TULUNGAGUNG – “Ikon Tulungagung itu ketoprak. Kami ingin menghidupkan kembali kesenian ketoprak di Tulungagung sehingga tetap menjadi ikon kabupaten ini,” ucap Kepala Badan Kebudayaan Nasional (BKN) DPC PDI Perjuangan Tulungagung, Rindu Rikat, Kamis (11/11/2021).
Tak sekadar berangan-angan. Keinginan nguri-uri kesenian Tulungagung itu diawali dengan menggelar pertunjukan ketoprak oleh Perempuan Sarinah Tulungagung.
Melalui Ketoprak Sarinah Budoyo, untuk pertama kalinya mereka menggelar kesenian ketoprak dengan lakon Ande-ande Lumut, di GOR Lembupeteng Kota Tulungagung, Rabu (10/11/2021) malam.
Pihaknya tak menyangka, pertunjukan yang digelar secara hybrid karena masih dalam masa pandemi, meski kasus Covid-19 melandai ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Tulungagung.
“Ternyata masyarakat Tulungagung juga sudah rindu dengan kesenian daerahnya,” bebernya, sambil bersyukur pertunjukan yang digelar Perempuan Sarinah mendapat sambutan antusias masyarakat.
Dia mengungkapkan jika pagelaran ketoprak dilakukan di tengah munculnya kegelisahan, seni tradisional ini bakal luntur. Pihaknya mengakui, memang selama ini tidak mudah untuk menggelar kembali pertunjukan ketoprak, terlebih masih dalam pandemi Covid-19.
Bahkan, Rindu melakukan perenungan diri dan ritual selama tiga bulan dalam memutuskan untuk menghidupkan lagi kesenian ketoprak di Tulungagung.
“Setelah itu kami putuskan membuat perkumpulan ketoprak. Melalui organisasi Perempuan Sarinah kemudian terbentuk Ketoprak Sarinah Budoyo,” bebernya.
Perempuan yang kerap mengenakan kebaya ini menambahkan, pentas di GOR Lembupeteng untuk memperingati Hari Jadi Kabupaten Tulungagung ke-816, anggota Ketoprak Sarinah Budoyo yang berjumlah sekitar 40 orang dan kebanyakan perempuan sempat melakukan latihan relatif cukup lama.
Yakni sampai sekitar empat bulan. “Dan kami bersyukur pementasan di GOR Lembupeteng berjalan lancar dan sukses,” ucap Rindu Rikat.
Soal pemilihan lakon Ande-ande Lumut, Rindu Rikat beralasan karena ceritanya ringan dan lebih umum ke cerita wilayah Kediri.
“Nanti ke depan baru cerita-cerita yang lebih komplek dan lokalan Tulungagung. Ini juga karena baru pementasan pertama. Kami ingin dalam setahun nanti Ketoprak Sarinah Budoyo dapat pentas dua kali,” harapnya.
Pertunjukan perdana Ketoprak Perempuan Sarinah ini tak hanya mendapat sambutan masyarakat. Bupati Tulungagung, Maryoto Birowo, dan anggota Forkopimda Kabupaten Tulungagung pun ikut menonton, bahkan mengapresiasi pertunjukan kesenian lokal tersebut.
“Kami ikut bahagia dengan pagelaran ketoprak yang digelar Sarinah Budoyo. Ini pertunjukan untuk melestarikan budaya kita,” ujar Maryoto.
Selain itu, lanjut kader PDI Perjuangan tersebut, gelaran seni tradisional ketoprak secara langsung juga memberdayakan seniman ketoprak. “Ada kearifan lokal di sini,” sambung dia.
Dia berharap kesenian tradisional di Tulungagung dapat lebih berkembang demi lestarinya budaya bangsa. “Karena sekarang masih pandemi, pegelarannya jadi lebih banyak virtual dan tetap dengan penerapan prokes,” pungkasnya. (atu/pr)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS