancasila sampai kepemimpinan masa depan Indonesia.
“Saya ditugaskan dan diutus Ibu Megawati Soekarnoputri untuk bersilaturahmi ke Pondok Pesantren Qomarul Huda Bagu karena pesantren ini memiliki sejarah besar dalam moderasi Islam dan demokrasi Indonesia. Di tempat inilah dulu pernah digelar Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdlatul Ulama di Nusa Tenggara Barat pada 17-20 November 1997,” kata Ahmad Basarah.
“Salah satu rekomendasi Munas ini adalah tentang kedudukan perempuan dalam Islam,” lanjutnya.
Selama riwayat hidupnya, Tuan Guru Turmudzi telah melanjutkan fase pendidikan agamanya di Masjidil Haram, Mekah, Arab Saudi, selama enam tahun. Dia salah satu alim ulama yang paling mendukung keputusan Munas tersebut, mengenai kepemimpinan perempuan dalam Islam.
“Saya datang ke Lombok ini juga ingin menggali lebih jauh lagi tentang fatwa dibolehkannya perempuan menjadi presiden di negeri kita,” ujar politisi yang juga Dosen Pascasarjana Universitas Islam Malang tersebut.
Melalui perbincangan hangat antara kedua tokoh tersebut, Basarah mengatakan terdapat tiga ayat dalam surah Al-Naml, yakni ayat 22, ayat 23, dan ayat 24, mengisahkan kepemimpinan perempuan.
Menurutnya, ketiga ayat tersebut kemudian menjadi rujukan penerimaan Megawati Soekarnoputri menjadi Presiden RI pada tahun 2001-2003 yang lalu.
“Tuan Guru Turmuzi adalah penghafal Al-Quran 30 juz dengan kualitas hafalan luar biasa. Beliau memiliki banyak kelebihan sehingga apa yang keluar dari pemikiran beliau dapat kita yakini memiliki landasan keilmuan yang luas, termasuk soal kepempinan perempuan dalam Islam,” paparnya.
Lebih lanjut, Tuan Guru Turmudzi juga menyinggung sejarah Nusantara, tepatnya di Aceh yang disebut sebagai Serambi Makkah. Dia mengatakan masyarakat di sana juga tidak pernah punya masalah terkait kepemimpinan perempuan dalam Islam.
Dia juga memaparkan poin-poin penting dalam relasi agama dan negara, terutama bagaimana peranan dan kedudukan kepemimpinan perempuan menurut sudut pandang Islam. Terlebih kepemimpinan perempuan di Indonesia pernah menjadi perdebatan panjang, sebab masih terdapat pro dan kontra didalamnya.
“Padahal, dalam Al Quran telah jelas menyebutkan betapa besar peran perempuan sebagai pemimpin, biasanya disebutkan dalam QS al-Naml/27: 23. Di sana Allah SWT berfirman: ‘Sesungguhnya aku mendapati ada seorang perempuan yang memerintah mereka. Dia dianugerahi segala sesuatu dan mempunyai singgasana yang besar’,” ungkap Tuan Guru Turmudzi.
Selama pertemuan tersebut, dia menegaskan kembali, bahwa peran serta pondok pesantren yang dipimpinnya turut memiliki andil dalam menyelenggarakan Munas yang sangat monumental itu.
“Munas alim ulama itu seperti mengakhiri debat panjang tentang kepemimpinan perempuan dalam Islam. Munas itu mengafirmasi kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam Islam, juga mengakui kelebihan-kelebihan tertentu pada diri perempuan saat menjadi pemimpin,” pungkas ulama berusia 87 tahun tersebut. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS