JAKARTA – Ketua DPR RI Puan Maharani mewakili sang ibunda, Megawati Soekarnoputri menerima penghargaan dari media CNBC Indonesia. Megawati menerima Lifetime Achievement Award karena dianggap mampu memperbaiki perekonomian nasional saat menjadi Presiden ke-5 Indonesia.
Puan menerima penghargaan untuk Megawati secara daring, Selasa (14/12/2021). Ia menyampaikan rasa terima kasih atas penghargaan untuk Megawati kepada Redaksi CNBC Indonesia dan juga Founder sekaligus Chairman CT Corp, Chairul Tanjung.
“Saya mewakili Ibu Megawati Soekarnoputri dan keluarga mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya atas penghargaan ‘Lifetime Achievement Award’ yang diberikan kepada Presiden Kelima Republik Indonesia, Bu Mega,” kata Puan.
Dalam acara penghargaan, CNBC Indonesia memutar video mengenai prestasi Megawati dalam sektor ekonomi saat memimpin Indonesia. Puan menegaskan, pencapaian Megawati tersebut adalah fakta-fakta yang dicatat oleh sejarah.
“Fakta-fakta bahwa Ibu Mega saat menjadi Presiden sudah berhasil menyelamatkan ekonomi Indonesia,” tuturnya.
Menurut CNBC Indonesia, Megawati mampu memangkas inflasi dari 13% menjadi 6% dan juga mengepras angka kemiskinan dari 18% menjadi 16% hanya dalam kurun waktu 3 tahun kepemimpinannya. Saat itu perekonomian Indonesia sedang terpuruk setelah terjadinya krisis moneter (krismon).
“Dalam waktu yang singkat 3 tahun, Ibu Mega berhasil memangkas inflasi kita. Dalam waktu yang singkat 3 tahun, Ibu Mega berhasil menekan angka kemiskinan, meskipun ekonomi Indonesia saat itu masih dalam kondisi berat setelah adanya krisis moneter,” ungkap Ketua DPP PDI Perjuangan ini.
Megawati mendapat mandat sebagai Presiden menggantikan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) pada tahun 2001. CNBC Indonesia menilai, Megawati telah melakukan pekerjaan besar dengan membawa Indonesia mencetak penerimaan pajak surplus di tengah ekonomi yang masih tertatih.
Kala itu, bukan hanya persoalan inflasi dan angka kemiskinan yang dihadapi Indonesia. Akibat krisis moneter, nilai tukar rupiah sempat tertekan di level Rp 10.000/dolar Amerika Serikat (AS). Namun Megawati mampu mengoptimalkan masa kepemimpinannya yang singkat hingga kurs rupiah menguat ke Rp 8.900/dolar AS.
Megawati pun disebut mampu mengelola anggaran negara yang ketika itu masih terbatas di mana pemasukan negara dari pajak sukses digenjot dengan surplus penerimaan pajak Rp 1,7 triliun (2001) dan Rp 180 triliun (2002). Puan mengatakan, berbagai kebijakan Megawati berhasil memperbaiki perekonomian Indonesia.
“Bahkan Bu Mega berhasil mendorong sehingga penerimaan pajak kita bisa surplus di saat ekonomi Indonesia masih berat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa Bu Mega menjadi Presiden juga meningkat pesat,” tuturnya bangga.
CNBC Indonesia menganggap, belum ada satupun presiden yang bisa menyamai prestasi di bidang ekonomi selepas kepemimpinan Megawati. Sebab di era pemerintahan setelah Mega, penerimaan pajak senantiasa shortfall atau realisasi penarikan pajak di bawah target yang ditetapkan di APBN.
“Saya dari kecil sudah menyaksikan bahwa Bu Mega mengabdikan hidupnya untuk kepentingan bangsa dan negara. Bahwa seberat apapun tantangannya, Bu Mega tetap berjuang untuk rakyat Indonesia,” ujar Puan.
Perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI ini berharap penghargaan yang diberikan untuk Megawati dapat mengilhami generasi muda. Puan pun yakin dengan kerja sama serta prestasi dan karya generasi penerus bangsa, Indonesia mampu menjadi negara hebat.
“Saya harap apa yang kita peringati hari ini dengan pemberian Lifetime Achievement Award dapat menjadi sumber inspirasi dan motivasi bagi kita semua dan seluruh rakyat Indonesia, agar kita selalu mencintai Indonesia, selalu bekerja untuk Indonesia, selalu gotong royong untuk Indonesia,” sebut mantan Menko PMK itu.
CNBC Indonesia menilai, Megawati telah meletakkan dasar penting reformasi ekonomi yang kemudian dilanjutkan kepala negara berikutnya. Salah satu kebijakan pentingnya adalah Instruksi Presiden No.5/2003 tentang Paket Kebijakan Ekonomi pasca Berakhirnya Program IMF, karena sejak saat itu tak ada lagi letter of intent (LoI) dari Dana Moneter Internasional (IMF) lagi.
Megawati disebut terus membawa reformasi dalam berbagai kebijakan pembangunan ekonominya. Di era kepemimpinan Mega, lahirlah kebijakan fiskal mengenai reformasi perpajakan dan penyehatan BUMN yang secara bersamaan ditujukan untuk memperkuat kas negara.
Produk kebijakan Mega lainnya yang dinilai berhasil yaitu Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 72 tahun 2004 yang salah satu tujuannya untuk meningkatkan penerimaan negara dari perpajakan melalui Single Identity Number (SIN). Saat ini, kelanjutan rencana SIN siap direalisasikan ketika pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mewacanakan penyatuan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dengan Nomor Induk Kependudukan (NIK) setiap warga negara.
Draf Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) disusun dan pemungutan pajak dibenahi sehingga penerimaan pajak di pemerintahan Megawati tercapai sesuai target dan bahkan surplus. Di sisi lain, rasio perpajakan (tax ratio) meningkat dari 11,3% (2001) menjadi 12,3% (2004).
Kemudian di sektor keuangan, putri Proklamator sekaligus Presiden pertama RI Sukarno itu disebut fokus pada penyehatan institusi perbankan nasional yang pada tahun 1997 menjadi tempat bersarangnya kanker pemicu krisis. Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) dibentuk untuk menyehatkan sektor keuangan saat Mega menjadi Presiden.
Lebih lanjut, CNBC Indonesia menilai terbentuknya Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui UU Nomor 24 tahun 2004 menjadi komponen penting Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) bersama Menteri Keuangan, Bank Indonesia (BI), dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
CNBC Indonesia pun memuji keberhasilan kepemimpinan Megawati di bidang investasi dengan adanya beberapa terobosan seperti meninjau Daftar Negatif Investasi (DNI) dan penyederhanaan perizinan lewat layanan satu atap.
Lahirnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga dianggap CNBC Indonesia sebagai bentuk terobosan karena semakin meningkatkan daya saing Indonesia. Hal ini mengingat praktik korupsi memicu ekonomi biaya tinggi dan sempat menjadi problem utama yang membuat investor asing enggan menanamkan investasi langung ke sektor riil di Indonesia.
Sementara Penanaman Modal Asing (PMA) adalah faktor penting bagi pembangunan ekonomi suatu negara, karena menciptakan efek berantai dalam waktu singkat. Mulai dari memperkuat industrialisasi, transfer teknologi, membuka lapangan kerja hingga mengurangi kemiskinan.
Terobosan-terobosan dan reformasi di bidang perekonomian yang dilakukan Megawati dinilai CNBC Indonesia mampu memperbaiki pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 3,64% (2001) menjadi 5,03% (2004). Selain itu, aliran modal asing masuk kembali ke pasar modal sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat nyaris dua kali lipat dari 463,669 (Juni 2001) menjadi 860,487 (Oktober 2024). (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS