JAKARTA – Presiden Joko Widodo menegaskan, bahwa langkah preventif dalam pemberantasan terorisme jauh lebih penting dibandingkan langkah represif. Langkah preventif pemberantasan teror terbaik, menurut Jokowi, adalah melalui pendidikan.
“Langkah preventif paling baik adalah bagaimana kita semuanya membersihkan lembaga pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, perguruan tinggi, ruang publik, mimbar umum, dari ajaran ideologi sesat seperti terorisme,” kata Jokowi dalam acara buka puasa bersama di Istana Negara, Jakarta, Jumat (17/5/2018).
Saat ini, pemerintah dan DPR RI juga masih terus mengebut untuk mengesahkan revisi Undang-Undang Antiterorisme. Atas prioritas terhadap langkah preventif itu pula, Presiden Jokowi masih mempercayakan penanganan kasus terorisme di Indonesia kepada Polri.
Adapun, Komando Operasi Khusus Gabungan (Koopsusgab) TNI yang diaktifkan kembali baru akan diturunkan jika tindak pidana terorisme arahnya mengancam pertahanan negara.
“Pemerintah dalam proses membentuk Komando Pasukan Khusus Gabungan yang berasal dari Kopassus, Marinir dan Paskhas dalam rangka memberi rasa aman pada rakyat,” jelas dia.
Meski demikian, tegas Jokowi, Koopsusgab TNI itu nantinya baru turun tangan dalam situasi kegentingan tertentu. “Ini dengan catatan, itu dilakukan apabila situasi sudah di luar kapasitas Polri. Artinya preventif jauh lebih penting dari represif,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Jokowi menilai, anak-anak pelaku aksi teror di Surabaya dan Sidoarjo, akhir pekan lalu dan awal pekan ini, yang bernama Pamela (12) dan Fadhila (9), kemudian Aisyah (8) adalah korban juga.
“Juga korban yang ada di gereja, Nathan dan Evan. Umurnya juga sama, 8 dan 12 tahun. Masih lagi yang di rusun di Sidoarjo, korban dan masih dirawat,” terang Jokowi.
Seharusnya, lanjut Presiden, anak-anak ini masih dalam kondisi mungkin masih senang bermain-main di halaman rumah atau di gang-gang.
Dan juga seharusnya anak-anak ini juga masih dalam posisi yang senang-senangnya sekolah. Dan mungkin juga baru senang-senangnya berkumpul dengan keluarga, berkumpul dengan teman-temannya.
“Yang ingin saya garis bawahi adalah betapa kejam dan kejinya ideologi terorisme yang sudah membawa anak-anak dalam kancah aksi-aksi mereka,” ucap Jokowi.
Arti dari kejadian-kejadian tersebut, menurutnya, bahwa idelogi yang kejam ini, ideologi terorisme ini telah masuk ke dalam sendi-sendi keluarga kita, keluarga di Indonesia. “Ini yang harus hati-hati di sini,” ucapnya.
Dia prihatin karena keluarga yang seharusnya membangun masa depan anak, memberikan rasa optimisme pada anak-anak, memberikan nilai-nilai yang baik, nilai-nilai budi pekerti pada anak-anak, tapi justru kebalikannya. Hilang semuanya karena keluarga itu mengikuti ideologi terorisme.
Untuk itu, Kepala Negara berharap jangan sampai ada lagi keluarga-keluarga Indonesia yang hancur karena ideologi ini. (goek)
BACA ARTIKEL PDI PERJUANGAN JAWA TIMUR LAINNYA DI GOOGLE NEWS