NGAWI – Perkembangan teknologi informasi berlangsung begitu cepat. Aspek-aspek kehidupan peradaban manusia seiring berlalu sedikit banyak mengalami perubahan.
Apa yang dikerjakan secara manual, di era sekarang terlihat kuno dan ketinggalan zaman. Sejalan dengan perkembangan zaman, manusia dituntut untuk bisa beradaptasi. Mengikuti arus kemajuan, agar tetap bisa eksis dan terus bertahan. Meskipun tidak harus seluruhnya. Masih ada hal-hal yang harus tetap dipertahankan.
Sebagaimana welingan yang disampaikan Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, Diana Amaliyah Verawatiningsih saat menjadi pemantik pada Seminar Literasi Digital 2022, menyambut harlah PMII ke-62, di Kabupaten Ngawi beberapa waktu lalu.
Dihadapan kader-kader PMII cabang Ngawi, wanita yang karib disapa Diana Sasa itu membeberkan hal-hal yang semestinya tidak boleh punah dari diri manusia di tengah Abad Digital.
“Lima hal yang tetap ada dalam diri manusia agar tetap menjadi insan kamil, manusia berkarakter dan berkepribadian kuat saat mengarungi abad digital ini,” kata politisi PDI Perjuangan itu.
Diana Sasa yang juga alumni PMII tersebut mengatakan, lima hal yang harus tetap ada yakni; kecerdasan, kolaborasi, kesabaran, keseimbangan, dan keberanian.
Wanita yang aktivis buku itu menjelaskan, agar manusia di era digital tetap cerdas, setidaknya harus dipenuhi dua hal. Yakni pendidikan dan kesehatan. Yang mana, keduanya harus terpenuhi dan saling berkaitan.
Soal pendidikan, menurutnya, bisa diperoleh baik dari jalur pendidikan formal ataupun non formal. Begitu pula dalam kesehatan, layanan kesehatan yang baik bisa berupa pengobatan tradisional maupun modern.
“Di era apa pun, sejak dahulu, kemampuan dasar ini tetap diperlukan untuk bisa eksis,” ujarnya.

Adapun terkait, kolaborasi, Diana Sasa menyebut itu bukanlah hal baru. Kata kolaborasi, padanan kata dari gotong royong, yang itu sudah menjadi ruh leluhur bangsa Indonesia sejak dulu kala.
Mengarungi abad digital juga harus dilakukan dengan kesabaran. Menurutnya, kreativitas yang tercipta tidak terjadi dengan ujug-ujug. Instan. Perlu sedemikian proses untuk mencapai hasil yang diinginkan.
“Kesabaran menjalani proses adalah sejenis puncak-puncak spiritualitas dan psikologis kita untuk bisa menjadi manusia yang kuat dan pembeda,” jelas Diana Sasa.
Pesan Diana Sasa kepada kader-kader PMII berikutnya, yakni keseimbangan. Moderat. Menurutnya, era digital yang sejalan dengan makin terbukanya arus informasi, sikap moderat harus tetap dipertahankan. Dalam hal penyikapan sebagai manusia yang produksi informasi ataupun saat menjadi konsumen informasi.
Pesan Diana Sasa kepada mahasiswa-mahasiswi NU terakhir, yakni tentang keberanian. Era digital seperti sekarang, sikap berani harus tetap dipertahankan. Kepada pemuda-pemudi itu, Diana Sasa menyampaikan, sudah saatnya bertindak dan mengambil posisi dalam masyarakat.
“Hidup yang bernilai adalah hidup yang dipertaruhkan. Di sana, keberanian menjadi pembeda. Maju ke gelanggang atau minggir,” tegasnya.
Selain Diana Sasa, pada acara seminar literasi digital PMII cabang Ngawi tersebut juga menghadirkan pemateri Ketua DPD KNPI Kabupaten Ngawi, Miftahul Huda, Ketua RTIK Ngawi, Fetty Kurnia, dan Bendahara Umum PKC PMII Jatim, Andri Hari PU. (mmf/hs)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS