MALANG – Pasangan calon Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang nomor urut 2 yang diusung PDI Perjuangan, Heri Cahyono (Sam HC) dan Ganis Rumpoko tampil trengginas dalam debat publik perdana yang digelar pada Sabtu (26/10/2024).
Dalam debat publik perdana di Hotel Grand Mercure Mirama tersebut membahas dua tema besar. Yakni ‘Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat dan Memajukan Daerah’ yang meliputi berbagai macam isu strategis.
Di hadapan pendukungnya, Sam HC-Ganis tampil percaya diri dan trengginas mengupas visi-misinya. Tidak heran jika dalam beberapa hal, paslon lain ikut sepakat dengan gagasan yang dilontarkan Sam HC dan Ganis.
Paslon nomor urut 2 memang menjadi satu-satunya paslon yang tidak memiliki keterkaitan politik di masa lalu.
Sam HC bergerak dari jalur independen. Sementara Ganis, merupakan kader muda dari partai berlogo kepala banteng yang belum pernah mengenyam jabatan strategis.
Tidak heran jika dalam setiap gagasan yang disampaikan kedua pasangan ini secara lugas menohok pada akar permasalahan. Meski kerap kali menohok, keduanya tetap menguasai medan debat dan kerap mengungguli paslon lain.
Seperti ketika mereka menanggapi program strategis menaikkan potensi kota agar investasi tumbuh subur. Ketika paslon lain memamerkan prestasi dan cara yang umum, Heri Cahyono justru mengungkap bahwa Kota Malang masih belum layak jual hingga saat ini.
“Nyatanya, para investor selama ini kan nyari sendiri. Tidak ada peta investasi selama ini, jadi kalau gak business friendly, ya tidak layak jual. Harus dibenahi akarnya dulu, dan soal itu, kami yang tahu,” ujar Sam HC.
Sam HC dan Ganis juga turut menyoroti perilaku umum pemerintah daerah dalam meningkatkan kenaikan PAD. Menurutnya, cara pemerintah selalu mentok dengan cara menaikkan pajak atau menarik retribusi parkir.
“Kalau gak parkir, pajak yang dinaikkan. Apa gak ada ide lain. Bosen gitu lho. Harusnya pajak ini kan malah diturunkan, karena rakyat yang merasa terbebani. Belum lagi soal pegawai-pegawai di BUMT itu isinya banyak orang-orang titipan,” ujarnya.
Sam HC dan Ganis juga turut berkomentar atas program Rp50 juta tiap RT yang dinilai buang-buang anggaran.
Ia menyebutkan jika program ini sudah pernah dilakukan di Kediri dan daerah lain. Faktanya, RT tidak bisa memaksimalkan anggaran itu dengan baik.
“Gak kuat, RT menerima uang segitu, satu RT dipasang 5 gapura. Saya kira itu program gak layak. Bagi saya, itu merupakan pembodohan di Kota Malang,” ucapnya.
Ganis Rumpoko bahkan juga menambahkan jika selama dirinya terjun mendengar aspirasi dan keluh-kesah masyarakat, mereka selalu berbagi gagasan. “Bukan berbagi sembako murah,” tegas Ganis.
Putri dari politisi PDI Perjuangan Eddy dan Dewanti Rumpoko itu memastikan akan membangun Kota Malang menjadi barometer Jawa Timur, Indonesia bahkan dunia.
“Kami tidak mempunyai beban masa lalu. Kami bagai selembar kertas putih, yang tinggal dilukis dengan tinta pesan damai hingga terwujud harmoni,” tutupnya. (ull/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS