BATU – “Sustainable tourism”. Konsep itu yang dikatakan anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Timur Daniel Rohi, harus dikedepankan dalam pengembangan wisata desa.
Menurut Daniel, konsep pariwisata berkelanjutan ini sebagaimana tertuang dalam Rancangan Peraturan Daerah Jatim mengenai Desa Wisata yang sekarang masih digodok DPRD Jatim.
“Spirit dari Perda ini adalah bagaimana pengembangan pariwisata di desa itu dengan konsep yang jelas. Kita tawarkan sustainable tourism, pariwisata berbasis lingkungan,” ungkap Daniel, saat menggelar reses di Kafe Kulinomrono, Desa Beji, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, Minggu.
Segmen pariwisata, lanjutnya, berkembang pesat sebelum terjadinya pandemi Covid-19. Seperti di Kota Batu, bagaimana sektor pariwisata benar-benar dikembangkan untuk bisa menarik minat wisatawan.
Namun selama pandemi Covid-19, sektor pariwisata menjadi lesu. Termasuk di Kota Batu yang perekonomiannya ditopang oleh sektor pariwisata, sangat terdampak secara langsung.
Oleh sebab itu, melalui prinsip sustainable tourism ini, sebut Daniel, dapat menjadi jawaban mengenai bagaimana pengembangan sektor pariwisata dan tatanan masyarakat lokal dapat berjalan secara beriringan.

“Spirit kita adalah ketika mereka melakukan usaha desa wisata ini, bahwa pariwisata yang dibangun tidak hanya mendatangkan kedatangan ekonomi semata. Tapi di saat yang sama tidak boleh mengganggu tatanan sosial yang ada,” bebernya.
Secara khusus, terang dia, bagaimana pengembangan desa wisata ini dapat berdampak secara langsung terhadap taraf kesejahteraan masyarakat sekitar.
“Pariwisata harus berpihak, saya salah satu orang yang tegas menyatakan, bahwa penduduk lokal adalah pihak yang harus mendapatkan manfaat paling besar dari keberadaan destinasi pariwisata,” kata Wakil Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Timur tersebut.
“Kalau desa wisata itu kita atur dalam Perda, itu tidak boleh mengubah tatanan masyarakat setempatu. Artinya kalau masyarakat itu petani ya biar tetap jadi petani. Jangan lahan pertaniannya diubah menjadi pariwisata,” tambah dia.
Sehingga pengembangan destinasi wisata, terutama di Kota Batu, lanjut Daniel, tidak hanya sekadar menarik wisatawan, tapi juga menghidupkan sektor-sektor perekonomian lain seperti pertanian, perikanan, dan UMKM yang ada di sekitarnya.
Pengembangan pariwisata di Kota Batu, imbuh Daniel, harus sesuai dengan karakteristik Batu sebagai daerah pertanian. Karena itu, agrowisata tetap menjadi prioritas sehingga perlu diperketat pengawasan terhadap alih fungsi lahan, dan lahan pertanian produktif perlu lestarikan. (ace/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS