TRENGGALEK – Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR RI Novita Hardini menyoroti permasalahan ekonomi di tengah masyarakat yang terjadi pada bulan Ramadan 1446 H.
Melihat daya beli masyarakat yang menurun, menurut Novita, hal ini seharusnya tidak terjadi terlebih lagi pada bulan Ramadan dan menjelang hari raya Idul Fitri.
Dia menyebut, maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK), melemahnya nilai tukar rupiah, dan harga kebutuhan pokok yang terus naik membuat masyarakat semakin menahan pengeluaran.
“Fokus belanja masyarakat saat ini lebih ke kebutuhan dasar, sementara sektor lain masih lesu,” kata Novita, Jumat (28/3/2025).
Dia mencontohkan pusat perbelanjaan Tanah Abang di Jakarta yang saat ini sepi pembeli, tidak seperti bulan Ramadan di tahun-tahun sebelumnya. Pertanda lain juga nampak dari catatan BPS yang menyebutkan Indonesia tengah mengalami deflasi setelah 20 tahun.
“Yang mengejutkan, deflasi terjadi di sektor makanan dan minuman, padahal biasanya jelang Ramadan naik,” lanjut anggota DPR RI dari Dapil VII Jatim tersebut.
Tak hanya itu menurut data mandiri spending index (MSI), nilai belanja masyarakat juga terjadi perlambatan saat Ramadan yakni ke 236,2. MSI yang menurun saat Ramadan, terakhir kali terjadi pada Maret 2020 atau lima tahun yang lalu.

“Dulu Ramadan identik dengan lonjakan konsumsi, pasar ramai, toko penuh, dan belanja meningkat, terutama untuk makanan. Namun tahun ini berbeda. Omzet pedagang justru menurun, mal sepi, dan daya beli melemah. Ramadan kini menghadapi tantangan baru,” ucap Novita.
Merespon hal itu, Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kabupaten Trenggalek tersebut menawarkan sejumlah solusi untuk para pelaku bisnis.
Yang pertama adalah fokus pada value for money. Menurut Novita, konsumen semakin selektif. Untuk itu pengusaha seharusnya menawarkan harga dan kualitas yang terbaik.
Lalu langkah yang kedua adalah memperkuat digital marketing dengan memanfaatkan e-commerce atau loka pasar dan media sosial untuk menjangkau lebih banyak pelanggan
“Pengusaha juga harus berani melakukan diversifikasi produk untuk menyesuaikan produk dengan kebutuhan pasar yang lebih relevan,” jelasnya.
Yang tidak kalah penting adalah kolaborasi dengan membangun kerja sama dengan bisnis lain serta memberikan promo yang menarik perhatian.
“Dalam situasi ekonomi yang tidak menentu pebisnis harus lebih kreatif dan fleksibel dalam menghadapi perubahan pasar. Dengan strategi yang tepat, tantangan bisa diubah menjadi peluang,” tutup Novita. (aris/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS