TULUNGAGUNG – Mayoritas penduduk Kecamatan Sendang Kabupaten Tulungagung berprofesi sebagai peternak sapi perah. Namun, profesi mayoritas masyarakat itu tidak dibarengi dengan kesadaran terhadap lingkungan.
Faktanya, masyarakat masih sering membuang kotoran sapi perah dan bekas susu sapi ke sungai di wilayah Kecamatan Sendang dan berdampak terjadinya pencemaran air tanah di kawasan itu.
Sosialisasi tentang pelestarian lingkungan baik dari pemerintah maupun dari komunitas peduli lingkungan yang sudah dilakukan selama ini, belum mampu mengubah kebiasaan masyarakat yang membuang limbah kotoran hewan ke sungai.
Berangkat dari adanya kebiasaan masyarakat yang kurang peduli terhadap lingkungan itu, Ketua DPRD Tulungagung, Marsono, menginisiasi dengan sebuah kegiatan mengubah limbah kotoran hewan menjadi pupuk organik.
Menurutnya, dengan mengolah limbah kotoran sapi dan sisa susu menjadi pupuk, maka kebiasaan masyarakat yang membuang limbah ke sungai akan berkurang.
Selain itu, pupuk hasil fermentasi kotoran sapi dan sisa susu sudah diuji dilahan pertanian dan hasilnya lebih baik dari pupuk pabrikan.
“Awalnya kita prihatin dengan pembuangan limbah atau kotoran hewan ini yang dibuang ke sungai,” kata Marsono di Tulungagung, Jumat (14/4/2023).
Bendahara DPC PDI Perjuangan Tulungagung ini menjelaskan, pengolahan kotoran sapi dan sisa susu menjadi pupuk harus melalui proses fermentasi agar bahan-bahan yang terkandung dalam kotoran sapi bisa berubah menjadi sumber unsur hara. Sehingga kotoran sapi dan sisa susu dapat diserap oleh tanaman.
Dalam proses fermentasi ini, starter atau pengurai yang digunakan adalah EM4 (effective microorganisme 4) yang berfungsi mengubah bakteri jahat pada limbah menjadi bakteri yang menguntungkan.
Pupuk hasil fermentasi ini, sebut Marsono, bisa langsung diaplikasikan ke lahan, karena berbentuk pupuk cair. Para petani juga sudah membuktikan bahwa pupuk cair ini bisa membuat tanaman tumbuh lebih subur.
“Pupuk organik cair atau POC ini merupakan larutan hasil pembusukan sisa susu maupun kotoran sapi yang diproses dengan bekas galon air mineral,” jelasnya.
Pupuk organik cair tipe ini, lanjut Marsono, karakteristiknya tidak jauh beda dengan pupuk organik padat, dan yang membedakan hanya wujudnya saja yaitu cair dan padat.
Dengan inisiasinya itu, masyarakat Kecamatan Sendang akhirnya bisa merasakan manfaat dari kotoran sapi dan sisa susu. Sehingga masyarakat tidak lagi membuang limbah sapi perah ke sungai dan kualitas air sungai bisa menjadi bersih kembali. (sin/pr)










